Krisis Keuangan Kebun Binatang Medan, Sudah Tiga Harimau Mati
Tiga harimau mati di Medan Zoo dalam dua bulan ini. Pakan terutang empat bulan. Karyawan lima bulan tidak digaji.
Oleh
NIKSON SINAGA
·4 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Krisis keuangan Kebun Binatang Medan kembali memicu kematian harimau sumatera. Dalam dua bulan, sudah dua harimau sumatera dan satu harimau benggala mati di kebun binatang milik Pemerintah Kota Medan itu. Karyawannya lima bulan tidak digaji. Pakan satwa terutang empat bulan. Pemerintah Kota Medan diminta mengatasi krisis keuangan ini.
Kondisi Kebun Binatang Medan atau Medan Zoo tampak sangat terbengkalai, Senin (8/1/2023). Sebagian besar kandang satwa tampak kosong dan rusak berat. Rumput dan alang-alang dibiarkan tinggi tidak terurus. Jalan setapak yang mengitari kebun binatang juga rusak.
Satwa yang tersisa, seperti harimau sumatera, harimau benggala, gajah sumatera, orangutan, burung merak, dan bangau tong tong, tampak kurus, lemas, dan lesu. Kandangnya berkarat, bolong-bolong, dan kotor. Di dalam kandang pun rumput tumbuh tinggi. Di kandang bangau tong tong, tampak pula tiga ekor anak kucing liar.
Kondisi tersebut sudah berlangsung sejak pandemi Covid-19 dan tidak kunjung diatasi oleh Pemerintah Kota Medan. Puncak dari krisis keuangan itu adalah kematian tiga satwa utama, yakni dua harimau sumatera dan seekor harimau benggala.
Pada awal November, seekor harimau sumatera bernama Erha mati. Awal Desember, seekor harimau benggala bernama Avatar menyusul mati. Kematian terakhir adalah harimau sumatera bernama Nurhaliza pada 31 Desember 2023.
Manajer Medan Zoo Pernius Harefa mengakui krisis keuangan yang dihadapi lembaga konservasi itu. Mereka tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan satwa dan operasional kebun binatang. Pada Desember 2023, misalnya, Medan Zoo hanya mendapat Rp 36 juta dari retribusi pengunjung. Padahal, untuk pakan saja butuh sekitar Rp 80 juta per bulan. Untuk gaji karyawan Rp 60 juta. ”Itu belum termasuk biaya pemeliharaan kandang, kebersihan, listrik, air, dan sebagainya,” kata Pernius.
Biaya pakan paling besar adalah untuk satwa buas. Saat ini yang tersisa empat harimau sumatera dan enam harimau benggala. Sejak awal Desember, penyediaan pakan harimau itu dibantu oleh Perhimpunan Kebun Binatang se-Indonesia (PKBSI).
”Sudah empat bulan Medan Zoo terutang pakan. Jumlahnya sekitar Rp 300 juta. Karena itu, perbaikan kandang harimau yang sudah sangat mendesak belum bisa dilaksanakan. Musim hujan dalam beberapa bulan terakhir ini membuat kandang menjadi lembab dan tidak layak,” kata Pernius.
Salah satu penyebab krisis keuangan Medan Zoo, kata Pernius, adalah menurunnya pengunjung. Sebelum Covid-19 melanda, pengunjung kebun binatang itu lebih dari 10.000 orang per bulan. Kini hanya 2.000-3.000 orang. Padahal, pendapatan utama mereka dari retribusi pengunjung sebesar Rp 15.000 per orang di hari biasa dan Rp 30.000 di akhir pekan. Sebelum Covid-19, biaya operasional Medan Zoo bisa ditutupi dari retribusi pengunjung.
Menurut Pernius, munculnya Central Park Zoo yang merupakan kebun binatang baru turut membuat pengunjung Medan Zoo menurun drastis. ”Medan Zoo dari dulu begitu-begitu saja. Begitu ada kompetitor baru, orang berkunjung ke sana,” kata Pernius.
Pernius berharap Pemerintah Kota Medan menyelamatkan Medan Zoo. Langkah jangka pendek perlu segera dilakukan untuk menyelamatkan satwa tersisa sembari menyiapkan solusi jangka panjang.
Medan Zoo dari dulu begitu-begitu saja. Begitu ada kompetitor baru, orang berkunjung ke sana.
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut Rudianto Saragih Napitu mengatakan, upaya penyelamatan satwa di Medan Zoo menjadi prioritas mereka saat ini.
”Dukungan dan perhatian Pemkot Medan sangat diperlukan. ”BBKSDA Sumut meminta Direksi Perusahaan Daerah Pembangunan Kota Medan, sebagai pengelola Medan Zoo, melakukan langkah penyehatan satwa,” kata Rudianto.
Setelah mendapat laporan kematian harimau sumatera di Medan Zoo, kata Rudianto, mereka langsung menurunkan tim. Nurhaliza merupakan harimau betina berumur sembilan tahun dengan berat badan 50 kilogram. Pemeriksaan kesehatan terakhir pada 14 November 2023 menunjukkan adanya gangguan paru, napas tersengal dan bersuara, peradangan, peningkatan nitrogen urea darah (BUN), serta kesehatan gigi kurang baik.
”Diagnosa hasil pemeriksaan kesehatan saat itu pneumonia dan gangguan ginjal. Sebelum mengalami kematian, harimau Nurhaliza terlihat lesu, nafsu makan turun, pergerakan lambat dan lemah, serta napas sesak dan sering muntah setelah makan,” kata Rudianto.
Berkaitan dengan pengelolaan satwa, kata Rudianto, mereka telah memantau Medan Zoo sejak April 2023. Pengelolaan Medan Zoo tidak memenuhi standar pengelolaan lembaga konservasi, terutama kesejahteraan hewan, fasilitas kandang, dan tata kelola lingkungan. Kandang satwa buas mulai rusak dan lembab dan mengakibatkan penurunan kesehatan satwa.
Hingga pemantauan pada November 2023, rekomendasi perbaikan yang disampaikan BBKSDA Sumut belum dilakukan. Kepada BBKSDA, Medan Zoo beralasan tidak bisa melakukan perbaikan karena krisis keuangan.