Krisis Keuangan Menghantui Kebun Binatang Selama Pandemi
Kelangsungan hidup aneka satwa di kebun binatang terancam selama pandemi Covid-19 karena keterbatasan dana. Perhimpunan ataupun pencinta satwa bergerak menggalang dana untuk mencukupi kebutuhan aneka satwa tersebut.
Oleh
Fransiskus Wisnu Wardhana Dany
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Krisis menghantui aneka satwa di lembaga konservasi atau kebun binatang sejak Maret. Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia atau PKBSI dan warga mulai menggalang dana untuk mencukupi kebutuhan aneka satwa tersebut.
Pengelola menutup berbagai kebun binatang sejak pertengahan Maret karena meluasnya SARS-Cov-2, penyebab Covid-19. Secara otomatis tidak ada lagi pemasukan dari kunjungan. Padahal, operasional untuk pakan, perawatan, penjaga, dan dokter hewan terus berjalan.
”Sejumlah kebun binatang kekurangan hingga kehabisan stok pakan karena dana operasional terbatas. Mau tidak mau harus saling bantu antaranggota perhimpunan, urun dana, dan galang dana,” ucap Sekretaris Jenderal PKBSI Tony Sumampau, Minggu (3/5/2020) di Jakarta.
Terdapat 60 kebun binatang dalam keanggotaan PKBSI yang merawat 4.912 spesies satwa dan 98.933 individu. Setiap bulan biaya operasional seluruh kebun binatang mencapai Rp 60 miliar.
Adapun pendapatan kebun binatang berasal dari penjualan tiket, wahana, dan gerai-gerai yang ada di dalamnya. Setidaknya, dalam setahun tercatat ada 50 juta kunjungan.
Namun, kini sebagian besar kebun binatang hanya mampu memenuhi kebutuhan pakan untuk satu bulan. Salah satunya Kebun Binatang Bandung di Jawa Barat. Kebun binatang ini hanya mampu bertahan sekitar empat bulan tanpa ada pemasukan dari kunjungan.
Selama itu, pengelola mau tidak mau pengelola harus mengambil skenario terburuk dengan menjadikan rusa sebagai pakan macan tutul Jawa (Panthera pardus melas) dan harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae). ”Itu skenario terburuk yang akan diambil kalau tidak ada bantuan,” kata Sulhan Syafi’i dari Humas Kebun Binatang Bandung.
Kesulitan pakan juga terjadi di Taman Satwa Cikembulan, Garut, Jawa Barat. Pengelola harus mengeluarkan dana cadangan untuk pakan sekitar 435 satwa hingga Juni. Salah satu biaya pakan terbesar ialah macan tutul Jawa yang dalam sebulan mencapai Rp 20 juta.
Sementara Kebun Binatang Medan di Sumatera Utara mengambil utang dan merumahkan sebagian karyawan untuk menekan biaya operasional. Lantaran pengelola kewalahan mencukupi kebutuhan pakan 200 satwanya.
Menurut Tony Sumampau, PKBSI telah mengajukan permohonan bantuan kepada pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Kementerian merespons dengan bersurat kepada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk memberikan keringanan pajak kebun binatang.
Keringanan pajak tersebut antara lain Pajak Penghasilan, Pajak Bumi dan Bangunan, pajak hiburan, dan pajak parkir. ”Banyak kebun binatang punya tunggakan sehingga butuh keringanan atau penundaan pembayaran. Kami tidak bisa menunggu terlalu lama karena dana terbatas,” kata Tony.
Permintaan bantuan dan ketidakpastian kapan pandemi akan berakhir membuat PKBSI juga menggalang dana untuk mencukupi kebutuhan kebun binatang selama pandemi.
PKBSI membuka penggalangan dana sejak 30 April melalui transfer bank. Informasi terkait dapat diakses melalui akun Instragram @pkbsi. Nantinya donasi akan disalurkan sesuai skala prioritas kondisi keuangan masing-masing kebun binatang.
Sejauh ini sudah ada beberapa bantuan yang diterima PKBSI. Salah satunya bantuan pakan dari pemasok perhotelan kepada Taman Safari Bali sebanyak 600 kilogram daging, buah, dan sayur.
Selanjutnya pada Senin (4/5/2020), PKBSI akan mendistribusikan masing-masing 300 kilogram daging ayam, 10 ton rumput, dan 10 zak pelet untuk Kebun Binatang Semarang di Jawa Tengah dan Kebun Binatang Medan. ”Mudah-mudahan bantuan pakan bisa bertahan untuk 20 hari ke depan,” ujarnya.
Warga juga berinisiatif menggalang dana melalui platform digital Kitabisa. Setidaknya ada dua penggalangan dana yang sedang berlangsung untuk menyelamatkan satwa di Indonesia. Penggalangan pertama dilakukan oleh Rachel Vennya sejak 30 April. Ia bekerja sama dengan Borneo Orangutan Survival Fondation, salah satu organisasi konservasi satwa yang dilindungi habitatnya.
Organisasi ini melibatkan pencinta hewan untuk memberi makan hewan di jalan, penampungan hewan atau kebun binatang yang membutuhkan bantuan. Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk memberi makan, merawat hewan, menyediakan fasilitas APD untuk para dokter hewan, serta penjaga dan para teknisi yang terlibat. Hingga Minggu pukul 17.30, jumlah donasi telah mencapai Rp 464 juta dari target Rp 500.000 dalam 30 hari. Adapun donatur yang sudah menyumbangkan dananya sementara berjumlah 10.987 orang.
Penggalangan kedua dilakukan oleh Alshad Kautsar Ahmad sejak 1 Mei 2020. Donasi yang terkumpul akan disalurkan ke PKBSI untuk kebutuhan pakan hewan. Hingga Minggu pukul 17.30 jumlah donasi telah mencapai Rp 198 juta dari target Rp 2 miliar dalam 90 hari. Adapun donatur berjumlah 3.528 orang.