Bendungan Karian di Lebak Diresmikan, Bisa Mengairi 22.000 Hektar Sawah
Selain untuk mengairi persawahan, Bendungan Karian juga bisa memenuhi kebutuhan air baku dan pengendali banjir.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo meresmikan salah satu bendungan terbesar di Indonesia, yakni Bendungan Karian di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Bendungan yang memiliki daya tampung sebesar 315 juta meter kubik dengan luas genangan 1.773 hektar itu memberikan sejumlah manfaat kepada masyarakat di wilayah Banten hingga DKI Jakarta dan sebagian Jawa Barat.
Bendungan Karian yang merupakan salah satu proyek strategis nasional termasuk bendungan multifungsi. ”Yang pertama, bendungan ini akan memberikan manfaat irigasi bagi 22.000 hektar sawah,” ucap Presiden, Senin (8/1/2024).
Dari lokasi Bendungan Karian, Presiden sekaligus meresmikan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sitanala kapasitas 500 liter per detik di Kota Tangerang, Banten. Turut mendampingi Presiden, antara lain, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Hadi Tjahjanto, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Penjabat Gubernur Banten Al Muktabar, dan Penjabat Bupati Lebak Iwan Kurniawan.
”Bendungan Karian ini juga akan bisa memenuhi kebutuhan air baku sebesar 10,6 meter kubik per detik bagi masyarakat di Kabupaten Serang, Kota Serang, Kabupaten Cilegon, Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang Selatan, dan Kota Tangerang, serta di Jakarta bagian barat dan juga Kabupaten Bogor,” kata Presiden.
Bendungan Karian yang telah dibangun sejak 2015 menghabiskan anggaran senilai Rp 2,2 triliun. Bendungan tersebut juga memiliki manfaat sebagai pengendali banjir di Kabupaten Serang dan Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak. Fungsi lainnya adalah sebagai pembangkit listrik tenaga mikrohidro yang menghasilkan listrik 1,8 megawatt.
Dalam keterangan pers tertulis, Direktur Jenderal Sumber Daya Air Bob Arthur Lombogia mengatakan, Bendungan Karian dibangun sejak 2015. Bendungan memiliki manfaat utama untuk memenuhi penyediaan air baku yang akan dialirkan melalui Intake Karian dengan kapasitas 5,5 meter kubik per detik dan Intake Ciuyah dengan kapasitas 9,1 meter kubik per detik.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian I Ketut Jayada berharap, pemanfaatan bendungan ini dapat segera dilakukan supaya lebih optimal. ”Saat ini kami sedang dalam tahap pembebasan lahan untuk pipa transmisi sepanjang 59 kilometer. Sehingga dengan percepatan pembangunannya, maka fungsi bendungan akan lebih optimal,” ujarnya.
Seusai peresmian, Presiden melepas burung perkutut, kutilang, dan jogjog. Masih di lokasi yang sama, Presiden Jokowi turut menanam pohon bersama. Pohon yang ditanam oleh Presiden pada kesempatan tersebut adalah pohon pule.
Setelah meresmikan bendungan, Presiden Jokowi meresmikan tiga jembatan pengganti jembatan callender hamilton di Banten. Ketiga jembatan tersebut adalah Jembatan Cisadane A dan B Kota Tangerang, Jembatan Batu Ceper Kota Tangerang, serta Jembatan Tawing 1 Kabupaten Serang.
Presiden menjelaskan, di Pulau Jawa terdapat 37 jembatan callender hamilton yang tersebar di beberapa provinsi, yaitu Provinsi Banten ada 3 jembatan, Provinsi Jawa Barat ada 16 jembatan, Provinsi Jawa Tengah ada 9 jembatan, dan Provinsi Jawa Timur ada 9 jembatan. Menurut Presiden, jembatan-jembatan tersebut memiliki usia layanan sudah lebih dari 40 tahun.
”Sehingga memang perlu diganti karena sudah melewati usia layanan dan rentan untuk runtuh apabila ada beban logistik yang terlalu berat,” kata Presiden.
Presiden mengatakan bahwa tiga jembatan pengganti callender hamilton di Provinsi Banten tersebut menghabiskan biaya konstruksi sebesar Rp 270,5 miliar. Biaya tersebut meliputi Jembatan Cisadane A dan B dengan biaya konstruksi Rp 106,7 miliar, Jembatan Batu Ceper dengan biaya konstruksi Rp 123,2 miliar, serta Jembatan Tawing 1 dengan biaya konstruksi Rp 40,6 miliar.
Presiden berharap penggantian jembatan-jembatan tersebut akan makin memberikan manfaat nyata bagi masyarakat. Salah satunya meningkatkan aksesibilitas jalan antarkabupaten dan antarkota di Provinsi Banten. ”Dan, melancarkan mobilitas angkutan barang, angkutan orang, angkutan logistik, dan menekan biaya transportasi menjadi semakin efisien,” ujar Presiden.