Goa Tapak Raja Geliatkan Pariwisata di Kawasan IKN
Tidak mustahil berlibur di sekitar IKN, terutama setelah sebuah tempat wisata alam dibuka. Namanya Goa Batu Tapak Raja.
Untuk kesekian kalinya, Presiden Joko Widodo berkunjung ke Ibu Kota Negara Nusantara, Kalimantan Timur, pada 20 Desember 2023, untuk menginap di area kemah glamor alias glamping. Saking seringnya, menurut pemberitaan Kompas, sampai ketagihan bermalam di area bekas hutan tanaman industri yang masih asri itu.
Sayangnya, glamping di lokasi proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara bukanlah kesempatan yang dapat dinikmati warga umum, apalagi sampai membawa koki pribadi. Lagi pula, pada hari-hari biasa ketika Presiden tak berkunjung, area proyek IKN tak ramah wisata gara-gara kabut debu tebal dari lalu lalang truk-truk pembawa material dan segala macam aktivitas konstruksi.
Akan tetapi, bukan berarti mustahil untuk berlibur di sekitar IKN, terutama setelah sebuah tempat wisata alam dibuka. Namanya Goa Batu Tapak Raja yang terletak di Desa Wonosari, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), sekitar 30 kilometer dari Titik Nol IKN Nusantara.
Pada Minggu (31/12/2023), ratusan warga melancong ke kompleks gua tersebut. Sebagian warga mengeksplorasi gua batu yang menjadi inti dari tempat wisata itu, sementara beberapa anak bergantian meluncur di lintangan tali wahana flying fox dari atas gua.
Di sudut lain kompleks wisata itu, para remaja larut dalam tawa canda sembari mengarungi danau bekas tambang dengan perahu karet, sementara bukit-bukit yang ditumbuhi berbagai jenis pohon kayu melingkupi mereka. Adapun sebagian pengunjung lain bersantai di jajaran warung di seberang gua atau menggelar tikar untuk piknik keluarga.
Goa Batu Tapak Raja, yang mulai dibuka untuk wisata pada 28 Mei 2022, merupakan goa batu dengan stalaktit atau juntaian batu-batu yang meruncing dari atap liang gua. Air senantiasa menetes dari ujung-ujung stalaktit—yang terbentuk dari endapan mineral—ke lantai goa yang rata dengan tanah.
Nama ”Tapak Raja”, kata Kasiyono, berasal dari stalaktit yang mirip bentuk tapakan kaki seseorang.
Di sela-sela stalaktit, sesekali akan tampak kelelawar yang terbang sekelabat menuju tempatnya bergantung. Kasiyono, Kepala Desa Wonosari, menyebut, ada sekitar 10 jenis kelelawar di gua itu yang perlu diteliti lagi. Ada pula berbagai jenis burung serta monyet di hutan sekitar gua sehingga ekowisata cocok dikembangkan di sana.
Nama ”Tapak Raja”, kata Kasiyono, berasal dari stalaktit yang mirip bentuk tapakan kaki seseorang, meski kami tak menemukannya ketika berkunjung. Gua tersebut dipercaya sebagai lokasi bertapa pada zaman Kerajaan Sadurengas yang kemudian berubah menjadi Kesultanan Paser antara abad ke-14 hingga ke-20.
”(Kebiasaan bertapa) Ini diikuti oleh seorang Paser pada 1950-an, namanya Datuk Buen. Dia punya sahabat di gua ini, namanya Bea. Mereka tinggal berpuluh-puluh tahun di sini untuk memperdalam ilmu kanuragan (bela diri) dan pengobatan untuk membantu masyarakat,” kata Kasiyono, menjelaskan nama alias dari gua ini, yakni ”Liang Buen” atau ”Liang Bea”.
Baca juga: Cerita Si Pemilik Wisma dan Peladang dengan Rumah Cat Kusam
Pada 1970-an, gelombang transmigran dari Jawa datang dan menempati wilayah Sepaku, termasuk daerah yang kini menjadi Desa Wonosari. Namun, Goa Batu Tapak Raja tak langsung dijadikan obyek wisata, malahan dijadikan konsesi tambang batubara di tengah hutan belantara untuk perusahaan PT United Coal Indonesia hingga tahun 2011.
Kasiyono menyebut perusahaan tambang yang sudah pailit itu pergi tanpa melakukan reklamasi terlebih dahulu. ”Ketika jadi kepala desa pada tahun 2016, saya lihat potensi. Saya bilang, ’Ayo kita buat jalan setapak.’ Kami anggarkan dana desa buat jalan menuju ke sini walaupun kurang memadai saat itu,” katanya.
Gotong royong warga
Warga pun bahu-membahu. Buktinya, lokasi wisata itu dibangun tidak hanya dengan memanfaatkan lahan desa, tetapi juga lahan pribadi warga. Kasiyono bilang, ada 15 orang yang merelakan tanahnya untuk digunakan.
Lambat laun, aktivitas wisata pun terbentuk dan kabar tentang wisata gua mulai menyebar ke seluruh Sepaku. Geliatnya yang masih sangat baru sempat terhenti pada tahun 2020 akibat pandemi Covid-19, tetapi kembali menguat pada 2022, terutama setelah diresmikan oleh Pelaksana Tugas Bupati PPU, Hamdam.
”Saat itu, kami merayakan tasyakuran 1.000 ketupat. Angka 1.000 adalah (simbol) banyak masyarakat yang ikut gotong royong mewujudkan tempat ini menjadi tempat wisata. Jadi, kami mendeklarasikan ini menjadi tempat wisata walau belum kami pungut biaya,” kata Kasiyono.
Status Goa Batu Tapak Raja sebagai obyek wisata semakin tegas setelah seruan permintaan bantuan pemerintah desa disambut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Anggaran pun mengucur dalam bentuk kafe sekaligus gardu pandang di samping danau bekas tambang.
Ada pula jeti pendek yang menjadi semacam dermaga kecil di bibir danau. Wahana perahu dayung pun tercipta dengan adanya hibah tiga perahu karet dengan dayung dari KLHK.
Sementara itu, di atas gua dibangun jalan layang bertingkat. Selain melihat-lihat pemandangan dari atas, pengunjung juga bisa bermain flying fox dari sana. Tak lupa, dibuka pula taman ekoriparian dengan sungai kecil yang alirannya mengarah ke dalam gua.
Semua bantuan itu diiringi dengan upaya warga menanami sendiri bukit-bukit gundul di sekitar kompleks wisata itu dengan tanaman kayu. ”Ada sengon, durian, lai, cempedak, duku, kelengkeng, dan bambu. Ada juga tabebuya. Pohon-pohon itu bentuk reklamasi sendiri oleh masyarakat,” kata Kasiyono.
Semua bantuan itu diiringi dengan upaya warga menanami sendiri bukit-bukit gundul di sekitar kompleks wisata itu dengan tanaman kayu.
Semangat warga itu disambut baik oleh pemerintah pusat dengan pembangunan jalan daerah di Desa Argo Mulyo, Sepaku, pada 2023. Jalan daerah itu akan menjadi salah satu akses menuju IKN serta Goa Batu Tapak Raja di Desa Wonosari. Segmen satu sepanjang 4,8 km nilainya Rp 34,09 miliar, sementara segmen dua sepanjang 3,5 km bernilai Rp 33,27 miliar.
Ketika meninjaunya pada September 2023, Presiden Joko Widodo menyebut pembangunan jalan akan selesai pada akhir 2023. ”Jalan-jalan kabupaten seperti ini diperlukan karena ada efek ekonominya, yaitu untuk jalan produksi kelapa sawit, karet, dan lain-lainnya,” katanya, dikutip dari laman Sekretariat Kabinet RI.
Dampak ekonomi
Pada hari terakhir 2023, jalan menuju gua belum jadi, bahkan masih rusak. Akan tetapi, geliat pariwisata sudah terlihat jelas. Warga terus berdatangan setelah membayar tiket Rp 10.000 per orang ditambah karcis parkir mobil Rp 5.000. Wisata perahu juga dapat dinikmati dengan tiket seharga Rp 10.000 per orang, sementara flying fox Rp 25.000.
Ismawati (34), warga Desa Suka Raja yang berpiknik di dekat gua, menyebut kehadiran Goa Batu Tapak Raja memberikan referensi baru bagi warga Sepaku untuk berwisata. Selama ini, jika tidak di kolam pancing dan kolam renang sekitar Suka Raja, Ismawati dan keluarganya harus menempuh jarak 60 km untuk mengunjungi taman wisata Lamin Etam Ambors di Balikpapan.
”Sekarang enggak melulu di Suka Raja aja, bisa ke tempat lain yang cuma naik motor sudah bisa sampai. Memang di sini fasilitasnya belum oke karena masih baru, tapi yang sekarang sudah jauh berkembang,” kata Ismawati yang sudah pernah berkunjung ke Goa Batu Tapak Raja sekitar 6 bulan lalu.
Pramay Sheila (19), petugas karcis di Goa Batu Tapak Raja, menyebut kunjungan berbayar baru dimulai dua bulan terakhir. Pada hari-hari biasa berkisar 60-70 orang, sedangkan pada akhir pekan sampai 200 orang. ”Sejak adanya fasilitas baru, makin ramai. Banyak yang datang ke sini dari Balikpapan, Samarinda, ada juga dari Sangatta,” katanya.
Pada bulan pertama penerapan karcis, pendapatan mencapai sekitar Rp 20 juta. Namun, kata Kasiyono, kunjungan pada Desember 2023 melonjak berkat rentetan hari libur. Ia pun berharap aktivitas pariwisata bisa membawa pendapatan asli daerah (PAD) sekitar Rp 100 juta per tahun.
Goa Batu Tapak Raja kini dikelola oleh badan usaha milik desa (BUMDes) Wonosari. Pendapatan dari pariwisata nantinya dibagi dua antara karyawan pengelola lokasi dan BUMDes. Kemudian, BUMDes akan membagi hasil keuntungan dengan 15 pemilik lahan.
Baca juga: Malam Tahun Baru Sederhana di IKN
Kehadiran obyek wisata pun memberikan pendapatan tambahan bagi warga. Jumari (43), petugas di wahana perahu karet, menyebut bisa memperoleh Rp 500.000-Rp 600.000 per bulan sebagai penopang pendapatannya dari kerja serabutan.
”Kebetulan di sini mulai ramai. Beberapa waktu lalu pernah ibu-ibu PKK datang, terus anak-anak sekolah dari Balikpapan. Mereka sekalian lihat IKN,” kata Jumari.
Akhirnya, warga Desa Wonosari sebagai ”pemilik” Goa Batu Tapak Raja berharap pariwisata terus berkembang di sana. Bukan tak mungkin, ia akan menjadi alasan bagi lebih banyak orang untuk ketagihan berwisata di IKN ketika proyek kota futuristik itu selesai kelak.