Terminal Bus Direvitalisasi, Ikhtiar Menarik Publik Menggunakan Angkutan Umum
Terminal bus mesti berstandar baik seperti yang direvitalisasi. Tak boleh ada preman mengganggu kenyamanan penumpang.
Oleh
NINA SUSILO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Terminal bus di Indonesia harus dipastikan aman dan mampu melayani penumpang bus dengan baik. Lebih lagi, terminal-terminal yang direvitalisasi dan dibangun baru disiapkan untuk menjadi pusat kegiatan masyarakat, pusat kuliner, dan pusat UMKM.
Presiden Joko Widodo menilai terminal bus di Indonesia semestinya berstandar baik seperti di terminal-terminal yang baru direvitalisasi. Tak boleh lagi ada preman yang mengganggu kenyamanan penumpang.
”Kalau dulu terminal bus image-nya adalah preman. (Sekarang) Ini sudah hilang, terminal bus adalah tempat pelayanan,” tutur Presiden Jokowi saat meresmikan empat terminal yang baru direvitalisasi di Jawa Tengah dan Jawa Timur dari Purworejo, Jateng, Selasa (2/1/2024). Keempat terminal tipe A itu adalah Terminal Purworejo di Kabupaten Purworejo, Jateng; Terminal Mendolo di Kabupaten Wonosobo, Jateng; Terminal Purboyo di Kota Madiun, Jatim; dan Terminal Patria di Kota Blitar, Jatim.
Hadir pula dalam acara ini Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Penjabat Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana, dan Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak.
Presiden Jokowi menilai sarana dan prasarana terminal yang baru direvitalisasi sangat baik. Tak hanya melayani masyarakat pengguna bus dan mendorong peningkatan konektivitas antardaerah, terminal juga mendukung penguatan ekonomi dan UMKM.
”Mestinya terminal bus, ya, kayak begini,” tambah Presiden.
Selain mengapresiasi pembangunan empat terminal tersebut, Presiden juga meminta Menteri Perhubungan untuk memantau terminal di kota/kabupaten lainnya. Dengan demikian, seluruh kota/kabupaten memiliki terminal dengan standar yang sama.
Budi Karya Sumadi dalam laporannya mengatakan, pembangunan dan revitalisasi terminal diharap mampu menarik masyarakat untuk kembali menggunakan angkutan massal antarkota dan dalam kota. Selain itu, konsep terminal yang disiapkan juga tak hanya menjadi lokasi naik turun penumpang bus, tetapi juga menjadi pusat kegiatan masyarakat terutama UMKM. Karenanya, selain tempat naik turun penumpang, disiapkan juga berbagai fasilitas untuk kegiatan masyarakat, seperti gedung serbaguna, pusat kuliner, dan pusat UMKM.
Terminal Purworejo yang terletak di jalur utama lintas selatan juga menyediakan area komersial, yakni pusat UMKM, pusat kuliner, pusat perbelanjaan, dan gedung serbaguna. Terminal tipe A dengan luas lahan 11.890 meter persegi ini dibangun dengan biaya Rp 30 miliar.
Terminal Mendolo Wonosobo direvitalisasi mulai Mei 2023 dengan anggaran Rp 20 miliar. Terminal dengan luas lahan 29.319 meter persegi ini bukan hanya menjadi lokasi naik turun penumpang yang sebagian besar adalah pendaki, tetapi juga menjadi lokasi kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya.
Adapun Terminal Patria Kota Blitar dengan luas lahan 3.950 meter persegi dibangun dengan biaya Rp 65 miliar. Adapun Terminal Purboyo Madiun mengusung tema green building sehingga banyak bangunan kaca untuk meminimalkan penggunaan lampu. Setelah revitalisasi dengan biaya Rp 30 miliar ini diharap terminal ke depan bisa menampung 700 bus per hari. Saat ini, rata-rata baru 500 bus yang datang dan pergi di Terminal Purboyo.
Angkutan massal, menurut Presiden Jokowi, adalah jawaban atas segala kemacetan yang terjadi di semua kota di Indonesia. Ketika semua orang menggunakan kendaraan pribadi baik mobil maupun sepeda motor pribadi, keluhan macet tak bisa dihindari. Namun, untuk mengatasinya bisa didorong penggunaan transportasi massal umum.
”Di Jakarta sudah ada MRT meski belum selesai, sudah ada LRT meski belum selesai, sudah ada KRL juga meski masih belum cukup, sudah ada kereta cepat, membantu tapi juga baru sampai di Bandung. Ini kerja pemerintah kejar-kejaran dengan kemacetan di semua kota. Tidak mudah, tetapi kita harus berani membangun sarana dan prasarana yang mendukung transportasi massal dan transportasi umum,” tutur Presiden.
Untuk itu, meski menuai banyak pro dan kontra, pembangunan beragam fasilitas angkutan umum massal tetap dikerjakan. Apalagi, ke depannya, menurut Presiden, berbagai kota di Jawa ke depan harus terhubung sebagai aglomerasi.
”Kalau transportasi massalnya tidak terbangun, akan macet, dan itu bisa terjadi kalau (sarana prasarana transportasi massal) tidak kita bangun,” tambahnya.
Sejauh ini, beberapa terminal tipe A sudah direvitalisasi di Indonesia, apalagi kewenangan pengelolaan terminal tipe A kini diserahkan ke Kemenhub, bukan lagi di pemerintah daerah. Beberapa terminal yang sudah direvitalisasi, antara lain, Terminal Amplas di Medan, Sumatera Utara; Terminal Anak Air di Kota Padang, Sumatera Barat; Terminal Tingkir di Salatiga, Jateng; Terminal Tamanan di Kediri, Jatim; Terminal Purbaya di Surabaya, Jatim; Terminal Bimoku di Nusa Tenggara Timur; Terminal Banjar di Kalimantan Selatan; serta Terminal Bolaang Mongondow di Sulawesi Utara.
Tiga terminal diresmikan Presiden Jokowi pada 13 Desember lalu dari Salatiga, Jateng. Ketiganya adalah Terminal Tipe A Tingkir Salatiga, Terminal Tipe A Paya Ilang Kabupaten Aceh Tengah, dan Terminal Tipe A Anak Air Kota Padang.