Kecelakaan Kapal Meningkat di Sultra, Keselamatan Pelayaran Jadi ”PR” Besar
Kasus kecelakaan kapal masih menjadi momok di perairan Sulawesi Tenggara. Hingga akhir 2023, kasus kecelakaan kapal yang ditangani SAR Kendari mencapai 43 kasus, naik dari 38 kasus pada tahun sebelumnya.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Kasus kecelakaan kapal di perairan Sulawesi Tenggara meningkat sepanjang 2023. Hingga akhir Desember, telah terjadi 43 kecelakaan. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 38 kasus. Keselamatan pelayaran menjadi pekerjaan besar dan diharapkan menjadi perhatian utama ke depan.
”Hingga Sabtu (30/12/2023) ini terjadi total 67 kecelakaan yang ditangani, di mana 43 kasus adalah kecelakaan kapal dan 24 kasus kondisi membahayakan manusia. Sebagai perbandingan, pada 2022 terjadi total 67 kasus, dengan 38 kecelakaan kapal, 28 kondisi membahayakan, dan satu bencana,” tutur Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Kendari Muhamad Arafah, Sabtu siang, di Kendari, Sulawesi Tenggara.
Secara umum, ia menyampaikan, kasus kecelakaan kapal memang masih menjadi yang dominan sejauh ini. Wilayah perairan Buton adalah daerah yang paling banyak terjadi kecelakaan kapal, lalu diikuti perairan Wakatobi. Dua perairan ini rutin menjadi wilayah yang rawan karena intensitas melaut yang tinggi.
Adapun total korban, tambah Arafah, sebanyak 1.150 orang. Dari jumlah itu, 1.103 orang berhasil diselamatkan. Sementara itu, sebanyak 35 orang meninggal dan 12 orang hilang. Dari jumlah ini, 20 korban meninggal dan 9 orang hilang akibat kecelakaan kapal.
Jumlah ini juga meningkat dibandingkan dengan 2022. Tahun lalu, total korban sebanyak 246 orang, dengan 210 di antaranya diselamatkan. Adapun korban meninggal sebanyak 29 orang dan 7 orang hilang.
Arafah mengimbau agar pelaku pelayaran hingga nelayan memperhatikan faktor keselamatan sebelum melaut. Hal itu untuk menghindari terjadinya kecelakaan yang membahayakan nyawa.
Kepala Seksi Operasi KKP Kendari Saiful Winanarta mengungkapkan, dalam sejumlah kasus penyelamatan dan evakuasi yang dilakukan, kapal yang mengalami kecelakaan tidak memiliki alat keselamatan yang memadai. Tidak hanya itu, alat komunikasi yang disyaratkan juga tidak dimiliki.
Akibatnya, saat terjadi kecelakaan, korban sulit dicari dan ditemukan. Pencarian hanya berdasar posisi terakhir yang diketahui, arus laut, tanpa ada komunikasi lanjutan dengan korban.
Salah satu kecelakaan kapal yang menelan banyak korban jiwa terjadi pada Juli lalu. Saat itu, sebuah rakit yang menjadi penyeberangan umum warga terbalik di Teluk Mawasangka Tengah, Senin (24/7/2023) pukul 00.20 Wita. Sebanyak 15 penumpang yang semuanya warga Desa Lagili, Kecamatan Mawasangka Timur, tewas dalam kejadian ini.
Saat kejadian, total penumpang mencapai 69 orang, dengan 54 orang selamat. Padahal, rakit tersebut hanya dapat menampung 20 orang dalam sekali penyeberangan. Rakit penyeberangan tersebut hanya memiliki panjang 8,3 meter dan lebar 2,3 meter. Dalam penyeberangan juga tidak ada pelampung dan jaket penyelamat.
Terkait operasi siaga Natal dan Tahun Baru 2024 yang tengah berlangsung saat ini, KKP Kendari menyiagakan ratusan personel dan potensi SAR yang telah dilatih. Para petugas telah ditempatkan di sejumlah pos dan titik yang diantisipasi.
”Dalam operasi Natal dan Tahun Baru ini, kami menyiagakan 116 personel dan ratusan potensi SAR yang telah dibagi ke sejumlah titik yang perlu diantisipasi. Termasuk juga lokasi-lokasi wisata yang diprediksi akan ramai dikunjungi di masa libur tahun baru ini,” katanya.
Sementara itu, Kepala Stasiun Maritim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kendari Sugeng Widarko memaparkan, saat ini transisi musim hujan mulai terjadi di Sultra. Curah hujan turun merata di hampir semua wilayah meski dengan intensitas yang berbeda satu sama lain.
Selama Desember, misalnya, curah hujan lebih banyak terjadi di wilayah daratan Sultra. Peringatan dini juga terus dikeluarkan agar masyarakat dan pemerintah waspada. Cuaca lokal di wilayah berpotensi menambah risiko terjadinya bencana. Meski begitu, hujan juga terjadi di wilayah kepulauan.
Terkait operasi siaga Natal dan Tahun Baru 2024 yang tengah berlangsung saat ini, KKP Kendari menyiagakan ratusan personel dan potensi SAR yang telah dilatih. Para petugas telah ditempatkan di sejumlah pos dan titik yang diantisipasi.
”Oleh karena itu, kewaspadaan harus ditingkatkan terkait potensi bencana hidrometeorologi. Dalam rapat bersama forkopimda (forum koordinasi pimpinan daerah) kemarin kami juga sampaikan untuk mewaspadai angin kencang dan hujan lebat yang bisa menimbulkan bencana,” tutur Sugeng, pekan lalu.