Awal Musim Hujan, Waspadai Bencana Hidrometeorologi di Sultra
Curah hujan tinggi mulai terjadi di wilayah Sultra. Banjir hingga angin kencang mengintai daratan maupun kepulauan.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Memasuki transisi ke musim hujan, curah hujan tinggi mulai terjadi di banyak wilayah Sulawesi Tenggara. Bencana banjir hingga angin kencang mengintai wilayah daratan maupun kepulauan. Semua pihak diharapkan waspada di tengah perubahan cuaca yang terjadi.
”Untuk Sultra, di Desember ini sudah hujan semua, tapi masih hujan pancaroba. Cirinya itu hujan terjadi pada siang dan sore, dengan intensitas singkat dan debit yang tinggi. Hujan juga biasanya disertai petir dan guntur hingga angin kencang,” kata Kepala Stasiun Maritim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kendari Sugeng Widarko, Selasa (19/12/2023), di Kendari, Sultra.
Sugeng memaparkan, kondisi itu merupakan bentuk transisi masuknya musim hujan di suatu wilayah. Perubahan musim terjadi merata di hampir semua wilayah Sultra, meski dengan intensitas yang berbeda satu sama lain.
Selama Desember ini, misalnya, curah hujan lebih banyak terjadi di wilayah daratan Sultra. Peringatan dini juga terus dikeluarkan agar masyarakat dan pemerintah waspada. Cuaca lokal di wilayah berpotensi menambah potensi terjadinya bencana. Meski begitu, hujan juga terjadi di wilayah kepulauan.
”Oleh karena itu, kewaspadaan harus ditingkatkan terkait potensi bencana hidrometeorologi. Dalam rapat bersama forkopimda (forum koordinasi pimpinan daerah) kemarin kami juga sampaikan untuk mewaspadai angin kencang dan hujan lebat yang bisa menimbulkan bencana,” tutur Sugeng.
Sugeng menambahkan, hingga sekarang, tinggi gelombang laut terpantau masih normal, yaitu di bawah 1 meter. Namun, belajar dari tahun-tahun sebelumnya, kondisi bisa berubah di akhir bulan dengan tinggi gelombang bisa mencapai 4 meter.
Bencana hidrometeorologi kerap terjadi di wilayah Sultra, utamanya ketika musim hujan tiba. Pekan lalu, sejumlah rumah warga di Desa Tongauna, Kabupaten Kolaka Timur, rusak diterjang angin kencang.
Di Kota Baubau, Senin (18/12/2023), hujan deras dengan intensitas lama membuat sejumlah wilayah tergenang. Wilayah tersebut memang diketahui rawan banjir karena topografi yang berbentuk cekungan.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Baubau, Muslimin Hibali, mengungkapkan, di awal musim hujan ini, pihaknya telah bersiap untuk menghadapi potensi bencana yang bisa terjadi. Petugas, peralatan, dan sarana evakuasi telah disiagakan untuk mengantisipasi kondisi di lapangan.
”Di Baubau, ada lima kelurahan yang kami waspadai bisa terjadi bencana banjir dan itu memang rutin terjadi. Makanya, perahu karet telah kami siagakan, termasuk peralatan lainnya,” tutur Muslimin.
Selama ini, menurut Muslimin, bencana yang rutin terjadi saat musim hujan tiba adalah banjir. Beberapa tahun terakhir, banjir merusak rumah, lahan pertanian, dan ternak warga. Sejumlah wilayah yang rawan bencana tersebut menjadi perhatian utama saat ini.
Di Baubau, ada lima kelurahan yang kami waspadai bisa terjadi bencana banjir dan itu memang rutin terjadi
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Kendari Muhammad Arafah mengungkapkan, pihaknya menyiagakan 895 personel untuk mengantisipasi potensi bencana selama masa Natal dan Tahun Baru. Personel tersebut terdiri dari 122 personel dan 773 potensi SAR yang tersebar di wilayah Sultra.
Menurut Arafah, ada sejumlah potensi ancaman yang perlu diwaspadai dalam pelaksanaan Siaga SAR Khusus Natal dan Tahun Baru (Nataru). Beberapa adalah bencana hidrometeorologi, yaitu banjir, gelombang tinggi, longsor, banjir bandang, dan angin puting beliung.
Potensi ancaman lainnya adalah bencana geologi, kecelakaan transportasi, hingga kondisi membahayakan di tempat-tempat wisata.
”Ke depan ada peningkatan jumlah masyarakat yang mudik libur Natal dan Tahun Baru kali ini akibat bersamaan dengan waktu libur sekolah. Maka penyelenggaraan Siaga SAR Khusus Nataru harus tetap mengedepankan aspek keselamatan dalam pelaksanaannya,” katanya.