Cuaca Ekstrem di Daratan Sultra, Tiga Tewas dan Ratusan Rumah Rusak
Tiga orang meninggal dan puluhan bangunan rusak akibat cuaca ekstrem di wilayah Kendari dan sekitarnya. Pemkot Kendari tetapkan status darurat bencana selama tujuh hari ke depan.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS
Petugas BPBD Kendari memotong batang pohon yang tumbang dan menimpa rumah warga di Puuwatu, Kendari, Sulawesi Tenggara, Senin (6/3/2023). Cuaca ekstrem melanda wilayah Kendari dan sekitarnya pada Minggu (5/3/2023) petang yang berdampak pada sejumlah korban jiwa dan kerusakan bangunan di banyak tempat. BMKG memperingatkan agar warga tetap waspada selama beberapa hari ke depan.
KENDARI, KOMPAS — Angin kencang dan hujan deras menerjang wilayah Kendari dan beberapa wilayah lain di daratan Sulawesi Tenggara. Tiga orang tewas, dan ratusan rumah rusak akibat cuaca ekstrem yang terjadi. Warga diharapkan tetap waspada selama beberapa hari ke depan.
Angin kencang disertai hujan dan petir itu menimpa wilayah Kendari dan sekitarnya pada Minggu (5/3/2023) petang. Cuaca tiba-tiba berubah gelap disertai hujan ekstrem. Angin yang bertiup kencang merobohkan pohon dan menerbangkan beberapa bagian bangunan.
Di Kelurahan Watulondo, Puuwatu, Kendari, Jumiati (65), seorang warga, meninggal tertimpa pohon di kediamannya. Ia tidak sempat menyelamatkan diri saat sebuah pohon jambu mete tumbang dan menghancurkan rumah papannya.
”Itu waktu hujan ada suara pohon tumbang. Saya segera lari tendang papan sampai bisa keluar. Istri saya di dalam tidak sempat lari,” kata Udin Satari (72), suami korban, setelah pemakaman istrinya, Senin (6/3).
Ia dan istrinya tinggal di sebuah gubuk dari papan di lingkungan tersebut. Kediamannya tampak luluh lantak dihantam pohon yang tercerabut dari akarnya. Korban dimakamkan di sebuah pemakaman umum yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Kerabat hingga aparat pemerintah turut mengikuti pemakaman korban.
Selain Jumiati, dua orang lainnya juga meninggal akibat dampak cuaca buruk. Data kepolisian, seorang warga di Morosi, Konawe, meninggal tertimpa pohon saat berkendara di kondisi hujan deras dan angin kencang. Sementara itu, seorang nelayan asal Konawe Selatan meninggal tersambar petir di perairan Kendari saat memancing ikan. Kedua korban ini juga telah dimakamkan oleh pihak keluarga.
KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS
Tetangga mengunjungi kediaman Mujiati (65), warga Watulondo, Puuwatu, Kendari, Sulawesi Tenggara, yang meninggal setelah tertimpa pohon tumbang, Senin (6/3/2023). Cuaca ekstrem melanda wilayah Kendari dan sekitarnya pada Minggu (5/3/2023) petang yang berdampak pada sejumlah korban jiwa dan kerusakan bangunan di banyak tempat. BMKG memperingatkan agar warga tetap waspada selama beberapa hari ke depan.
Hingga Senin siang, kondisi di Kota Kendari terlihat masih berantakan. Puluhan pohon tumbang dan menutupi badan jalan. Sejumlah rumah rusak tertimpa pohon yang tumbang. Beberapa bangunan rusak parah terdampak angin kencang. Petugas dan warga terlihat berupaya menyingkirkan batang pohon yang menimpa rumah, atau menutupi badan jalan.
Yulianti (39), warga Jalan Malik Raya, Kendari, menuturkan, ia sedang berada di dalam bangunan gedung pertemuan Grand Awani yang baru saja digunakan untuk hajatan. Hujan deras dan angin kencang tiba-tiba datang dan membuat plafon bangunan runtuh. Ia segera berlari keluar bersama anaknya.
”Saya lari keluar, di depan sudah ada beberapa yang berteduh. Tapi tiba-tiba bagian atas bangunan jatuh dan menimpa mobil yang parkir,” katanya sambil menunjuk halaman gedung yang dipenuhi pecahan kaca dan serakan dinding yang roboh. Di halaman depan gedung pertemuan tersebut, dua mobil dan sebuah motor rusak berat ditimpa dinding bangunan yang runtuh.
Kepala Stasiun Maritim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kendari Sugeng Widarko menjelaskan, cuaca ekstrem yang terjadi utamanya disebabkan oleh nilai labilitas atmosfer yang sangat labil sehingga menjadikan konvektisitas lokal menguat. Hal ini pulalah yang menyebabkan pertumbuhan awan-awan konvektif lebih signifikan untuk di Kendari dan sekitarnya.
Selain itu, awan kumulonimbus yang tumbuh merupakan multisel sehingga menyebabkan embusan angin yang sangat kuat dan disertai petir. Bahkan, dari pantauan radar, tinggi dasar awan sangat rendah, yaitu sekitar 200 meter. Kondisi ini berdampak pada embusan angin yang kuat ke daratan.
”Kecepatan angin mencapai 25 knot (45 kilometer/jam). Sementara curah hujan tercatat 10-20 milimeter atau kategori sedang. Potensi cuaca buruk bisa terjadi kembali, meski yang seperti kemarin sangat jarang terjadi. Kami telah mengeluarkan peringatan dini dan berharap agar masyarakat terus waspada akan dampak bencana hidrometeorologi.” katanya.
KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS
Sebuah pohon tumbang dan menutup sebagian badan jalan di Kecamatan Mandonga, Kendari, Sulawesi Tenggara, seperti terlihat pada Senin (6/3/2023). Cuaca ekstrem melanda wilayah Kendari dan sekitarnya pada Minggu (5/3/2023) petang yang berdampak pada sejumlah korban jiwa dan kerusakan bangunan di banyak tempat. BMKG memperingatkan agar warga tetap waspada selama beberapa hari ke depan.
Menurut Sugeng, BMKG mengidentifikasi adanya potensi peningkatan curah hujan sepekan ke depan di wilayah Sultra. Kondisi ini dipicu peningkatan indeks labilitas, massa udara basah yang terkonsentrasi di wilayah itu, serta hangatnya suhu muka laut di perairan Sultra.
Sementara itu, Penjabat Wali Kota Kendari Asmawa Tosepu menuturkan, pihaknya telah melakukan penanganan darurat atas dampak bencana angin kencang yang menimpa sebagian besar wilayah Kendari. Penanganan warga terdampak, dan pohon tumbang terus dilakukan sejak bencana terjadi.
Berdasarkan data yang dikumpulkan pemerintah hingga Senin sore, tambah Asmawa, bencana angin kencang ini menyebabkan seorang warga Kendari meninggal, 139 rumah warga rusak, dan 8 bangunan rusak.
Bencana angin kencang ini menyebabkan seorang warga Kendari meninggal, 139 rumah warga rusak, dan 8 bangunan rusak.
”Kami menetapkan status darurat bencana di Kota Kendari sampai tujuh hari ke depan. Pemerintah Kota mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang ditimbulkan dari cuaca ekstrem. Mengingat sifatnya darurat, diharapkan semangat gotong royong dari masyarakat dalam membantu penanganan akibat bencana, terutama pembukaan akses jalan yang terhalang akibat pohon yang tumbang,” tuturnya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kendari Ridwansyah Taridala menuturkan, proses penanganan hingga pendataan masih terus berlangsung hingga saat ini. Sejauh ini, ada satu warga Kendari yang meninggal akibat bencana angin kencang ini dan satu orang lainnya terluka.
”Korban yang meninggal karena tertimpa bangunan saat sedang tidur di rumah sederhana mereka. Kami sudah datangi dan berikan penanganan langsung,” katanya.
Terkait korban lainnya, ia melanjutkan, perangkat pemerintah semua ditugaskan untuk melakukan penanganan darurat dan pendataan warga terdampak. Bantuan juga segera disalurkan agar warga terdampak tidak kesulitan.
KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS
Sejumlah kendaraan rusak berat tertimpa bangunan yang roboh akibat angin kencang dan hujan ekstrem di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, Minggu (5/3/2023) petang. Cuaca ekstrem melanda wilayah Kendari dan sekitarnya yang berdampak pada sejumlah korban jiwa dan kerusakan bangunan di banyak tempat. BMKG memperingatkan agar warga tetap waspada selama beberapa hari ke depan.