Antisipasi Longsor, PT KAI Tanam Rumput Akar Wangi
Sedikitnya 9.000 tanaman akar wangi diandalkan sebagai pencegah longsor di Daop 5 Purwokerto. Targetnya akan ditanam hampir 60.000 akar wangi di berbagai kawasan rawan bencana.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·2 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Sedikitnya 9.000 tanaman akar wangi (Chrysopogon zizaionide) diandalkan mencegah longsor sekitar rel kereta di area PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 5 Purwokerto. Targetnya akan ditanam hampir 60.000 akar wangi di berbagai kawasan rawan bencana.
Saat ini, sejumlah titik di wilayah Daop 5 Purwokerto terdata rawan longsor, ambles, hingga banjir. Beberapa di antaranya di Prupuk-Linggapura, Banjar-Langen, Gandrungmangun-Kawunganten, Kawunganten-Jeruklegi, dan Lebeng–Maos.
Manajer Humas Daop 5 Purwokerto Feni Novida Saragih di Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (14/12/2023), mengatakan, langkah ini bagian dari metode bio-engineering (rekayasa hayati) penguatan lereng. Akar serabut akar wangi bisa tumbuh lurus hingga kedalaman tanah 5 meter. Bahkan, akarnya bisa menembus lapisan setebal 15 sentimeter di lereng berbatu.
Feni menyebut, penanaman sejauh ini sudah dilakukan di Km 315+1/2 jalur hilir petak jalan antara Stasiun Bumiayu dan Stasiun Kretek. Selama Desember 2023, targetnya akan ditanam 9.000 akar wangi di berbagai titik.
”Secara bertahap, kami akan menanam hingga 59.177 akar wangi,” katanya.
Selain ampuh meminimalkan longsor, nilai ekonomi akar wangi juga menjanjikan. Salah satu sentra produksi yang ternama di Indonesia ada di Garut, Jawa Barat.
Di Kecamatan Samarang, lereng Gunung Guntur, misalnya, warga menyuling minyak akar wangi sebagai bahan parfum dan perisa makanan untuk konsumen Italia, Perancis, Jepang, dan Amerika Serikat. Produksi minyaknya pernah menyentuh 30 ton per tahun.
Meski belum sebesar Haiti, negara terbesar penghasil minyak akar wangi dengan 80-100 ton per tahun, minyak akar wangi Garut tak kehilangan daya tarik. Harganya pernah mencapai Rp 900.000 hingga Rp 2,8 juta per kilogram.
Profesor Pudji Widodo, dosen di Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, mengapresiasi penanaman akar wangi untuk mencegah longsor. Dengan panjang akar bisa mencapai 1 meter, tanaman itu bagus untuk mencegah erosi permukaan tanah.
Pudji menyebut, tanaman ini bakal tumbuh subur pada ketinggian 700-1.500 meter di atas permukaan laut dan ideal mencengkram tanah di usia delapan bulan. Dia menambahkan, akar wangi tidak perlu perawatan khusus.
Namun, Pudji mengingatkan, untuk lahan terjal, sebaiknya dikurangi dulu kemiringannya sebelum menanam. Semua, katanya, dilakukan demi mendapatkan manfaat maksimal akar wangi. ”Kemiringan tanah jangan sampai 45 derajat,” kata Pudji.