ARMA Fest 2023 Angkat Warisan Budaya dan Kreativitas
ARMA Fest 2023 turut menandai kebangkitan penyelenggaraan acara seni budaya pascapandemi Covid-19 di Bali.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
GIANYAR, KOMPAS — Museum Seni Agung Rai (Agung Rai Museum of Art/ARMA) Ubud menghadirkan perayaan seni, budaya, dan kreativitas selama dua hari dalam ARMA Fest 2023. Pada ajang Sabtu dan Minggu (9-10/12/2023), ARMA Fest 2023 juga menampilkan koleksi museum seni, yang berlokasi di Ubud, Gianyar, Bali.
ARMA Fest 2023 menjadi wahana mengenalkan dan memamerkan beragam koleksi museum, yang mencerminkan warisan budaya, dan pergelaran seni budaya dari Nusantara dan internasional. Sejumlah seniman dan kelompok seni, yang dilibatkan untuk menyemarakkan perayaan ARMA Fest 2023, di antaranya Gus Teja World Music, Kobagi Kecak, Reog Ponorogo Kutu Wetan, Genggong Kutus, dan Gamelan Sundaram serta Selonding and Rhythm Rebel.
Dalam konferensi pers mengenai ARMA Fest 2023 di ARMA Museum and Resort Ubud, Senin (4/12/2023), pimpinan proyek (project leader) ARMA Fest 2023, Edy Winarta, mengatakan, penyelenggaraan ARMA Fest 2023 turut menandai kebangkitan acara pergelaran seni budaya setelah mengalami masa jeda selama pandemi Covid-19. Seluruh pertunjukan dan karya seni yang ditampilkan di ARMA sudah dikurasi.
”ARMA Fest menjadi sebuah extravaganza, yang unik, yang membuktikan keberlanjutan tradisi budaya Bali dan nasional,” kata Edy, yang juga Director of Sales and Marketing ARMA Museum and Resort Ubud.
Konferensi pers juga dihadiri pendiri Museum ARMA Ubud, Anak Agung Gde Rai, General Manager ARMA Museum and Resort Ubud Made Suhartana, dan musisi Agus ”Gus” Teja Sentosa. Edy menambahkan, selama festival, pengunjung dapat berinteraksi dengan sejumlah seniman, yang dilibatkan dalam festival, melalui kegiatan lokakarya dan pertunjukan langsung.
Pergelaran ARMA Fest 2023 dilaksanakan di area Museum ARMA Ubud. Agung Rai menyatakan, penyelenggaraan festival seni budaya tersebut sejalan dengan visi Museum ARMA Ubud menjembatani seni budaya tradisi, yang menjadi warisan, dengan kekinian, yang mencirikan keunikan dan kekayaan Bali. ”Sebab, budaya Bali adalah living culture, budaya yang hidup dan adaptif,” kata Agung Rai.
Agung Rai menambahkan, pergelaran ARMA Fest juga memberikan warna bagi keberadaan museum tanpa mengganggu fungsi museum sebagai lembaga pelindungan dan pengembangan koleksi seni budaya. Menurut Agung Rai, festival ini diharapkan menjadi momen mempromosikan koleksi museum dan karya seniman maupun kelompok seniman kepada khalayak luas. ”ARMA Fest menjadi bagian dari proses pertukaran budaya, proses kolaborasi, dan proses kurasi,” katanya.
Penyelenggaraan ARMA Fest juga didukung fasilitas museum yang memiliki panggung terbuka dan area parkir yang cukup luas. GM ARMA Museum and Resort Made Suhartana menyatakan, area Museum ARMA Ubud sudah biasa digunakan sebagai tempat pergelaran acara seni budaya dan event berskala nasional maupun internasional.
Adapun tiket pertunjukan ARMA Fest 2023 dijual seharga Rp 350.000 per orang untuk satu hari pertunjukan dan Rp 500.000 per orang untuk dua hari pertunjukan. Bagi anak-anak tidak dikenakan biaya, sedangkan bagi kalangan mahasiswa diberikan harga khusus. Pengenaan harga tiket itu juga bertujuan mengapresiasi para seniman dan artis, yang dilibatkan dalam pergelaran ARMA Fest 2023.
Musisi Gus Teja mengatakan, dirinya antusias terhadap penyelenggaraan ARMA Fest 2023 dan berencana menampilkan karya musik, yang alat-alat musiknya merupakan buatan sendiri.
Gus Teja mengungkapkan, dirinya dan Museum ARMA Ubud memiliki kedekatan pribadi. Gus Teja pernah mengikuti kegiatan sanggar seni di Museum ARMA Ubud saat masih duduk di sekolah menengah atas.
”Ini momen nostalgia bagi saya dapat tampil di Museum ARMA Ubud. Adanya undangan ini membuat hati saya berbunga-bunga,” katanya.