Lari Gembira Menggaungkan Asa Borobudur Marathon Berlanjut
Warga di sekitar Borobudur, Magelang, berharap Borobudur Marathon digelar terus di tahun-tahun yang akan datang.
Bertahun-tahun, masyarakat di kawasan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, merasa mendapatkan banyak manfaat dari penyelenggaraan Borobudur Marathon Powered by Bank Jateng. Mereka berharap ajang lari tahunan yang mendatangkan ribuan orang ke Borobudur itu bisa terus berlanjut bahkan naik kelas supaya manfaat yang dirasakan bisa turut berlanjut.
Nur Kusumawati (49) duduk menyeka keringat seusai meneguk sebotol air mineral. Warga Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, itu baru saja berlari sejauh 2,85 kilometer dalam acara Borobudur Fun Run di Kompleks Candi Pawon, Kecamatan Borobudur, Minggu (3/12/2023) pagi.
Acara itu digelar sebagai bentuk ucapan terima kasih bagi warga Borobudur yang telah membantu menyukseskan Borobudur Marathon 2023, lomba lari yang digelar atas kerja sama Pemerintah Provinsi Jateng, Bank Jateng, Harian Kompas, dan Yayasan Borobudur Marathon tersebut.
Tahun ini adalah tahun kedua Nur ikut berlari dalam ajang Borobudur Fun Run. Nur mengaku senang karena bisa kembali mencicipi sebagian rute yang dilalui para pelari Borobudur Marathon. Setelah mengikuti acara itu tahun lalu, Nur akhirnya menyadari betapa nikmatnya berlari di kampungnya. Badan jadi lebih segar, mata pun bisa ikut dimanjakan dengan indahnya pemandangan alam yang ada.
”Sejak saat itu, saya jadi hobi lari. Ya, walaupun lari jarak pendek di sekitar kampung. Semoga tahun-tahun berikutnya bisa diadakan lagi acara seperti ini untuk warga, tapi rutenya diperpanjang jadi minimal 5 kilometer biar larinya lebih lama, jadi lebih puas,” ujarnya sambil terkekeh.
Baca juga: Sekitar 2.000 Pelari Meriahkan ”Borobudur Fun Run”
Menurut Nur, Borobudur Marathon tidak hanya menjadi hiburan bagi warga setempat, tetapi juga sumber pendapatan. Banyak tetangganya yang mengaku diuntungkan dengan adanya lomba yang diikuti ribuan orang tersebut, terutama dari segi perekonomian.
Setiap tahun, Nur selalu mendengar cerita tentang masih adanya pelari yang tidak kebagian kamar karena penginapan dan hotel di kawasan itu penuh saat lomba berlangsung. Kondisi itu lantas menginspirasi Nur untuk ikut mendirikan penginapan. Setelah mengumpulkan pundi-pundi rupiah dari hasil berjualan makanan, Nur pelan-pelan mewujudkan mimpinya itu.
”Semoga saat Borobudur Marathon tahun depan, penginapannya sudah jadi biar para pelari bisa menginap di Borobudur saja. Saya kasihan, katanya ada pelari yang jauh-jauh menginap di Yogyakarta karena di Borobudur sudah tidak ada kamar kosong,” ujar Nur.
Harapan agar Borobudur berlanjut juga diserukan oleh Yani (57), pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Pawone, yang merupakan binaan Bank Jateng. Berkat program Pawone sejak 2019, Yani yang sehari-hari berjualan kudapan khas Magelang, yakni mentho dan pepes kopyor, itu mengaku mendapatkan kesempatan untuk belajar meningkatkan nilai produknya.
”Dulu, saya tidak tahu yang namanya plating, sekarang sudah diajari. Perhitungan harga jual sampai komposisi yang baik seperti apa juga diajari. Yang mengajari bukan orang sembarangan, tapi chef dari hotel-hotel berbintang. Lalu, kami juga difasilitasi Kompas, diajarkan cara pemasaran daring, bahkan dibuatkan iklan di media sosial Instagram,” kata Yani.
Berkat ilmu-ilmu baru tersebut, produk Jasa Boga, usaha Yani, jadi dikenal lebih banyak orang. Dulu, hanya tetangga kiri dan kanannya yang membeli dagangan Yani. Kini, Yani sering kali kebanjiran pesanan, baik dari Borobudur maupun luar Borobudur.
Selama rangkaian Borobudur Marathon, Yani memperoleh hasil penjualan berkali-kali lipat dari penjualan di hari-hari biasa. Biasanya, Yani mendapatkan sekitar Rp 250.000 dalam sehari. Saat Borobudur Marathon, Yani membawa uang hingga Rp 2 juta dalam sehari. Dalam rangkaian Borobudur Marathon, seperti Friendship Run, Race Pack Collection, ataupun Borobudur Fun Run, Yani memperoleh Rp 1 juta per hari.
Motivasi
Borobudur Marathon yang hadir setiap tahun dinilai Sugik (32), warga Desa Wringinputih, Kecamatan Borobudur, harus terus digelar supaya bisa memotivasi lebih banyak anak muda di wilayahnya untuk bisa menjadi atlet lari di masa depan. Sugik mencontohkan, anak sulungnya, Rasya Naladifa (5), menyenangi olahraga lari setelah beberapa tahun terakhir diajak menonton Borobudur Marathon.
Melalui kegiatan seperti Borobudur Marathon ini, saya berharap bakat lari anak-anak bangsa bisa diketahui.
Pada Minggu, Rasya diajak Sugik turut serta dalam acara Borobudur Fun Run. Bocah itu mampu berlari dengan jarak 2,85 kilometer dalam waktu kurang dari 30 menit. Hal itu karena siswa yang kini duduk di bangku taman kanak-kanak tersebut rutin berlatih lari sejak setahun terakhir.
”Saya dulu mantan atlet, jadi saya ingin sekali Rasya kelak bisa mengikuti jejak saya. Melalui kegiatan seperti Borobudur Marathon ini, saya berharap bakat lari anak-anak bangsa bisa diketahui. Sehingga, bisa dilatih lebih intensif sampai suatu saat nanti bisa menjadi atlet yang mampu mengharumkan nama bangsa,” ucap Sugik.
Setiap tahun, Sugik turut serta memeriahkan perhelatan Borobudur Marathon dengan cara ikut memberikan semangat kepada para pelari bersama anak-anak didiknya di SD Negeri Wringinputih 1.
Ia merasa tertantang karena setiap tahun harus ikut memikirkan pertunjukan apa yang bakal ditampilkan untuk menyemangati pelari. Tak hanya supaya sekolahnya menang dalam perlombaan cheering, Sugik ingin juga membuat para pelari Borobudur Marathon terkesan sehingga mereka berminat untuk mengikuti ajang itu lagi di tahun-tahun berikutnya.
Camat Borobudur Subiyanto mengaku senang karena Borobudur Marathon itu digelar di wilayahnya. Ia juga mengharapkan Borobudur Marathon bisa terus digelar. Selama bertahun-tahun, Subiyanto merasa terbantu karena perekonomian di Borobudur ikut terungkit dengan adanya ajang tersebut.
”Selain pelaku usaha penginapan, para pelaku UMKM juga ikut terdampak secara ekonomi. Bahkan, ada 20 UMKM Borobudur yang naik kelas hingga bisa mengekspor produknya setelah mengikuti pembinaan dari penyelenggara Borobudur Marathon,” ujar Subiyanto.
Melihat upaya penyelenggara Borobudur Marathon dalam membina para pelaku UMKM membuat Subiyanto terinspirasi untuk melakukan hal serupa. Ke depan, ia berharap bisa mendirikan pusat oleh-oleh yang diisi oleh pelaku UMKM yang telah terkurasi dan dilatih secara profesional.
Baca juga: Pesan Keselamatan dari Borobudur Marathon
”Kami bermimpi, nanti pusat oleh-oleh itu tempatnya di sekitar Lapangan Randu Alas, Desa Tuksongo. Di situ kebetulan tempat VW wisata mangkal. Kepala desa nanti yang akan menyiapkan lahannya, kami yang akan menyiapkan pembangunan dan konsep pengelolaannya,” kata Subiyanto.
Wakil General Manager Event Harian Kompas Budhi Sarwiadi berharap penyelenggaraan Borobudur Marathon ke depan bisa lebih baik. Apalagi, tahun depan akan ada sertifikasi label world atlethics.
Warga setempat turut menjadi jiwa Borobudur Marathon. Dengan doa dan dukungan mereka, Borobudur Marathon akan terus berlanjut.