Kisah hidup dan perjuangan KGPAA Mangkunegara I atau Pangeran Samber Nyawa memberikan banyak pelajaran yang masih relevan hingga sekarang.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI, HARIS FIRDAUS
·5 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Kisah hidup dan perjuangan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I memberikan banyak pelajaran yang masih relevan hingga sekarang. Dari sosok yang dijuluki Pangeran Samber Nyawa itu, berbagai pihak bisa meneladani sejumlah sikap, misalnya menghargai kemajemukan, kedekatan dengan rakyat, dan totalitas dalam berjuang.
Hal itu mengemuka dalam acara Literasi Buku Samber Nyawa yang digelar atas kerja sama harian Kompas, Pura Mangkunegaran, dan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Sabtu (2/12/2023), di Pendopo Ageng Pura Mangkunegaran, Kota Surakarta, Jawa Tengah.
Dalam acara tersebut, digelar bedah buku Samber Nyawa: Kisah Perjuangan Seorang Pahlawan Nasional Indonesia, Pangeran Mangkunagara I (1726-1795) karya MC Ricklefs.
Pemimpin di Pura Mangkunegaran, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X, menyatakan, kegiatan itu diharapkan bisa kian mengenalkan sosok Mangkunegara I kepada masyarakat. Ia juga berharap, melalui diskusi itu, peserta bisa mengenal nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh pendiri Pura Mangkunegaran tersebut.
”Ada tiga nilai beliau yang akan terus kami gaungkan. Nilai pertama, ada tri dharma yang terdiri dari berani mawas diri, rasa ikut memiliki dan solidaritas, serta harus mempertahankan dan membela tujuan bersama,” kata Mangkunegara X saat memberikan sambutan.
Nilai kedua, yakni kebersamaan dalam perjuangan. Saat pemimpin makmur, rakyat juga harus makmur. Ketika pemimpin menghadapi kesulitan, rakyat turut membantu.
Sementara itu, nilai ketiga adalah persatuan dan gotong royong untuk menguatkan satu sama lain. Mangkunegara X meyakini, dengan bergandeng tangan, pemimpin bersama rakyat akan semakin kuat.
Sejarawan Peter Carey menuturkan, banyak hal yang bisa dipelajari dari sosok Mangkunegara I. Tokoh yang memiliki nama muda Raden Mas Said itu merupakan sosok yang menghargai kemajemukan dan tidak membedakan orang berdasarkan etnisnya.
Pada usianya yang masih muda, Raden Mas Said turun ke medan perang dan bergabung dengan komunitas Tionghoa. Sebagai penganut Islam yang taat, dia juga menghargai ajaran sufisme.
”Kita layak menjadikan dia (Pangeran Samber Nyawa) sebagai inspirasi supaya Indonesia semakin maju. Maju dalam konteks majemuk dan saling menghargai,” ucap Peter.
Menurut Peter, Pangeran Samber Nyawa merupakan sosok yang juga amat menghormati perempuan. Oleh Mangkunegara I, perempuan kerap dimunculkan ke depan sehingga berperan secara politik, militer, ataupun di bidang sastra.
Peter menambahkan, dalam buku tersebut, Ricklefs tak hanya menggambarkan sosok Samber Nyawa yang amat ditakuti lawannya, tetapi juga menggambarkan saat-saat lemah tokoh tersebut. Ricklefs juga turut menceritakan salah satu masa ketika Mangkunegara I putus asa di medan perang.
Kendati demikian, Mangkunegara I punya sifat pantang menyerah. Di tengah keputusasaan dan aneka kesulitan, ia terus berjuang.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Hilmar Farid juga mengaku kagum dengan upaya Ricklefs dalam menuliskan buku tersebut. Buku itu disebutnya ditulis dengan penelitian yang mendalam.
Hilmar menambahkan, Ricklefs juga tekun mempelajari setiap sumber. Adegan-adegan dalam kisah masa lalu itu dinilai Hilmar berhasil direka ulang sehingga pembaca bisa ikut merasakan dan masuk ke dalam peristiwa itu.
”Buku ini harus diuri-uri (dilestarikan) karena sudah seperti naskah film. Ini harus jadi film sehingga anak-anak kita bisa ikut membayangkan perjuangan Samber Nyawa,” tutur Hilmar.
Kita layak menjadikan dia (Pangeran Samber Nyawa) sebagai inspirasi supaya Indonesia semakin maju.
Setelah menbaca buku itu, Hilmar merasa menemukan dua hal utama yang bisa menjadi pelajaran. Pertama, tentang upaya Mangkunegara I dalam menjaga sikap dan pendiriannya di tengah dinamika hidup yang terjadi. Kedua, kedekatan Mangkunegara I dengan rakyat.
”Beliau itu sering bergerilya hingga ke sejumlah daerah dan di tempat-tempat itu selalu mengutamakan keselamatan perempuan dan anak. Baginya, rakyat harus dapat kenyamanan,” kata Hilmar.
Berkat sikapnya itu, Mangkunegara I memiliki hubungan yang baik dengan rakyat. Hal itu yang kemudian menjadikan rakyat pada akhirnya mendukung Mangkunegara bukan karena ia sedang berkuasa, melainkan karena mereka mencintainya.
Totalitas
Pemimpin Redaksi Harian Kompas Sutta Dharmasaputra menyebut, Pangeran Samber Nyawa merupakan sosok yang selalu berjuang secara totalitas. Totalitas dalam berjuang itulah yang bisa diteladani generasi sekarang.
”Dari Pangeran Samber Nyawa, kita belajar kalau kita meyakini satu hal, betapa pun beratnya itu, kita harus berjuang total jiwa raga,” kata Sutta.
Nilai itu yang juga disebut Sutta turut dipegang teguh oleh Ricklefs. Ricklefs dinilai tak melakukan sesuatu setengah-setengah. Di tengah kondisinya yang sakit, Ricklefs tetap memeriksa karya terjemahan dari buku tersebut.
Pada acara Literasi Buku Samber Nyawa, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia menyerahkan 500 buku Samber Nyawa: Kisah Perjuangan Seorang Pahlawan Nasional Indonesia, Pangeran Mangkunagara I (1726-1795) kepada Pura Mangkunegaran.
Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Nandi Julyanto, menyebut, penyerahan buku itu sebagai bentuk kontribusi Toyota dalam mengenalkan nilai kebudayaan bagi generasi yang akan datang. Melalui buku itu, generasi mendatang diharapkan bisa mengetahui nilai-nilai luhur untuk memajukan bangsa dan mencintai budayanya.
”Besar harapan kami, apa yang kami lakukan ini dapat kita jaga agar bermanfaat dan menjadi contoh bagi anak cucu kita kelak,” ucap Nandi.
Sementara itu, Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Company Bob Azam mengatakan, pihaknya mendukung penuh upaya peningkatan literasi, khususnya terkait sejarah. Melalui sejarah, generasi penerus bangsa bisa belajar mengenai nilai-nilai kehidupan yang diperjuangkan oleh para pahlawan, termasuk Mangkunegara I.
”Sejarah ini perlu dipelajari, diambil nilainya supaya memberi warna pada karakter anak-anak muda. (Dalam konteks kisah perjuangan) Pangeran Samber Nyawa ini, dia memerangi penjajahan dan juga bersama rakyat,” tutur Bob.
Menurut Bob, ke depan, Toyota akan lebih banyak mengeksplorasi kisah-kisah perjuangan di masa lalu. Hal itu bakal diwujudkan dengan cara memfasilitasi guru-guru sejarah untuk mengelaborasi nilai-nilai sejarah yang relevan untuk menghadapi tantangan di masa depan.
Selama ini, Toyota, disebut Bob juga fokus pada tiga aspek di luar otomotif, yakni anak muda, lingkungan, dan pendidikan. Berbagai program beasiswa telah disalurkan kepada ratusan ribu pelajar dan mahasiswa sejak 1976. Mereka yang diberi beasiswa adalah yang punya konsep terkait usaha pelestarian lingkungan.