Kementerian Sosial Sasar Operasi Katarak Gratis di Sumatera Selatan
Angka kebutaan di Sumsel yang salah satunya diakibatkan katarak berada di urutan ketiga nasional. Maka itu, Kementerian Sosial mengadakan kegiatan operasi katarak gratis di Palembang untuk mencegah kebutaan.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Sumatera Selatan menjadi sasaran program operasi katarak gratis Kementerian Sosial. Hal itu karena Sumsel berstatus daerah dengan angka katarak tertinggi ketiga di Indonesia. Operasi dilakukan untuk mencegah kebutaan yang bisa memberikan kerugian lebih besar bagi individu, keluarga bersangkutan, dan negara.
”Angka kebutaan tertinggi ada di Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sumsel. Kegiatan ini bagian dari upaya mencegah kebutaan yang akan memberikan dampak negatif lebih besar, mulai dari mengurangi produktivitas individu dan keluarga bersangkutan hingga kerugian materil triliunan rupiah untuk negara,” ujar Menteri Sosial Tri Rismaharini seusai memantau operasi katarak itu di RSUP dr Mohammad Hoesin, Kota Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (24/11/2023).
Risma mengatakan, sebelum ke Sumsel, operasi katarak gratis dilakukan kepada 500-an peserta di NTB. Bulan depan, mereka berencana melakukan operasi massal di seluruh Indonesia. ”Salah satu faktor yang membuat angka katarak tinggi karena Indonesia di kelilingi perairan yang memicu radiasi sinar ultraviolet, termasuk di Sumsel yang warganya banyak hidup di dekat sungai besar. Jadi, operasi harus dilakukan secepatnya. Ini menjadi prioritas kami sebelum pasien mengalami kebutaan,” katanya.
Operasi itu dilaksanakan lewat kerja sama dengan RSUP dr M Husein, Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami), dan YPP SCTV Indosiar. Sejauh ini, ada 101 peserta yang mengikuti kegiatan tersebut, terdiri dari 51 perempuan dan 50 laki-laki. Jumlah peserta masih bisa bertambah karena penyelenggara tetap membuka pendaftaran dan penjaringan di tempat. Adapun kegiatan berlangsung hingga Sabtu (25/11/2023).
Risma menuturkan, faktor lain yang membuat angka kebutaan akibat katarak tinggi di Sumsel adalah kekhawatiran warga untuk melakukan operasi. Selain itu, jarak tempat tinggal mereka ke fasilitas kesehatan yang mampu melakukan operasi juga cukup jauh sehingga butuh modal lebih untuk menyewa penginapan.
Salah satu faktor yang membuat angka katarak tinggi karena Indonesia di kelilingi perairan yang memicu radiasi sinar ultraviolet, termasuk di Sumsel yang warganya banyak hidup di dekat sungai besar.
Dalam operasi kali ini, para peserta berasal dari Kota Palembang, Kabupaten Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Ogan Komering Ulu (OKU), OKU Selatan, dan Empat Lawang. Pasien dari luar Palembang difasilitasi penginapan di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kemensos, Sentra Budi Perkasa Palembang. Ada 19 pasien dan 19 pendamping yang diinapkan di sentra tersebut.
”Di sini, pasien paling jauh ada dari OKU Selatan yang jaraknya bisa delapan jam untuk ke Palembang. Kami fasilitasi transportasi antar-jemput mereka serta kami sediakan pula penginapan untuk pasien dan pendampingnya selama di sini,” kata Risma.
Kasus katarak Sumsel
Dokter spesial mata RSUP dr M Hoesin, Ramzi Amin, mengatakan, angka kasus katarak Sumsel mencapai 2,8 persen dari total jumlah penduduk sebanyak 7,4 juta jiwa dalam survei terakhir pada 2010. Hal itu dipengaruh faktor geografis. Masyarakat Sumsel banyak yang tinggal di pesisir sungai besar sehingga sering terpapar pantulan sinar ultraviolet.
Hal itu sulit dicegah. Satu-satunya cara meminimalisasi adalah menggunakan kacamata hitam ataupun sebisa mungkin menghindari paparan sinar ultraviolet. Cara lainnya adalah banyak mengonsumsi makanan mengandung vitamin yang cukup dan antioksidan.
Faktor lain yang bisa memicu katarak adalah dipengaruhi penyakit lain, seperti diabetes. Ada pula dipicu sumber daya manusia dan sarana prasarana kesehatan yang terbatas di beberapa daerah. ”Katarak yang tidak segera ditangani bisa menyebabkan kebutaan yang tidak permanen. Maka itu, perlu upaya operasi secepatnya untuk mencegah kebutaan tersebut,” ujar Ramzi.
Peserta operasi katarak gratis asal Palembang, Hartadinata (56), menuturkan, katarak di mata kirinya sudah sangat mengganggu kegiatannya sehari-hari. Jarak pandangnya semakin berkurang, terutama untuk melihat jarak jauh. Dia telah berniat melakukan operasi melalui fasilitas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Namun, karena proses BPJS Kesehatan yang memakan waktu lama, Hartadinata akhirnya memutuskan memanfaatkan fasilitas operasi katarak gratis dari Kementerian Sosial tersebut. ”Kemarin (Kamis), saya daftar dan langsung didata puskesmas di tempat saya tinggal. Tidak lama, saya dapat pemberitahuan untuk melakukan operasi di RSUP dr M Hoesin hari ini,” kata Hartadinata.