Jatim Ekspor Produk UMKM Senilai Rp 3,62 Miliar
Jawa Timur mengekspor beragam produk senilai Rp 3,62 miliar ke sejumlah negara di kawasan Asia Timur, Timur Tengah, dan Eropa. Komoditas yang diperdagangkan di pasar global tersebut didominasi hasil produksi UMKM.
SURABAYA, KOMPAS — Jawa Timur ekspor beragam produk senilai Rp 3,62 miliar ke sejumlah negara di kawasan Asia Timur, Timur Tengah, dan Eropa. Komoditas yang diperdagangkan di pasar global tersebut didominasi hasil produksi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah.
Produknya antara lain bubuk daun kelor produksi CV Bhumikara Kula Sejahtera dari Desa Devisa Kelor, Sumenep. Nilainya transaksi ekspornya mencapai 40.000 dollar AS dengan tujuan pengiriman ke Jerman.
Ada juga keripik tempe, rengginang, dan kerupuk bawang produksi CV Cahya Triputra Utama. Total nilai produk yang diekspor dengan tujuan pasar Korea Selatan itu mencapai 15.000 dollar AS. Selain itu, filet ikan alfonsino beku senilai 67.405 dollar AS milik PT Kelola Mina Laut dengan tujuan pasar Jepang.
Adapun untuk produk nonpangan, ada kendang jimbe produksi CV Maharani Abadi atau Desa Devisa Kendang Jimbe, Blitar. Nilai barang yang diekspor 17.000 dollar AS dengan negara tujuan China. Juga ada produk kokedama atau pot tanaman dari CV Bunga Melati binaan Bea Cukai Malang dan Pemerintah Kota Batu senilai 26.109 dollar AS yang dikirim ke Jepang.
Baca juga : Desa Devisa Lokomotif Produk Lokal Jatim Menembus Pasar Global
Selain itu, komoditas furnitur plastik senilai 21.700 dollar AS dengan negara tujuan Polinesia Perancis). Ada pula hasil pertanian berupa tembakau dari CV Bright Leaf Indo Trading dengan nilai 48.114 dollar AS dengan tujuan Mesir.
”Pada Oktober 2023 sebesar 94,88 persen ekspor Jawa Timur ditopang oleh komoditas nonmigas. Nilai ekspor Jatim Januari-Oktober 2023 mencapai 17,18 miliar dollar AS, sebesar 16,48 miliar dollar AS di antaranya berasal dari nonmigas,” ujar Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat melepas ekspor di Surabaya, Rabu (22/11/2023).
Khofifah mengatakan, Pemerintah Provinsi Jatim terus berupaya meningkatkan transaksi perdagangan luar negeri agar para pelaku usaha, terutama UMKM, mendapatkan nilai tambah produk secara optimal. Menurut dia, peningkatan nilai ekspor juga menjadi bagian dari upaya mendongkrak pertumbuhan ekonomi regional.
Adapun langkah strategis yang ditempuh Pemprov, antara lain, adalah memperbanyak jumlah desa devisa. Desa ini merupakan sentra produksi berbagai produk dengan pangsa pasar berorientasi ekspor, seperti Desa Devisa Kendang Jimbe di Blitar dan Desa Devisa Kelor di Sumenep.
Di sela-sela acara pelepasan ekspor, Gubernur Jatim juga meresmikan Desa Devisa Gula Aren dan Jahe Kabupaten Pacitan yang bekerja sama dengan LPEI. Selain itu, Desa Pendulum Devisa Olahan Bawang Goreng Kabupaten Probolinggo yang bekerja sama dengan Bank Jatim.
Baca juga : Ekspor Jatim Naik Signifikan, Necara Perdagangan Tetap Defisit
”Peresmian desa devisa dan desa pendulum devisa ini sangat spesial karena membuktikan bahwa pelaku usaha kita semakin maju dan siap naik kelas memasuki pasar global,” kata Khofifah.
Ia menambahkan pertumbuhan desa devisa dan desa pendulum devisa di Jatim cukup pesat. Pada akhir tahun 2022, jumlah desa devisa baru 64 desa. Kemudian, jumlahnya ditargetkan bertambah 50 desa selama 2023. Namun, berkat sinergi dan kolaborasi yang baik antara Pemprov Jatim, pemerintah kabupaten dan kota, LPEI, Bank Jatim, serta pelaku usaha, target tersebut telah terlampaui.
”Alhamdulillah saat ini telah terbentuk total 149 desa devisa di Jatim. Ini sangat membanggakan dan semoga bisa terus mendorong pertumbuhan ekonomi regional maupun nasional,” ucap Khofifah.
Jatim, lanjutnya, berpotensi untuk terus mengembangkan produk-produk ekspor melalui basis kemasyarakatan atau communal branding. Oleh karena itulah, Pemprov rutin blusukan ke desa-desa untuk mencari potensi baru yang bisa dikembangkan.
Alhamdulillah saat ini telah terbentuk total 149 desa devisa di Jatim.
Tepung porang
Pada saat bersamaan, perdagangan luar negeri untuk komoditas porang dan produk turunannya kembali bergeliat seiring dibukanya lagi pasar ekspor ke China. Umbi-umbian yang banyak dibudidayakan oleh petani di desa tepian hutan tersebut kembali menjadi komoditas primadona ekspor dari Jatim.
Geliat ekspor porang, salah satunya, ditandai dengan pengiriman 57 ton tepung porang milik PT Probolinggo Big Power ke China, Selasa (21/11/2023). Perdagangannya difasilitasi oleh Badan Karantina Pertanian (Barantin).
Kepala UPT Karantina Indonesia di Jatim Cicik Sri Sukarsih mengatakan, transaksi ekspor produk porang melalui UPT Karantina Jatim sepanjang tahun 2020 hingga Oktober 2023 mencapai Rp 2,08 triliun. Negara tujuan ekspor produk tersebut meliputi Thailand, Jepang, Malaysia, Myanmar, Taiwan, Vietnam, dan Amerika Serikat.
”Lembaga administrasi umum kepabeanan China, General Administration of Custom (GACC), melalui laman resminya mengumumkan telah memberikan persetujuan registrasi kembali terhadap 14 perusahaan atau eksportir sehingga saat ini total ada 18 pelaku usaha yang diusulkan,” ujar Cicik.
Pengiriman porang ke pasar China sempat terhenti akibat kebijakan sepihak yang diterapkan oleh negara tersebut, yakni Food Safety Law, sejak tahun 2020 lalu. Pasar tepung porang terbuka kembali setelah pertemuan Presiden Joko Widodo dan Presiden China Xi Jinping pada 27 Juli 2023 yang menghasilkan penandatanganan protokol ekspor tepung porang.
Badan Karantina Pertanian kemudian melakukan perbaikan sesuai protokol yang disepakati dengan penilaian kelayakan terhadap fasilitas ekspor tepung porang serta registrasi perusahaan atau eksportir. Selain itu, diberikan pendampingan pemenuhan persyaratan teknis dan protokol ekspor agar semakin banyak pelaku usaha yang bisa menembus pasar global.
Baca juga : Kebijakan Retensi Devisa Hasil Sumber Daya Alam
Secara teknis, protokol ekspor China mengatur tentang persyaratan administrasi dan sanitasi yang harus dipenuhi, termasuk registrasi eksportir, sertifikat karantina, pengemasan, pelabelan, dan pengujian laboratorium. Selain itu, protokol ini juga membuka peluang bagi komoditas ekspor tepung porang untuk dapat masuk melalui lebih dari satu pelabuhan di China, selain Shanghai.
Tantangan untuk komoditas porang adalah perlunya kerja sama para pihak, baik di pemerintah pusat maupun daerah, untuk mengedukasi petani. Barantin berencana bertemu dengan GACC di China guna membahas hambatan teknis ekspor komoditas pertanian dan perikanan. Hasil pertemuan itu diharapkan bisa mendorong volume dan ragam ekspor komoditas dalam negeri.