Ekspor Jatim Naik Signifikan, Necara Perdagangan Tetap Defisit
Neraca perdagangan luar negeri Jatim masih defisit meski nilai ekspor provinsi itu naik signifikan. Hal itu disebabkan penurunan harga komoditas dan perekonomian negara mitra dagang yang belum sepenuhnya membaik.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Nilai ekspor Jawa Timur pada Mei 2023 meningkat sebesar 40,90 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya menjadi 1,89 miliar dollar Amerika Serikat. Akan tetapi, neraca perdagangan luar negeri provinsi itu masih defisit karena turunnya harga sejumlah komoditas unggulan dan situasi ekonomi negara mitra dagang utama yang belum sepenuhnya membaik.
Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim mencatat, kontribusi terbesar terhadap nilai ekspor provinsi itu berasal dari komoditas nonmigas. Kontribusi tersebut mencapai 94 persen dari total ekspor Jatim atau senilai 1,79 miliar dollar AS.
Nilai ekspor nonmigas itu naik 36,64 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Adapun nilai ekspor migas Jatim selama Mei 2023 sebesar 100,89 juta dollar AS, naik 215 persen dibandingkan April 2023.
Kendati mengalami kenaikan cukup tinggi, kinerja ekspor tersebut belum mampu mengatasi defisit neraca perdagangan luar negeri Jatim. Hal itu karena nilai impor pada periode yang sama mencapai 2,55 miliar dollar AS, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ekspor. Nilai impor itu naik 24 persen dibanding bulan sebelumnya.
Fungsionalis Statistik Madya BPS Jatim Umar Sjaifudin mengatakan, belum optimalnya kinerja perdagangan luar negeri Jatim dipengaruhi sejumlah faktor, misalnya harga sejumlah komoditas unggulan ekspor provinsi itu yang menurun pada Mei 2023.
”Penurunan harga tersebut antara lain terjadi pada komoditas minyak mentah, potasium klorida, dan minyak sawit,” ujar Umar, Kamis (15/6/2023), di Surabaya.
Faktor lain yang juga turut berpengaruh adalah kondisi perekonomian sejumlah negara mitra dagang utama Jatim yang belum sepenuhnya membaik. Negara-negara tersebut antara lain Tiongkok, Amerika Serikat, Jepang, dan Thailand. Kondisi ekonomi makro Amerika Serikat, misalnya, pada Mei 2023 masih terkontraksi.
Umar memaparkan, salah satu faktor pendongkrak kinerja ekspor Jatim adalah adanya kesepakatan ekspor emas antara PT Harta Dinata Abadi dan perusahaan asal India pada Mei 2023. Kesepakatan ini juga berpeluang menaikkan nilai transaksi perdagangan luar negeri Jatim pada bulan-bulan mendatang.
Pada masa pemulihan ekonomi setelah pandemi Covid-19, ekspor diharapkan bisa menjadi penggerak utama kinerja pertumbuhan ekonomi daerah. Hal itu karena ekspor bisa berdampak pada investasi dan konsumsi domestik. Oleh karena itu, peningkatan transaksi ekspor menjadi sangat penting bagi Jatim.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, Pemerintah Provinsi Jatim terus berupaya mendorong peningkatan kinerja ekspor, misalnya dengan memperbanyak jenis komoditas unggulan, terutama kategori nonmigas.
Salah satu produk unggulan yang terus dikembangkan di Jatim adalah kopi. ”Produk kopi tersebut berhasil menembus pasar ekspor setelah dikembangkan melalui sistem pemasaran komunal (communal branding),” kata Khofifah.
Penurunan harga tersebut antara lain terjadi pada komoditas minyak mentah, potasium klorida, dan minyak sawit.
Dengan sistem pemasaran komunal, kopi dari petani di Jatim mampu menembus pasar ekspor yang mensyaratkan kuantitas besar dan terjaganya kontinuitas pengiriman. Khofifah pun ingin memperbanyak produk kopi yang mampu menembus pasar ekspor. Salah satunya adalah kopi dari lereng Gunung Arjurna di Kota Batu.
Mantan Menteri Sosial itu menambahkan, dengan sistem pemasaran komunal, merek produk yang digunakan hanya satu. Namun, merek itu bisa dimanfaatkan oleh banyak pelaku usaha sebagai solusi dalam memenuhi standar kuantitas, kualitas, kontinuitas, hingga pengemasan produk orientasi ekspor.
Misi dagang dan investasi
Upaya mengatasi defisit neraca perdagangan juga ditempuh dengan menggelar misi dagang dan investasi ke provinsi lain, seperti Sumatera Barat, Senin (12/6/2023). Selama beberapa jam, pertemuan antara pelaku usaha Jatim dan pembeli dari Sumbar tersebut berhasil mencatatkan total transaksi Rp 231,7 miliar.
Komoditas dengan transaksi tinggi dalam pertemuan itu misalnya pakan ikan dan udang serta cengkeh dan tangkai cengkeh. Selain itu, terjalin kerja sama di sektor peternakan sapi, pembangunan perumahan, pengembangan umbi porang, dan benih pertanian bahan bangunan.
Menurut Khofifah, misi dagang dan investasi menjadi salah satu strategi efektif untuk penguatan koneksitas perdagangan antardaerah, baik di dalam maupun luar negeri. Oleh karena itu, kegiatan tersebut terus dilakukan. Dia juga menyebut, Sumbar merupakan provinsi ke-32 yang menjadi tujuan misi dagang Jatim.
Khofifah menambahkan, pelaksanaan misi dagang ke berbagai daerah itu membuka peluang-peluang usaha yang baru. Peluang itu juga bisa dimanfaatkan oleh provinsi lain yang bekerja sama dengan Jatim.
”Salah satunya saat kami misi dagang di Malaysia pada Desember tahun lalu, mereka membutuhkan buah kelapa banyak sekali. Nah, kalau dikirim dari Jatim, biayanya pasti akan besar. Jauh lebih hemat apabila dikirim dari Sumbar,” ucapnya.