Hujan Belum Merata, Warga Malang Masih Mendapat Pasokan Air Bersih
Bantuan air bersih kepada warga yang terdampak kekeringan masih diteruskan karena kebutuhan air belum mencukupi.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Bantuan air bersih kepada warga di Kabupaten Malang, Jawa Timur, yang mengalami krisis air akibat kemarau, masih berjalan. Walau dua pekan hujan mulai turun, intensitasnya masih rendah dan belum merata di seluruh kawasan Malang Raya.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang Sadono Irawan, Rabu (15/11/2023), mengatakan, berdasarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), saat ini merupakan awal musim hujan untuk wilayah Malang Raya, tetapi ternyata hujan turun tidak merata.
Selain belum merata, dari pengamatan Kompas, durasi hujan di beberapa titik juga masih singkat sehingga belum terserap dalam oleh tanah.
Sejauh ini ada 19 desa di lima kecamatan yang masih krisis air bersih dan mendapatkan bantuan air. Desa-desa itu berada di daerah perbukitan di wilayah utara dan selatan Kabupaten Malang.
Belasan desa itu meliputi Jabung dan Kemiri di Kecamatan Jabung; Klampok (Dusun Sumbul) di Singosari; Putukrejo, Kalipare (Sumbermaron), Kalirejo, dan Sumberpetung (Banduarjo) di Kalipare; dan Sumberoto (Kalisangkrah dan Panggungwaru) di Donomulyo.
Selain itu, ada Desa Sumberagung, Kedungbanteng, Sitiarjo, Ringinsari, Ringinkembar, Sumbermanjing Wetan, Tambakasri, Argotirto, Tambakrejo, Klepu, dan Druju. Semua ada di Kecamatan Sumbermanjing Wetan.
BPBD Kabupaten Malang telah membagikan 6,714 juta liter air kepada warga. Angka itu terhitung sejak 1 September hingga 14 November. ”Kalau hari kemarin saja (14/11) dibagikan 169.000 liter. Setiap desa dapat 10.000-20.000 liter,” katanya.
Distribusi air terbanyak diberikan ke Desa Jabung, yakni 1,112 juta liter (269 keluarga) terhitung 11 September-14 November. Disusul Desa Klampok di Kecamatan Singosari 955.000 liter (192 keluarga) pada 1 September-14 November. Adapun desa lainnya kurang dari 500.000 liter.
Camat Sumbermanjing Wetan Sujarwo Ady Wijayanto mengatakan, hujan mulai turun beberapa kali di wilayahnya. Harapannya, curah hujan bisa terus merata dan bertambah sehingga bisa menambah debit air bersih warga. ”Alhamdulillah sudah hujan meski volumenya masih kecil. Hujan baru dua-tiga kali di beberapa desa,” ucapnya.
Menurut Sujarwo, musim kemarau tahun ini lebih kering dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jika sebelumnya hanya ada beberapa desa yang terdampak, tahun ini meluas menjadi sembilan desa. ”Warga yang sebelumnya tidak minta bantuan air, tahun ini minta bantuan air lantaran sumber airnya surut,” katanya.
Dihubungi secara terpisah, Koordinator Bidang Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Jawa Timur Ahmad Luthfi mengatakan, dalam lima hari terakhir, 11-15 November curah hujan komunal sudah di atas 50 milimeter (mm). Ini bisa menjadi penanda awal datangnya musim hujan, khususnya untuk wilayah Kota Malang.
Warga yang sebelumnya tidak minta bantuan air, tahun ini minta bantuan air lantaran sumber airnya surut.
Namun, untuk lebih memastikan harus dilihat lagi data hingga akhir November atau awal Desember. ”Awal musim hujan ditetapkan berdasarkan jumlah curah hujan dalam satu dasarian (10 hari) sama atau lebih dari 50 mm dan diikuti oleh dua dasarian berikutnya,” katanya.
Ciri awal musim hujan lainnya, menurut Luthfi, juga bisa diamati, misalnya mulai adanya guntur atau petir. Selain itu, juga kondisi cuaca ekstrem, seperti angin puting beliung atau hujan es. Petir dan angin kencang telah muncul di wilayah Malang.
Sementara itu, untuk mengurangi beban warga yang mengalami krisis air bersih, Kepolisian Resor Malang membangun fasilitas air bersih di Dusun Gondangrejo, Desa Mentaraman, Kecamatan Donomulyo.
Kepala Polres Malang Ajun Komisaris Besar Putu Kholis Aryana mengatakan, fasilitas, antara lain berupa sumur bor dan tendon air, bakal membantu 500-600 keluarga yang ada di tempat itu, termasuk kegiatan pendidikan dan peribadatan.