El Nino diprediksi akan berlangsung hingga April 2024. Efek El Nino telah memperlambat akhir musim kemarau di Indonesia dan munculnya potensi hujan ekstrem.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS-El Nino yang memicu peningkatan suhu global mencapai puncaknya dan hal ini diprediksi akan berlangsung hingga Januari 2024, sebelum mulai menurun dan berakhir pada April 2024. Efek El Nino telah memperlambat akhir musim kemarau di Indonesia hingga November 2023, namun kini kita perlu waspada terjadinya episode kejadian hujan ekstrem.
Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) Perserikatan Banga-Bangsa (PBB) merilis data terbaru pada Rabu (8/11/2023) bahwa El Nino, semakin menguat. Data pada pertengahan Oktober 2023, suhu permukaan laut serta indikator atmosfer dan samudera lainnya di Pasifik tropis tengah-timur konsisten dengan penguatan El Nino.
Sejak bulan Mei 2023, anomali suhu permukaan laut rata-rata bulanan di Pasifik tengah-timur khatulistiwa telah menghangat secara signifikan, meningkat dari sekitar 0,5 derajat celcius di atas rata-rata pada bulan Mei 2023 menjadi sekitar 1,5 derajat celcius di atas rata-rata pada bulan September 2023. Perkiraan ini bersifat relatif hingga periode baseline 1991-2020, menggunakan dataset Optimum Interpolation Sea Surface Temperature (OISST) versi terbaru.
Menurut WMO, El Nino mencapai kekuatan sedang pada bulan September 2023 dan kemungkinan akan mencapai puncaknya sebagai peristiwa kuat pada bulan November - Januari 2024. Ada kemungkinan 90 persen bahwa El Nino akan terus berlanjut sepanjang musim dingin di belahan bumi utara/musim panas di belahan bumi selatan. Hal ini diperkirakan akan berlangsung hingga setidaknya bulan April.
El Nino memang sudah berdampak di Indonesia dengan memundurkan awal musim hujan kita hingga November 2023, sesuai prediksi sebelumnya. Namun, efeknya berkurang sekarang ini seiring mulai masuknya hujan.
"Dampak El Nino terhadap suhu global biasanya terjadi satu tahun setelah perkembangannya, dalam hal ini pada tahun 2024. Namun karena suhu daratan dan permukaan laut yang mencapai rekor tertinggi sejak bulan Juni, tahun 2023 kini berada di jalur yang tepat untuk menjadi tahun terpanas tahun dalam catatan. Tahun depan mungkin akan lebih hangat," kata Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas.
Menurut Taalas, sekalipun El Nino merupakan siklus alami yang sudah lama terjadi, namun intensitasnya saat ini diperkuat oleh meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca yang memerangkap panas dari aktivitas manusia. “Peristiwa ekstrem seperti gelombang panas, kekeringan, kebakaran hutan, hujan lebat, dan banjir akan meningkat di beberapa wilayah, dengan dampak yang besar,” ucapnya.
El Nino adalah pola iklim alami yang biasanya dikaitkan dengan peningkatan panas di seluruh dunia, kekeringan di beberapa wilayah di dunia, dan hujan lebat di wilayah lain. Fenomena cuaca ini biasanya terjadi setiap dua hingga tujuh tahun sekali, dan biasanya meningkatkan suhu global pada tahun setelah terjadinya.
Menurut WMO, dampak El Nino akan memicu curah hujan di atas normal di wilayah Tanduk Afrika dan cekungan La Plata di Amerika Selatan dan Amerika Utara bagian tenggara, serta di beberapa bagian Asia tengah dan timur. Sementara itu, wilayah utara Amerika Selatan, sebagian besar Australia, Indonesia, dan kepulauan Pasifik akan mengalami lebih sedikit curah hujan.
Episode evolusi El Nino di masa lalu juga selalu berakhir di tahun berikutnya disekitar bulan Maret. Di wilayah Bumi lainnya, seperti khususnya di Amerika Selatan, dampak El Nino berlanjut dan meningkat seiring dengan kenaikan intensitas El Nino. Di wilayah tersebut dampaknya berkebalikan dengan di Indonesia, yaitu di sana akan basah dan panas.
Menurut Ardhasena, El Nino memang sudah berdampak di Indonesia dengan memundurkan awal musim hujan kita hingga November 2023, sesuai prediksi sebelumnya. Namun, efeknya berkurang sekarang ini seiring mulai masuknya hujan. Efek dari El Nino berupa kekeringan di Indonesia secara gradual tereduksi.
Ardhasena menambahkan, sifat musim hujan Indonesia yang akan terjadi secara total dalam kategori normal. "Sekalipun demikian, kita perlu hati-hati karena musim hujan terjadi dalam periode yang lebih singkat, jadi pada saat awal tahun perlu diwaspadai episode kejadian hujan-hujan ekstrem," kata dia.
Untuk Jabodetabek, musim hujan terjadi bervariasi. Di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, musim hujan terjadi di di dasarian kedua November. Di bagian utara lebih belakangan, sementara yang di selatan seperti ke arah Bogor, masuk musim hujan di dasarian pertama November.