Penguatan El Nino Diprediksi Picu Banjir Rob di Pantai Barat Amerika
Kota-kota di sepanjang pantai barat Amerika diminta bersiap menghadapi penguatan El Nino yang bisa meningkatkan frekuensi banjir rob.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ketika dampak El Nino yang memicu kekeringan di Indonesia mulai berkurang seiring datangnya musim hujan, kondisi sebaliknya terjadi di Amerika Serikat. Kota-kota di sepanjang pantai barat Amerika diminta bersiap menghadapi penguatan El Nino yang bisa meningkatkan frekuensi banjir rob. Pemanasan global meningkatkan risiko banjir rob 10 tahunan.
Peringatan tentang penguatan El Nino dan dampaknya di Amerika ini dikeluarkan tim sains perubahan permukaan laut dari National Aeronautics and Space Administration (NASA) pada Rabu (8/10/2023).
El Nino merupakan fenomena iklim periodik yang ditandai dengan permukaan air laut yang lebih tinggi dari normal dan suhu lautan yang lebih hangat dari rata-rata di sepanjang khatulistiwa Pasifik. Kondisi ini dapat menyebar ke arah kutub di sepanjang pantai barat Amerika.
Menurut NASA, El Nino yang masih berkembang tahun ini dapat menyebabkan lebih banyak hujan dibandingkan biasanya di wilayah barat daya AS dan kekeringan di negara-negara di Pasifik barat, seperti Indonesia. Dampak ini biasanya terjadi pada bulan Januari hingga Maret.
Analisis NASA menemukan bahwa El Nino yang kuat dapat mengakibatkan lima kejadian banjir yang disebut banjir 10 tahunan pada musim dingin di kota-kota seperti Seattle dan San Diego. Tempat-tempat seperti La Libertad dan Baltra di Ekuador bisa mengalami tiga kali peristiwa banjir pada musim dingin ini.
Banjir jenis ini biasanya tidak terjadi di sepanjang pantai barat Amerika di luar tahun El Nino. Para peneliti mencatat bahwa pada tahun 2030-an, naiknya permukaan air laut dan perubahan iklim dapat menyebabkan kota-kota ini mengalami banjir 10 tahunan dalam jumlah yang sama setiap tahun, tanpa adanya El Nino.
”Saya terkejut bahwa analisis menemukan peristiwa 10 tahunan ini bisa menjadi hal biasa dalam waktu begitu cepat,” kata Phil Thompson, ahli kelautan di Universitas Hawaii dan anggota tim sains perubahan permukaan laut NASA, yang melakukan analisis tersebut. ”Saya pikir mungkin pada tahun 2040-an atau 2050-an,” imbuhnya.
Banjir 10 tahunan adalah banjir yang mempunyai peluang 1 dari 10 kejadian pada tahun tertentu. Ini adalah ukuran seberapa tinggi permukaan air laut di suatu daerah.
Besarnya banjir di suatu kota atau komunitas tertentu bergantung pada beberapa faktor, termasuk topografi suatu wilayah dan lokasi rumah serta infrastruktur yang berhubungan dengan lautan. Banjir yang terjadi selama 10 tahunan dapat mengakibatkan apa yang oleh NASA diklasifikasikan sebagai banjir sedang, disertai genangan pada jalan dan bangunan, dan kemungkinan perlunya mengevakuasi orang atau memindahkan harta benda ke tempat yang lebih tinggi.
Analisis banjir pesisir NASA menemukan bahwa pada tahun 2030-an, selama tahun-tahun El Nino yang kuat, kota-kota di pantai barat Amerika akan mengalami 10 kejadian banjir dalam kurun waktu 10 tahun ini. Pada tahun 2050-an, El Nino kuat dapat mengakibatkan 40 kejadian pada tahun tertentu.
Kenaikan permukaan laut
Air mengembang saat memanas sehingga permukaan laut cenderung lebih tinggi di tempat yang airnya lebih hangat. Para peneliti dan peramal cuaca memantau suhu laut serta ketinggian air untuk mengetahui pembentukan dan perkembangan El Nino.
”Perubahan iklim telah menggeser garis dasar permukaan laut di sepanjang garis pantai di seluruh dunia,” kata Ben Hamlington, peneliti permukaan laut di Jet Propulsion Laboratory NASA di California Selatan dan pemimpin tim sains perubahan permukaan laut di badan tersebut.
Permukaan air laut meningkat sebagai respons terhadap pemanasan planet karena atmosfer bumi dan lautan memanas serta lapisan dan lapisan es mencair. Hal ini telah meningkatkan jumlah hari air pasang atau gangguan, banjir yang dialami kota-kota pesisir sepanjang tahun. Fenomena seperti El Nino dan gelombang badai, yang menaikkan permukaan air laut untuk sementara waktu, juga memperparah dampak ini.
Misi yang memantau permukaan laut, termasuk satelit Surface Water and Ocean Topography (SWOT) dan Sentinel-6 Michael Freilich, membantu memantau El Nino dalam waktu dekat. SWOT khususnya mengumpulkan data tentang permukaan air laut hingga ke pantai, yang dapat membantu meningkatkan proyeksi kenaikan permukaan laut.
Informasi semacam itu dapat membantu pembuat kebijakan dan perencanaan dalam mempersiapkan masyarakat mereka menghadapi kenaikan permukaan air laut dalam beberapa dekade mendatang.
”Seiring dengan semakin cepatnya perubahan iklim, beberapa kota akan mengalami banjir lima hingga 10 kali lebih sering. SWOT akan terus memantau perubahan ini untuk memastikan masyarakat pesisir tidak lengah,” kata Nadya Vinogradova Shiffer, ilmuwan program SWOT dan direktur fisika kelautan di Markas Besar NASA, Washington.
Editor:
ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.