Buah-buahan lokal asal Indonesia, seperti nanas, pisang, dan manggis, semakin digemari pasar internasional. Tren ini menjadi peluang untuk meningkatkan perekonomian melalui pasar ekspor.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Sedikitnya 4.180 ton nanas senilai Rp 39,8 miliar asal Lampung diekspor PT Great Giant Pineapple ke China, Kamis (9/11/2023). Peluang ekspor komoditas pertanian dan perikanan ke sejumlah negara di Asia dan Eropa masih terbuka lebar.
”Pemerintah ingin mendorong berbagai komoditi bisa diekspor sebanyak-banyaknya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Kami juga terus berkomunikasi dengan negara-negara tujuan ekspor, seperti China,” kata Kepala Badan Karantina Indonesia Sahat M Panggabean di Pelabuhan Internasional Panjang, Bandar Lampung, Kamis.
Selain nanas segar, hari itu Sahat juga melepas ekspor 88 ton produk perikanan senilai Rp 15,2 miliar ke Jepang dan Amerika. Produk yang diekspor, antara lain, ialah rajungan dan udang.
Sahat juga mengapresiasi peran petani dan nelayan Lampung mendorong ekspor asal Lampung. Ia menyebut, kualitas produk, kepatuhan memenuhi protokol dan persyaratan eskpor di negara tujuan menjadi kunci keberhasilan ekspor komoditas.
Ke depan, Sahat juga mendorong agar para pelaku UMKM di Lampung dapat menembus pasar ekspor. Sebagai sentra pertanian, masih banyak komoditas pertanian Lampung yang bisa diolah diekspor.
Data Indonesian Quarantine Full Automation System (IQFAST) Badan Karantina Pertanian, Lampung terbanyak mengekspor produk olahan nanas berupa irisan atau kaleng. Lampung juga mengekspor kulit, sirop, dan buah nanas.
Pada 2023, volume ekspor nanas irisan asal Lampung tercatat 40,6 juta kilogram. Jumlah itu sedikit berkurang dibandingkan dengan volume ekspor pada 2022, yakni 47,34 juta kg.
Corporate Affairs Director PT Great Giant Pineapple Welly Soegiono menuturkan, China menjadi pasar terbesar ekspor nanas asal Lampung. Selain itu, peluang ekspor buah-buahan lokal Indonesia ke China sangat terbuka.
Menurut dia, pihaknya telah mendampingi kelompok tani di Kabupaten Tanggamus menembus pasar ekspor. Saat ini, kelompok tani tersebut telah mengekspor pisang ke Singapura dan Jepang setiap minggu. Luas lahannya mencapai 450 hektar.
Selain budidaya, pihaknya juga mendampingi petani agar bisa mendapatkan sertifikasi syarat ekspor. Hal ini penting agar produk pertanian tersebut diterima di negara tujuan ekspor.
Welly menyebut, kesuksesan ekspor berbagai produk pertanian Lampung ini juga tidak lepas dari peran Badan Karantina. Badan Karantina menyiapkan fasilitas rumah pengemasan kelompok tani sehingga proses ekspor bisa cepat dan mudah.
”Karantina dan Bea Cukai sudah memfasilitasi, punya pos di sana sehingga semua menjadi lancar,” ucap Welly.
Sementara itu, Kepala UPT Unit Pelaksana Teknis Barantin di Bandar Lampung Donni M Saragih mengatakan, dari catatan lalu lintas di unit kerja wilayah Lampung, ekspor nanas, baik berupa buah segar maupun olahannya, sudah menembus 36 negara. Saat ini, pasar ekspor buah lokal itu terus diperluas ke Selandia Baru dan Amerika Serikat.
”Dengan membuka pasar baru, semakin besar peluang produk pertanian, perkebunan, dan perikanan Indonesia lainnya menjangkau lebih banyak negara,” kata Donni.
Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan Lampung Ashari Syarief memaparkan, Amerika Serikat dan Jepang menjadi pasar terbesar untuk ekspor produk perikanan Lampung.
Sejak Januari 2023, ekspor produk perikanan asal Lampung ke Amerika Serikat sebanyak 7.329 ton. Nilainya mencapai Rp 1,139 triliun.
Pada periode yang sama, ekspor produk perikanan asal Lampung ke Jepang sebanyak 2.360 ton. Nilainya mencapai Rp 343,829 miliar.