Lampung Ekspor Perdana Manggis, Durian, dan Rambutan ke Eropa
Buah-buahan tropis asal Indonesia, seperti manggis, durian, dan rambutan, semakin digemari pasar internasional. Tren ini menjadi peluang untuk bisa meningkatkan perekonomian melalui pasar ekspor.
Oleh
VINA OKTAVIA
·4 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Untuk pertama kali, Provinsi Lampung mengekspor buah manggis, durian, dan rambutan ke Denmark, Jumat (31/12/2021). Ke depan, peluang ekspor buah tropis asal Lampung ke berbagai berbagai negara di Asia dan Eropa semakin terbuka.
Kepala Karantina Pertanian Lampung Muh Jumadh mengatakan, buah segar yang diekspor sebanyak 3,8 ton dengan nilai Rp 228 juta. Buah-buahan itu merupakan hasil budidaya petani dari Kecamatan Kota Agung Timur, Kabupaten Tanggamus, Lampung.
Sementara itu, secara keseluruhan, total ekspor komoditas pertanian asal Lampung sebanyak 85.040 ton dengan nilai Rp 674,4 miliar. Hasil pertanian itu dikirim ke 63 negara. Komoditas utama ekspor Lampung adalah kopi dan lada hitam.
Jumadh mengatakan, sebelumnya para petani hanya menjual manggis, durian, dan rambutan itu ke provinsi lain dan pasar lokal di Lampung. Buah-buahan itu biasanya dikirim ke Denpasar, Bali, untuk disortir dan diekspor dari pulau tersebut.
Saat ini, pemerintah daerah sudah memfasilitasi tempat pengemasan sehingga buah-buahan itu bisa langsung diekspor dari Lampung. Dengan begitu, nilai tambah yang didapatkan petani semakin besar.
Ia mengatakan, peluang ekspor aneka komoditas holtikultura, termasuk buah segar asal Lampung, ke wilayah Eropa dan Asia semakin terbuka. Di tengah pandemi Covid-19, minat dan konsumsi buah segar masyarakat di berbagai negara juga meningkat.
”Kami sangat optimistis dengan ekspor buah ini. Potensi produksinya juga besar. Sebagai contoh, luas lahan manggis di Tanggamus mencapai 79.854 hektar dan produksinya sebesar 35.811 ton. Manggis ini akan terus melaju di pasar dunia,” kata Jumadh di sela-sela kegiatan gebyar ekspor komoditas pertanian serentak di 34 pintu ekspor di Indonesia di Pelabuhan Internasional Panjang, Jumat.
Ia menjelaskan, ekspor perdana buah-buahan itu bisa terwujud berkat kerja sama dari berbagai pihak. Beberapa upaya yang telah dilakukan Balai Karantina Pertanian Lampung adalah dengan memberikan bimbingan teknis ekspor manggis pada petani. Selain registrasi kebun dan tempat pengemasan, petani juga dibina untuk melakukan budidaya dan pengolahan pasca panen secara baik.
Ke depan, ekspor buah segar itu diharapkan bisa menembus negara lain, seperti Inggris dan China. Dengan demikian, posisi Lampung sebagai daerah penghasil komoditas pertanian dan perkebunan yang berkualitas semakin kuat.
Upaya pemangkasan birokrasi untuk mempercepat proses ekspor barang juga dilakukan. Saat ini, pihaknya menyediakan tempat pemeriksaan terpadu dengan penerapan single submission karantina-bea cukai. Penerapan protokol karantina pertanian yang tinggi juga diterapkan sehingga barang dapat diterima oleh negara tujuan dan tidak mengalami penolakan.
Staf Ahli Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan Syaiful Dermawan mengatakan, ekspor produk pertanian menjadi penopang perekonomian daerah selama pandemi Covid-19. Di saat sektor lain mengalami kontraksi, sektor pertanian dan ekspor justru meningkat signifikan.
Selama ini, Lampung dikenal sebagai daerah eksportir kopi, lada, dan nanas. Ke depan, ekspor buah-buah segar asal Lampung diharapkan semakin meningkat.
General Manager PT Surya Elok Sejahtera M Riyansyah Putera, selaku eksportir buah, menuturkan, kebutuhan pasar Eropa terhadap komoditas buah segar cukup tinggi. Dalam satu Minggu, kebutuhan buah untuk negara-negara di Eropa diperkirakan mencapai 20 ton.
Saat ini, pasar internasional juga semakin melirik buah-buah tropis dari Indonesia, seperti durian, rambutan, dan manggis. Di luar negeri, satu buah durian bisa dihargai hingga Rp 600.000. Sementara itu, harga jual manggis dan rambutan lebih dari Rp 200.000 per kg.
Untuk menjaga kesegaran, buah dimasukkan ke dalam mesin pendingin. Pengiriman buah ke luar negeri dilakukan dengan kargo pesawat agar lebih cepat. ”Umumnya, dua atau tiga hari barang sudah sampai di negara tujuan,” ujar Riyansyah.
Wahyudi Hendro (48), salah satu petani manggis asal Desa Tanjung Anom, Kecamatan Kota Agung Timur, Tanggamus, menuturkan, saat ini ada sekitar 500 hektar lahan manggis yang tersebar di enam desa. Semantara, tanaman durian ditanam dengan pola tumpang sari dengan tanaman utama manggis.
Menurut dia, ekspor tersebut mampu mendongkrak harga jual manggis di tingkat petani. Selama ini, manggis hanya dijual Rp 6.000 untuk pasar lokal. Sementara untuk ekspor, manggis bisa dijual Rp 30.000 hingga Rp 75.000 per kg.