Topang Ekonomi Daerah, Ekspor Produk Agro Lampung Meluas
Ekspor komoditas pertanian asal Lampung menguat di tengah situasi pandemi Covid-19. Sektor ini menjadi penopang perekonomian daerah.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Peluang ekspor produk pertanian dan perkebunan Lampung berpeluang semakin bertambah meski dalam kondisi pandemi Covid-19. Sektor ini menjadi andalan daerah di tengah lesunya ekonomi masyarakat.
Hal itu mengemuka dalam kegiatan ”Merdeka Ekspor" yang digelar serentak di 17 pintu keluar ekspor di Indonesia, Sabtu (14/8/2021). Di Pelabuhan Panjang, Bandar Lampung, Balai Karantina Pertanian Lampung melepas sejumlah komoditas ekspor, antara lain nanas dan kopi senilai Rp 660,5 miliar. Acara itu dihadiri oleh Presiden Joko Widodo dan Menteri Pertanian Syahril Yasin Limpo secara daring.
Gubernur Lampung Arinal Djunaidi mengatakan, ekspor produk pertanian dan perkebunan asal Lampung terus berjalan di tengah pandemi Covid-19. Bahkan, peluang ekspor sejumlah komoditas berpotensi menguat.
”Ini menunjukkan bahwa roda sektor pertanian Provinsi Lampung masih terus bergerak. Harapannya, hal ini akan berdampak positif pada peningkatan kinerja perekonomian daerah dan kesejahteraan petani di Lampung,” kata Arinal saat acara pelepasan ekspor di Pelabuhan Panjang, Kota Bandar Lampung, Sabtu.
Arinal menyatakan, kopi robusta, nanas, dan pisang merupakan beberapa komoditas unggulan yang telah diekspor ke berbagai negara. Komoditas lain yang berpeluang untuk diekspor adalah rempah, manggis, dan porang.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung, pada triwulan II-2021, perekonomian Lampung tumbuh sebesar 5,03 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Di sektor pengeluaran, komponen ekspor barang dan jasa menjadi komponen tumbuh paling tinggi, yakni sebesar 17,32 persen. Sektor ini menjadi salah satu penopang perekonomian Lampung saat pandemi.
Arinal mengungkapkan, selama ini, sebagian komoditas ekspor yang melalui Pelabuhan Panjang tidak langsung diangkut ke luar negeri. Sejumlah komoditas dikirim lebih dulu ke Jakarta untuk selanjutnya diekspor menggunakan kapal.
Ke depan, kata Arinal, pemerintah daerah akan mendorong agar seluruh produk ekspor langsung diangkut dari Lampung tanpa perlu transit ke daerah lain. Dengan begitu, diharapkan daerah akan memperoleh nilai tambah ekonomi yang lebih besar.
Pada 2020, ekspor pertanian Lampung mencapai Rp 10,7 triliun. Jumlah itu naik 20,6 persen dari tahun sebelumnya, yakni Rp 8,25 triliun.
Sementara itu, Kepala Balai Karantina Pertanjan Kelas I Bandar Lampung M. Jumadh memaparkan, berdasarkan data Indonesia Quarantine Full Automation System, pada 2020, ekspor pertanian Lampung mencapai Rp 10,7 triliun. Jumlah itu naik 20,6 persen dari tahun sebelumnya, yakni Rp 8,25 triliun.
Pada semester I 2021, nilai ekspor komoditas unggulan asal Lampung mencapai Rp 5,6 triliun. Nilai ekspor tersebut juga mengalami kenaikan 32,14 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang tercatat hanya Rp 3,8 triliun.
Selain nanas dan pisang, peluang ekspor buah lokal lain di Lampung juga terbuka lebar. Terkait hal itu, Balai Karantina telah membina petani manggis di Kabupaten Tanggamus agar mampu menembus pasar China.
Selain itu, Balai Karantina juga telah menerapkan digitalisasi layanan dan inovasi perkarantinaan. Penggunaan teknologi membuat pelaku usaha ekspor bisa mengajukan permohonan pemeriksaan karantina secara daring. Petugas karantina juga memberikan layanan pemeriksaan langsung di gudang pemilik untuk memangkas waktu tunggu di pelabuhan.
Secara terpisah, Ketua Dewan Rempah Lampung Untung Sugiatno mengatakan, pemerintah daerah harus responsif terhadap peluang ekspor komoditas rempah. Selain lada, komoditas lain, seperti cengkeh dan cabai jawa yang selama ini belum menjadi prioritas harus mulai dikembangkan secara serius.