Produksi Turun, Harga Cabai di Bandar Lampung Melambung
Kemarau panjang membuat produksi cabai di sejumlah sentra pertanian merosot. Di Bandar Lampung, harga cabai di pasaran naik dua klai lipat dalam sepekan terakhir.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS – Harga berbagai jenis cabai di Bandar Lampung naik signifikan dalam sepekan terakhir. Penurunan produksi akibat kemarau panjang diduga menjadi penyebab melambungnya harga komoditas ini.
Berdasarkan pantauan Kompas di Pasar Tugu, Bandar Lampung, Selasa (7/11/2023), harga cabai naik dua kali lipat sejak sepekan lalu. Saat ini, harga cabai rawit merah atau cabai caplak berkisar Rp 90.000-Rp 95.000 per kilogram (kg), naik dari sebelumnya Rp 45.000-Rp 50.000 per kg.
Sementara harga cabai merah keriting naik dari Rp 35.000-Rp 40.000 per kg menjadi Rp 70.000-Rp 75.000 per kg. Hal sama terjadi pada cabai hijau yang kini dijual Rp 50.000 per kg atau naik dari sebelumnya yang hanya Rp 20.000-Rp 25.000 per kg.
”Harga semua jenis cabai masih mahal bulan ini, sepertinya (harga) belum akan turun karena pasokannya sedikit,” kata Rosidin (35), pedagang cabai di Pasar Tugu, Kota Bandar Lampung, Selasa.
Rosidin menuturkan, pasokan cabai dari petani di Jawa dan sejumlah sentra pertanian di Lampung, seperti Kabupaten Lampung Barat dan Tanggamus, menipis sejak akhir Oktober 2023. Produksi cabai di sentra pertanian itu diduga menurun akibat kemarau panjang.
Tak hanya cabai, harga beras di Lampung juga termasuk tinggi. Beras medium yang biasanya Rp 12.500 per kg naik hingga Rp 13.500 per kg. Adapun beras premium yang biasanya dijual Rp 14.000 per kg naik menjadi Rp 15.000 per kg.
”Sekarang ini uang Rp 200.000 tidak cukup lagi untuk belanja beras, sayur, dan lauk pauk untuk kebutuhan seminggu karena harga sudah pada naik,” ujar Yoviana (35), pembeli.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung, pada Oktober 2023, tingkat inflasi di Kota Bandar Lampung mencapai 3,07 persen. Beras dan cabai menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi terbesar di kota tersebut.
Beras dan cabai menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi terbesar di Bandar Lampung.
Secara terpisah, Susanto (40), petani cabai asal Tanggamus, menuturkan, saat ini harga cabai merah di tingkat petani berkisar Rp 55.000-Rp 60.000 per kg. Kendati demikian, petani tidak mendapat untung besar karena produksi cabai juga merosot.
”Saya baru panen 300 kilogram dan dapat harga Rp 55.000 per kg. Sementara modal untuk tanam cabai yang keluar sekitar Rp 30 juta,” kata Susanto.
Saat kondisi cuaca baik, hasil panen cabai bisa sebanyak 8-10 ton per hektar. Namun, saat ini, hasil panen diperkirakan anjlok hingga 70-80 persen akibat kemarau panjang. Kemarau membuat pohon cabai mengering dan tidak berbuah. Susanto berharap bisa panen cabai minimal 1 ton agar bisa menutup modal dan mendapat untung.
Untuk menekan lonjakan harga dan menjaga daya beli masyarakat, Pemerintah Provinsi Lampung menyiapkan gerakan pangan murah di Lampung. Gerakan itu dilakukan bertahap di 15 kabupaten dan kota di Lampung.
Kepala Biro Perekonomian Provinsi Lampung Rinvayanti mengatakan, gerakan pangan murah telah dilakukan di tiga daerah, yakni Kota Bandar Lampung, Kabupaten Lampung Timur, dan Tanggamus. Selanjutnya, kegiatan serupa juga telah digelar di Kabupaten Pringsewu, Lampung Tengah, dan Pesawaran.
Dia menjelaskan, kegiatan gerakan pangan murah menjual berbagai komoditas pangan dengan harga lebih murah dibandingkan harga jual di pasar. Sejumlah bahan pangan disiapkan, antara lain beras, minyak goreng, cabai, gula pasir, dan terigu. Pemerintah bekerja sama dengan petani dan produsen untuk menyediakan pangan murah tersebut pada masyarakat.
”Program ini diprioritaskan untuk masyarakat kurang mampu supaya bisa mendapatkan harga yang yang lebih terjangkau,” katanya.