Lebih dari 4.000 unit koperasi di NTT berperan besar menghidupkan ekonomi masyarakat masyarakat miskin. Melalui koperasi, masyarakat bisa meningkatkan taraf hidup.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Sejumlah 4.291 koperasi di Nusa Tenggara Timur berperan besar dalam menghidupkan ekonomi masyarakat miskin di daerah itu. Melalui koperasi, warga kurang mampu menjadi lebih berdaya di berbagai bidang usaha.
Penjabat Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Ayodhia Kalake menyatakan hal itu saat menanggapi pendapat fraksi-fraksi di DPRD di Kupang, Selasa (7/11/2023). Sebelumnya, sejumlah fraksi berpendapat agar urusan koperasi dan UMKM ditangani dinas tersendiri, tidak berada di Dinas Koperasi, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi NTT.
”Saat ini ada 4.291 lembaga koperasi, antara lain empat koperasi primer nasional, yakniKoperasi Simpan Pinjam Kopdit Pintu Air, koperasi TLM Indonesia, koperasi Nasari, dan KSP Kopdit Swastisari. Terdapat pula 479 koperasi primer provinsi tersebar di 22 kabupaten/kota. Satu di antaranya koperasi penyalur kredit usaha rakyat, yakni KSP Kopdit Obor Mas, berpusat di Sikka,” kata Ayodhia.
Koperasi, menurut dia, berperan besar menghidupkan sendi perekonomian di NTT. Sebanyak 4.291 koperasi itu mampu menghimpun ribuan sampai jutaan anggota, dengan kategori pendapatan yang berbeda. Warga kurang mampusangat terbantu setelah masuk menjadi anggota koperasi. Mereka bisa memanfaatkan koperasi untuk meningkatkan ekonomi mereka.
Ketua Koperasi Swastisari NTT Lambertus Tukan mengatakan, jumlah anggota KSP Kopdit Swastisari mencapai185.634 orang. Mereka tersebar di enam provinsi, yakni NTT, Denpasar, Batam, Samarinda, Surabaya, dan Mataram. Kopdit Swastisari memiliki aset per Oktober 2023 senilai Rp 1,113 triliun.
”Anggota yang tergabung di koperasi ini sebagian orang kurang mampu. Melalui KSP Swastisari, mereka itu meminjam uang sesuai kebutuhan untuk usaha ekonomi produktif. Membuka kios sembako di rumah, beternak ayam dan babi, menjual ikan, usaha batako, dan usaha jenis lain yang mereka nilai cocok dijalankan,” kata Lambertus.
Batas pinjaman di koperasi Swastisari sampai Rp 500 juta. Setiap peminjaman harus 80 persen untuk usaha produktif. Jika anggota meminjam Rp 2 juta, misalnya, maka Rp 1,6 juta harus dialokasikan untuk usaha produktif. Tim dari Swastisari akan melakukan penilaian, pinjaman yang diberikan harus tepat sasaran dan bisa meningkatkan kesejahteraan anggota. Selain itu, harus dipastikan pengembalian kredit ke koperasi lancar.
Selain mencairkan kredit, Swastisari juga menerjunkan tenaga-tenaga terlatih untuk mendampingi usaha anggota. Mereka memberi arahan dan masukan bagi anggota terkait usaha yang sedang ditekuni itu.
Setiap tahun Swastisari merekrut 50-100 pendamping. Ada dokter hewan, tenaga ahli kesehatan lingkungan, ahli pertanian dan lahan kering, bidang kehutanan, dan ahli perbengkelan khusus sepeda motor. Tenaga ini dibutuhkan sebagai pengurus koperasi, yang nantinya mendampingi anggota di bidang berbagai usaha.
Keunggulan koperasi adalah simpanan berapa pun oleh anggota tidak pernah mendapat potongan bulanan seperti di perbankan. Koperasi pun memiliki sejumlah anjungan tunai mandiri seperti dimiliki Kopdit Swastisari. Kini, koperasi itu memiliki empat unit ATM yang berfungsi seperti perbankan di Kota Kupang.
Sebagian anggota koperasi mengalami peningkatan ekonomi keluarga. Di antaranya ada yang sebelumnya hanya memiliki rumah berlantai tanah, satu tahun setelah menjadi anggota koperasi bisa membangun rumahnya menjadi berlantai keramik, berdinding tembok, dan atap seng. Begitu pun dengan pendidikan anaknya bisa sampai sampai perguruan tinggi.
”Mereka memulai dari usaha mikro. Misalnya, jual jagung bakar atau jagung rebus keliling, pertalite eceran di pinggir jalan, kelapa muda, ikan segar, dan minyak tanah eceran. Semua itu dijalankan dengan telaten, sabar, dan tekun,” kata Lambertus.
Keunggulan koperasi adalah simpanan berapa pun oleh anggota, tidak pernah mendapat potongan bulanan seperti di perbankan. Koperasi pun memiliki sejumlah anjungan tunai mandiri seperti dimiliki Kopdit Swastisari. Kini, koperasi itu memiliki empat unit ATM yang berfungsi seperti perbankan di Kota Kupang.
Mateus Sanam (43), anggota koperasi Swastisari di Kupang, mengatakan, setelah menjadi anggota koperasi pada 2015, ia mengajukan kredit pada 2017 senilai Rp 500.000. Uang itu untuk modal usaha berjualan pertalite eceran di pinggir jalan. Usahanya berkembang hingga pada 2022 memiliki sebuah kios yang menyediakan beberapa jenis bahan pokok, di samping pertalite dan minyak tanah.
”Saya baru paham. Terjun awal di dunia usaha, kita tidak boleh buat pesta, bantu-bantu saudara, menjamu tamu di restoran, urusan adat, dan kegiatan sosial lain yang mengeluarkan biaya yang tidak produktif. Semua pengeluaran benar-benar harus sesuai sasaran ekonomi produktif. Ini, saya belajar dari pengurus koperasi, dan anggota koperasi yang sudah sukses di sejumlah bidang usaha,” tutur Sanam.