Tiga Lokasi Karhutla di Ogan Komering Ilir Penyumbang Kabut Asap Terbesar di Sumsel
Tiga lokasi karhutla di Ogan Komering Ilir menjadi penyumbang kabut asap terbesar di Sumsel. Hal itu karena lokasi yang terbakar berupa lahan gambut, sumber air kian berkurang, dan tidak ada hujan signifikan.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Tiga lokasi kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, menjadi penyumbang polusi kabut asap terbesar di Sumsel. Kebakaran di tiga lokasi itu sulit diatasi karena terjadi di lahan gambut, sumber air untuk pemadaman semakin menipis, dan tidak ada hujan signifikan.
Kepala Manggala Agni Daops Sumatera XVII/Ogan Komering Ilir (OKI) Edi Satriawan, Kamis (2/11/2023), mengatakan, tiga lokasi itu adalah Desa Jungkal, Kecamatan Pampangan; Hutan Produksi Terbatas (HPT) di Desa Cinta Jaya, Kecamatan Pedamaran; dan kawasan Pangkalan Lampam yang berbatasan dengan Suaka Margasatwa Padang Sugihan.
Upaya pemadaman di Desa Jungkal menjadi yang tersulit karena berada di kawasan gambut yang dalam. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sumsel, kedalaman kawasan gambut itu mencapai 4-12 meter.
Anggota Manggala Agni sudah berupaya memadamkan kebakaran di lokasi tersebut sejak dua bulan lalu. Namun, kebakaran di sana belum juga bisa teratasi.
Di HPT Pedamaran, proses pemadaman api yang aktif sudah tuntas sejak Rabu (1/11/2023). Saat ini, tim tetap melakukan pembasahan di sana untuk memastikan api tidak muncul kembali. Petugas juga akan terus melakukan pemantauan kalau tiba-tiba asap muncul kembali.
Edi menyatakan, petugas pemadam terdiri dari tim gabungan Manggala Agni, Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Ditjen Gakkum KLHK), Kesatuan Pengelolaan Hutan HPT Pedamaran, dan personel Polda Sumsel.
”Tim melakukan operasi semut di sana. Mereka bergerak menyebar untuk memastikan tidak ada lagi api dan asap yang muncul,” ujar Edi.
Adapun proses pemadaman di Pangkalan Lampam masih berjalan. ”Ketiga lokasi itulah yang menjadi sumber asap utama di OKI yang turut mengirimkan asap ke sejumlah daerah lain, seperti Palembang dan Ogan Ilir, hingga kini,” ujar Edi.
Menurut Edi, tantangan utama pemadaman di tiga lokasi itu adalah persediaan air yang semakin berkurang. Situasi semakin parah karena belum turun hujan yang signifikan secara merata, terutama di Desa Jungkal dan Pangkalan Lampam.
”Untuk mengatasinya, kami coba meminjam alat untuk membuat embung air. Untungnya, perusahaan yang berada di lokasi kebakaran masih terus memberikan dukungan peralatan,” tuturnya.
Ketiga lokasi itulah yang menjadi sumber asap utama di OKI yang turut mengirimkan asap ke sejumlah daerah lain, seperti Palembang dan Ogan Ilir.
Saat ditanya mengenai luasan wilayah yang terbakar, Edi mengaku belum tahu secara persis. Hal itu baru bisa diukur usai kebakaran benar-benar teratasi.
Sementara itu, Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Sumatera KLHK Ferdian Krisnanto mengatakan, luasan wilayah yang terbakar di Desa Jungkal mencapai 5.000 hektar dan di HPT Pedamaran 100-300 hektar.
Kebakaran di Desa Jungkal menjadi yang terparah di Sumsel sejauh ini karena gambut yang terbakar dalam dan kering. Di sisi lain, angin kencang sering berubah-ubah arah yang semakin menyulitkan dan membahayakan petugas pemadam.
Hujan telah turun beberapa kali, tetapi durasinya sebentar sehingga tidak memberikan dampak besar. ”Justru, hujan nanggung itu membuat pori-pori gambut terbuka dan asap semakin membesar,” ujar Ferdian.
Pantauan udara
Berdasarkan pantauan udara yang dilakukan Kompas dengan menumpang helikopter Polda Sumsel dari Palembang hingga OKI, Kamis, polusi kabut asap pekat masih menyelimuti Palembang dan sekitarnya. Bahkan, langit nyaris memutih dengan jarak pandang di udara sangat terbatas. Pilot helikopter mengklaim jarak pandang berkisar 300-500 meter.
Sepanjang perjalanan sekitar 70 kilometer itu, tampak bekas lokasi terbakar di sejumlah kawasan gambut di Ogan Ilir dan OKI. Lokasi itu masih menyisakan warna hitam arang dan tumbuhan di sekitarnya mengering. Selain itu, ada sejumlah lokasi yang masih menimbulkan asap dari luasan kecil hingga yang besar.
Lokasi kebakaran yang cukup luas dan menimbulkan kepulan asap cukup besar ada di kawasan Cinta Jaya, Pedamaran, serta di dekat Jalan Tol Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung, Desa Menang Raya, Pedamaran.
Angin yang berembus pun cukup kencang, terbukti helikopter mengalami turbulensi karena hembusan tersebut. Angin kencang itu yang disinyalir membuat api kebakaran bisa membesar dan meluas.
Kepulan asap cukup besar itu pula yang disinyalir menyebar hingga Palembang dan sekitarnya. Akibatnya, Palembang terus diselimuti kabut asap dan membuat kualitas udaranya buruk.
Merujuk laman Ispu.menlhk.go.id pada Kamis pukul 19.00, Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) di Palembang mencapai angka 142 atau tidak sehat. Dengan begitu, Palembang masih menjadi daerah dengan ISPU terburuk di Tanah Air.
Dampak luas
Wakil Kepala Polda Sumsel Brigadir Jenderal (Pol) M Zulkarnain menuturkan, kebakaran lahan telah berdampak negatif secara luas. Selain berpengaruh buruk terhadap kesehatan dan kerusakan lingkungan, bencana itu turut menghambat proses distribusi barang dan jasa.
Hal itu karena kabut asap membuat jarak pandang kendaraan darat maupun udara terbatas. Pengendara yang melintasi jalan tol tidak bisa memacu kendaraan dengan kecepatan optimal. Sebaliknya, sejumlah penerbangan sempat tertunda karena jarak pandang pesawat yang tidak ideal.
Padahal, setelah pandemi Covid-19, pemerintah pusat meminta segenap instansi mengawal iklim investasi agar kembali bergeliat. Hanya saja, karena kebakaran lahan, implementasi instruksi itu menjadi terganggu. Oleh karena itu, Polda Sumsel berinisiatif mendukung proses pemadaman di sejumlah lokasi kebakaran lahan.
Polda Sumsel secara bertahap mengirim personel bantuan kendali operasi (BKO) untuk membantu anggota Manggala Agni yang dinilai telah bekerja keras dan melelahkan dalam beberapa bulan terakhir. Berdasarkan data Polda Sumsel, total ada 1.427 personel BKO yang dikirim bertahap sejak awal Oktober hingga kini.
”Kebakaran lahan di Sumsel ini terjadi karena permasalahan yang kompleks, yang dipicu oleh isu ekonomi, sosial, dan budaya. Untuk menyelesaikannya, tidak bisa dilakukan oleh salah satu pihak saja. Kita harus bekerja sama. Kepolisian berkomitmen penuh untuk mengatasi permasalahan hingga tuntas,” kata Zulkarnain.
Kepala Subdirektorat Operasi Ditjen Gakkum KLHK Hari Novianto menyampaikan, karena bencana kebakaran lahan di Sumsel sudah masuk tanggap darurat, semua bagian di KLHK diwajibkan terjun untuk ikut menanggulangi. Namun, instansi itu mengalami keterbatasan jumlah personel karena luas dan banyaknya wilayah yang terbakar.
”Untuk itu, dukungan dari instansi lain, seperti dari Polda Sumsel, sangatlah membantu. Pada dasarnya, kebakaran lahan berefek luas pada semua lapisan masyarakat sehingga perlu ada kerja sama dari semua pihak untuk menanggulanginya,” tutur Hari.