Konversi Energi dari Batubara ke Biomassa Perkuat Industri Hijau di Jatim
Produsen monosodium glutamat di Mojokerto mengalihkan energi dari batubara menjadi biomassa untuk mengurangi emisi karbon, mendukung pembangunan industri hijau di Jawa Timur.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
MOJOKERTO, KOMPAS — Produsen monosodium glutamat di Mojokerto mengonversi energinya dari batubara menjadi biomassa. Langkah strategis itu semakin memperkuat pembangunan industri hijau di Provinsi Jawa Timur. Pemakaian biomassa juga menjadi alternatif sumber energi bersih terbarukan selain tenaga surya.
Konversi energi dari fosil ke nonfosil tersebut ditandai dengan peresmian boiler atau ketel uap bertenaga biomassa di PT Ajinomoto di Mojokerto, Rabu (1/11/2023). Targetnya mengurangi emisi karbon yang berasal dari aktivitas perusahaan sebesar 30 persen pada tahun 2025 dan 60 persen pada tahun 2030.
Wakil Presiden Direktur PT Ajinomoto Indonesia Takuro Seguchi mengatakan perusahaannya menghentikan pemakaian energi batubara per Oktober 2023. Selanjutnya, mulai 1 November 2023, pihaknya mengoperasikan boiler dengan teknologi baru yang berbahan bakar biomassa sehingga lebih ramah lingkungan.
”Pabrik Ajinomoto juga telah menggunakan energi surya dan menerapkan konsep ekonomi sirkular dengan mengolah produk samping menjadi pupuk cair,” ujar Takuro pada acara peluncuran Ajinomoto Health Provider.
Acara peluncuran itu dihadiri Presiden Direktur PT Ajinomoto Indonesia Sinichi Matsumoto, Deputi Direktur Pusat Industri Hijau Kementerian Perindustrian Ahmad Taufik, serta Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN Rizal Martua Damanik.
Konversi energi yang dilakukan oleh Ajinomoto dari batubara ke biomassa dipastikan semakin memperkuat pembangunan industri hijau di Provinsi Jatim. Sebelumnya, konversi energi dari fosil ke nonfosil dilakukan oleh PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJ) melalui anak usahanya, PT Gading Mas Indonesia Teguh (GMIT), yang berlokasi di Kabupaten Jember.
Perusahaan yang memproduksi edamame berkualitas ekspor ini berkolaborasi dengan SUN Energy, mengembangkan sistem pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang dipasang di atap pabrik GMIT. Kebijakan itu diambil perusahaan pangan berbasis agrobisnis tersebut sebagai wujud komitmen untuk mengurangi dampak lingkungan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.
Selain itu, PT Tjiwi Kimia di Sidoarjo juga membangun PLTS atap berkapasitas 9,8 megawatt peak (MWP). Pembangkit tenaga surya ini bahkan diklaim sebagai yang terbesar di Indonesia untuk kategori korporasi.
Festival Mangrove
Masih dalam upaya menekan emisi karbon dan memperbaiki lingkungan, Pemprov Jatim baru-baru ini menggelar Festival Mangrove V di Romokalisari Adventure Land Kota Surabaya, Selasa (31/10/2023). Romokalisari Adventure Land sengaja dipilih karena dinilai telah memberi manfaat bagi masyarakat sekitar dan mendorong kelestarian ekosistem mangrove dan pesisir.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, Festival Mangrove merupakan bentuk upaya memasifkan penguatan eksosistem mangrove dari hulu hingga hilir sebagai bagian dari ikhtiar menuju Net Zero Emission (NZE) 2060.
”Saat ini sudah banyak kegiatan seminar dan diskusi terkait NZE 2060. Namun, langkah konkret juga harus dilakukan. Makanya saya lebih banyak mengajak ayo sedekah oksigen. Ayo nandur, nandur, dan nandur. Ayo rawat, rawat, dan rawat. Dengan begitu, langkah kita akan terukur,” jelas Gubernur.
Khofifah menambahkan, Jawa Timur memiliki kawasan mangrove seluas 27.221 hektar (ha) atau 48-50 persen dari kawasan mangrove di Pulau Jawa. Kawasan ini merupakan yang terluas dibandingkan provinsi lainnya di Pulau Jawa dan Bali.
”Mangrove dengan kerapatan lebat mencapai 47,26 persen, sedang 46,07 persen, dan tingkat kerapatan jarang 6,66 persen. Sementara potensi mangrove Jawa Timur totalnya seluas 51.557 ha,” ucapnya.
Dinas Kehutanan Provinsi Jatim mendata sejak tahun 2020 hingga saat ini telah ditanam mangrove di pesisir Jawa Timur dengan sumber pendanaan dari APBD, APBN, dan dukungan para pihak lain seluas 1.930,53 ha dengan jumlah total bibit mangrove sebanyak 6.813.947 batang.
Mangrove merupakan tanaman pesisir yang sangat besar manfaatnya bagi lingkungan. Selain memproduksi oksigen tinggi dan mampu menyerap karbon lima kali lipat dibandingkan tanaman lain, mangrove juga mampu mencegah abrasi di kawasan pesisir atau pantai.
Khofifah juga mengapresiasi hilirisasi yang telah dilakukan oleh para petani mangrove di Jatim. Salah satunya mengembangkan sirop mangrove, aneka makanan ringan seperti stick mangrove, serta batik berbahan alam dari tanaman mangrove. Mangrove juga menginspirasi motif batik tulis di Jatim.
Festival Mangrove Jatim menjadi agenda rutin untuk memasifkan pelestarian lingkungan, terutama di pesisir pantai. Festival Mangrove pertama digelar di Kabupaten Pasuruan, kedua di Sampang, ketiga di Sidoarjo, dan keempat di Trenggalek.