Mengadopsi Kedisiplinan Talenta Industri dari Jepang
Budaya Jepang yang mengusung nilai disiplin, etos kerja tinggi, dan orientasi pada target perlu digali agar dapat diadopsi oleh SDM Indonesia dalam proses alih pengetahuan dan teknologi.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA, M PASCHALIA JUDITH J
·5 menit baca
Kerja sama Indonesia dan Jepang dalam industri manufaktur memantik lahirnya sumber daya manusia yang mengedepankan disiplin dan komitmen untuk mencapai mutu terbaik. Kerja sama ekonomi kedua negara juga memperkuat teknologi dan peran manufaktur Tanah Air dalam rantai pasok global.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengibaratkan, relasi Indonesia dan Jepang seperti dua sisi pada sekeping mata uang. ”Very very close, baik secara ekonomi maupun diplomatis. Pilihan Indonesia sebagai negara kunjungan pertama Kaisar Jepang menunjukkan pentingnya Indonesia di mata Jepang,” tutur Agus saat dihubungi, Kamis (22/6/2023).
Jalinan hubungan kedua negara ini turut berkontribusi pada pembentukan etos, budaya, dan sikap kerja sumber daya manusia di Tanah Air. Dia menyebutkan, pemain industri dari Jepang di Indonesia menunjukkan adopsi kultur yang menjunjung kedisiplinan dan produktivitas.
Hal ini berbuah pengakuan Jepang atas peningkatan kualitas SDM Indonesia. Sejumlah orang Indonesia pun dipercaya memimpin pabrik besar Jepang di Tanah Air.
Hasil survei Japan External Trade Organization (Jetro) menunjukkan, sekitar 73 persen perusahaan Jepang yang ada di Indonesia memproyeksikan adanya profit pada 2023. Angka ini lebih tinggi dibandingkan proyeksi di Thailand dan Vietnam.
Hasil survei Japan External Trade Organization (Jetro) menunjukkan, sekitar 73 persen perusahaan Jepang yang ada di Indonesia memproyeksikan adanya profit pada 2023. Angka ini lebih tinggi dibandingkan proyeksi di Thailand dan Vietnam.
Agus pun optimistis, Jepang akan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi kendaraan listrik (electric vehicle/EV) karena Indonesia sedang memperkuat posisinya dalam rantai pasok dan ekosistem EV.
Tidak sedikit pelaku industri nasional berkolaborasi bisnis dengan Jepang, salah satunya PT Kalbe Farma Tbk. Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk Vidjongtius memaparkan, perusahaan ini bekerja sama dengan sejumlah mitra asal Jepang, seperti Daiichi Sankyo Pharmaceutical dan Astellas, dalam memproduksi susu berjenama Morinaga.
Pada 2019, Kalbe Farma juga membentuk usaha patungan di bidang layanan laboratorium dengan dua perusahaan Jepang, yakni Hokken Kagaku dan Toyota Tsusho Corporation.
Vidjongtius menilai, tingginya standar mutu yang dipasang Jepang mendorong peningkatan kualitas SDM di perusahaan serta layanan pada masyarakat.
”Nilai-nilai kerja sama bersifat saling menguntungkan secara jangka panjang dengan sistem kualitas mutu Jepang yang tinggi serta sistem kerja yang baku. Perbaikan berkelanjutan atau kaizen menjadi pola kerja inovasi yang Kalbe pelajari dari mitra Jepang,” ujarnya.
Dia berharap, penerapan standar mutu Jepang yang tinggi dapat diterapkan pada bidang-bidang lainnya, seperti perkebunan, pengolahan hal perikanan dan kelautan, serta inovasi dan riset.
Penguatan kualitas SDM karena kolaborasi dengan perusahaan Jepang juga mengemuka dalam kerja sama antara PT Lautan Luas Tbk dan Ajinomoto.
”Ada sejumlah poin penting dalam sikap kerja karyawan kami. Pertama, kejujuran, ketepatan waktu, kesopanan, kedisiplinan, dan kebersihan yang merupakan nilai dasar yang ditekankan rekan kami, Ajinomoto. Kemudian, kualitas produk, tunduk kepada hukum yang berlaku, serta tanggung jawab pada perusahaan,” tutur Investor Relations & Corporate Communication Manager PT Lautan Luas Tbk Eurike Hadijaya, Jumat (23/6/2023).
Inspirasi untuk berkembang
Eratnya jalinan kerja sama antara Indonesia dan Jepang juga tecermin pada PT Suntory Garuda Beverage (SGB) yang didirikan pada 2011 sebagai aliansi strategis antara Suntory di Jepang dan Garuda Food di Indonesia. Kemitraan itu memberi akses bagi Suntory untuk masuk ke Indonesia sebagai salah satu pasar dengan pertumbuhan tercepat di dunia.
”Pasar Indonesia merupakan pasar yang unik yang menuntut setiap perusahaan untuk memahami betul karakteristik konsumen,” ujar CEO SGB Neeraj Kumar Goyal.
Ia menambahkan, SGB digerakkan oleh nilai growing for food yang memberi inspirasi untuk terus berkembang, baik sebagai individu maupun perusahaan. Dengan terus berkembang, SGB memperluas kapasitas untuk meningkatkan kualitas masyarakat dengan mengedepankan prinsip keberlanjutan.
”Terinspirasi oleh berkah air, pada Januari 2019, SGB meluncurkan program Suntory ’Mizuiku’. Dalam bahasa Jepang, mizu berarti air dan iku berarti pendidikan. Mizuiku mengajarkan generasi muda pentingnya air bersih dan melestarikan sumber daya air,” kata Goyal.
Pasar Indonesia merupakan pasar yang unik yang menuntut setiap perusahaan untuk memahami betul karakteristik konsumen.
SGB, imbuh Goyal, juga menerapkan nilai kaizen, yakni perbaikan secara berkelanjutan yang menggabungkan kekuatan di dalam perusahaan. Kaizen ialah tindakan dan filosofi yang dianut di Suntory Group. Kaizen membangun budaya di mana semua karyawan terlibat secara proaktif untuk berinovasi.
Etos kerja
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia sekaligus Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta W Kamdani menyampaikan, pengusaha Indonesia sangat menghargai dan mengapresiasi etos kerja pelaku industri Jepang yang disiplin, tertib, dan terbuka untuk berbagi serta berkolaborasi.
”Nilai-nilai kerja itu (berdampak) positif terhadap produktivitas dan pengembangan perekonomian serta kualitas SDM Indonesia. Sejauh ini, para pemangku kepentingan Jepang ialah salah satu mitra ekonomi yang sangat terbuka untuk beradaptasi dengan kultur Indonesia. Bahkan, sejumlah pelaku usaha Jepang lebih suka berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia ketimbang Bahasa Inggris yang mencerminkan iktikad baik mereka untuk lebih saling memahami,” tuturnya.
Tak hanya menyoal SDM, Shinta berpendapat, Indonesia-Jepang dapat memperkuat kerja sama pendalaman rantai pasok manufaktur serta peningkatan kualitas sektor jasa. Hal ini antara lain terkait pengembangan teknologi informasi demi menopang daya saing produk digital nasional. Untuk menikmati potensi tersebut, Indonesia perlu fokus mempromosikan daya saing iklim usaha dan proyek investasi strategis sekaligus fasilitas penetrasi pasar produk Tanah Air ke Jepang.
Budaya Jepang yang mengusung disiplin, etos kerja tinggi, dan berorientasi pada target juga perlu terus digali terus agar dapat diadopsi oleh SDM Indonesia.
Kementerian Perdagangan mencatat, surplus neraca perdagangan Indonesia terhadap Jepang sepanjang Januari-April 2023 mencapai 2,26 miliar dollar AS. Nilai ini bersumber dari impor sebesar 5,28 miliar dollar AS dan ekspor 7,55 miliar dollar AS. Nilai surplus ini lebih rendah 1,44 persen dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya.
Pengamat ekonomi yang juga dosen Departemen Ilmu Ekonomi Universitas Airlangga, Surabaya, Rossanto Dwi Handoyo, menuturkan, Indonesia dan Jepang sejak lama menjadi mitra strategis. Hubungan baik itu perlu dijaga. ”Terutama berkaitan dengan konsistensi kebijakan pemerintah. Perihal kereta cepat, misalnya, Jepang sudah welcome saat itu, tetapi karena hitung-hitungan pemerintah, akhirnya yang dipilih China,” ujarnya.
Budaya Jepang yang mengusung disiplin, etos kerja tinggi, dan berorientasi pada target juga perlu terus digali terus agar dapat diadopsi oleh SDM Indonesia. Penguatan nilai itu dirasa penting di samping proses alih pengetahuan dan teknologi dalam setiap kerja sama Indonesia-Jepang.