Dari Kijang hingga Ratangga, Tonggak Penanda Hubungan Jepang-Indonesia
Jika dulu simbol mutualisme hubungan Indonesia-Jepang diwakili mobil Kijang, simbol terkini hubungan kedua negara direpresentasikan oleh kereta MRT.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
Kunjungan Kaisar Jepang Naruhito ke Depo MRT Lebak Bulus, Jakarta, menunjukkan salah satu wujud terpenting hubungan Indonesia-Jepang. Setelah otomotif, kereta menjadi wujud hubungan yang manfaatnya dirasakan dalam keseharian banyak warga Indonesia.
Kunjungan ke Depo MRT pada Minggu (18/6/2023) merupakan salah satu agenda muhibah Naruhito selama di Indonesia. Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kanasugi Kenji menyebut, MRT adalah simbol kerja sama Indonesia-Jepang. ”Yang Mulia Kaisar sangat terkesan dengan hasil kerja kolaborasi yang terjalin,” ujar Kenji.
Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) Tuhiyat mengatakan, dukungan Jepang tidak sebatas dana pembangunan sarana dan prasarana MRT Jakarta saja. Dukungan itu juga berupa transfer pengetahuan dan keterampilan yang menjadi standar kerja baru bagi industri kereta otomatis di Indonesia.
Sekretaris Pers untuk Kaisar Jepang Kojiro Shiojiri menyebut, Kaisar ingin melihat sendiri perkembangan hubungan Indonesia-Jepang. ”Oleh karena itu, pada hari pertama sudah mengunjungi dua lokasi tersebut,” ujarnya.
Shiojiri merujuk pada kunjungan Naruhito ke Depo MRT dan stasiun pompa di Pluit. Jepang ikut membantu pembangunan dua fasilitas yang manfaatnya dirasakan jutaan orang di Jakarta dan sekitarnya itu.
Bagi banyak orang, kereta listrik itu tetap dikenal sebagai MRT. Sementara PT MRT Jakarta memilih ”Ratangga” untuk menyebut rangkaian kereta itu. Nama itu disebut dihasilkan dari diskusi PT MRT Jakarta dengan Balai Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Nama lokal
Pemilihan nama lokal untuk produk impor bukan hanya dilakukan untuk rangkaian moda raya transportasi (MRT). Pada 1977, Toyota meluncurkan mobil yang diberi merek Kijang. Nama itu, menurut keterangan resmi Toyota, adalah singkatan dari ”Kerja sama Indonesia-Jepang”.
Kijang, juga aneka mobil dan sepeda motor serta permesinan lain, menjadi produk Jepang yang digunakan sehari-hari oleh jutaan orang di Indonesia. Aneka produk itu ikut menggerakkan perekonomian Indonesia.
Duta Besar RI untuk Jepang Heri Akhmadi menyebut hubungan Indonesia-Jepang amat kuat dan luas di berbagai sektor. Apalagi, hubungan Indonesia-Jepang hampir tanpa ketegangan. Situasi berbeda tecermin pada hubungan Jepang dengan sejumlah negara lain yang dijajahnya.
Meski lahir jauh setelah Perang Dunia II selesai, Kaisar Naruhito menekankan bahwa kenangan kelam periode itu tidak dilupakan. Berbagai tragedi selama Jepang menjajah berbagai negara perlu dijadikan pelajaran untuk membina hubungan di masa depan.
Tidak hanya menyatakan, Jepang juga membuktikan hal itu di dalam dan luar negeri. Di luar negeri, Jepang kini menjadi salah satu mitra penting Indonesia. Sebelum digeser China beberapa tahun terakhir, Jepang menjadi mitra dagang utama Indonesia. Sementara di sektor investasi, Jepang tetap menjadi salah satu sumber penting modal asing Indonesia.
Jepang juga berhubungan amat erat dengan Amerika Serikat dan Inggris. Padahal, Jepang menyerah setelah AS menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki dengan bom nuklir pada Agustus 1945. AS juga melucuti Jepang pada berbagai sektor. Fakta itu tidak menghalangi Jepang bekerja sama dengan AS-Inggris.
Teknologi kereta
Kerja sama terbukti menguntungkan. Jepang membuktikan hal tersebut sejak era Kaisar Meiji lebih dari 1,5 abad lalu. Pada masa Meiji dan dengan bantuan AS-Inggris, Jepang pertama kali mengoperasikan rangkaian kereta api.
Pada 14 Oktober 1872, Kaisar Meiji menjadi salah satu penumpang perjalanan perdana kereta api dari Stasiun Shinbashi di Tokyo. Jepang memiliki kereta hampir 50 tahun setelah rute pertama kereta api dioperasikan di Inggris.
Kereta menjadi salah satu faktor penting dalam menunjang pemerintahan Meiji. Dengan kereta, Kaisar Meiji bisa berkeliling Jepang dan menemui warga. Hasil pertemuan itu dijadikan bahan untuk merumuskan kebijakan nasional.
Kereta untuk keluarga kerajaan Jepang disebut omeshi ressha. Kata itu kurang lebih bermakna: kereta yang digunakan Yang Mulia. Meski semakin jarang dipakai, sampai sekarang masih ada omeshi ressha disiagakan Jepang.
Versi terkini kereta kerajaan tentu lebih maju secara teknologi dan kenyamanan. Bukan hanya pada omeshi ressha, kemajuan sektor kereta Jepang juga terwujud untuk penggunaan oleh umum.
Karena itu, tidak sampai seabad setelah rute pertama dibuka, Jepang punya beberapa istilah yang kini dikenal secara global. Paling terkenal adalah shinkansen dan densha. Sampai sekarang, masih banyak orang Indonesia menyesalkan keputusan Indonesia memilih China untuk mengembangkan kereta cepat Jakarta-Bandung. Sebab, banyak orang telanjur meyakini shinkansen adalah jaminan mutu kereta cepat.
Adapun densha adalah kata dalam bahasa Jepang untuk menyebut kereta listrik atau KRL. Sejak beberapa bulan terakhir, ada perdebatan panas gara-gara KRL Jepang. Operator dan Kementerian Perhubungan RI ingin mengimpor KRL dari Jepang. Sementara Kementerian Perindustrian dan Kementerian BUMN belum memberikan izin.
Padahal, para pengguna KRL terus mengeluhkan kepadatan penumpang dalam kereta. Bukan hanya padat, semakin banyak orang tidak bisa naik kereta dan terpaksa terlambat kerja.
Untunglah, Kaisar Naruhito tidak mengunjungi salah satu stasiun KRL di sekitar Jakarta. Kaisar cukup ke MRT yang tarifnya lebih mahal dan kondisinya lebih nyaman dibandingkan KRL.