Kekaisaran Jepang, Monarki Tertua, 2.600 Tahun Tanpa Pernah Putus
Kekaisaran Jepang adalah dinasti turun-temurun tertua di dunia. Karena minim ahli waris laki-laki, ada wacana kaisar perempuan. Kini ada Hisahito, penentu keberlangsungan itu.

Dalam foto yang dirilis Badan Rumah Tangga Kekaisaran Jepang ini, Kaisar Naruhito, Permaisuri Masako, dan putri mereka, Putri Aiko, menarik kepompong untuk memelihara ulat sutera di Pabrik Kepompong Kekaisaran Momijiyama di Istana Kekaisaran di Tokyo, 30 Mei 2023.
"Saya bersumpah akan merenungkan secara mendalam apa yang dilakukan Yang Mulia Kaisar Emeritus (Kaisar Akihito) dan mengingat jalan yang dilalui kaisar-kaisar masa lalu dan akan mengabdikan diri untuk perbaikan diri. Saya bersumpah akan bertindak sesuai konstitusi dan memenuhi tanggung jawab saya sebagai simbol Negara dan persatuan rakyat Jepang. Pikiran saya akan tercurah pada rakyat dan akan selalu bersama mereka. Saya tulus berdoa untuk kebahagiaan rakyat dan kemajuan bangsa serta perdamaian dunia”.
Pidato pertama Kaisar Ke-126 Jepang, Naruhito, setelah aksesi takhta di Istana Kekaisaran Jepang, Tokyo, pada 1 Mei 2019 itu seperti janji kepada rakyat bahwa dirinya akan tetap sama seperti ayahnya, Akihito. Akihito dikenal dekat dengan rakyat selama 30 tahun berkuasa. Ia telah memberi “wajah” pada kekaisaran Jepang sehingga tampak lebih nyata di mata rakyat.
Naruhito menggantikan ayahnya yang turun takhta karena alasan kesehatan. Akihito menjadi kaisar Jepang pertama yang turun takhta selama lebih dari 200 tahun terakhir. Meski tidak menjalankan kekuasaan politik negara dan tidak memiliki kekuatan eksekutif atau militer, kekaisaran Jepang tetap memiliki peran simbolis dan signifikansi tradisional. Sesuai konstitusi pasca-perang yang mulai berlaku pada 1947, kaisar Jepang didefinisikan sebagai “simbol Negara dan persatuan rakyat”.
Baca juga : Jelang Kunjungan ke Indonesia, Kaisar Naruhito Berharap Jepang-RI Makin Erat
Jika dibandingkan dengan monarki lain, kekuasaan kekaisaran Jepang kokoh bertahan melawan zaman. Konon, ini karena tradisi Jepang yang kuat membentuk budaya negara, infrastruktur, kebijakan publik, dan struktur sosial yang sangat hierarkis.
Selama lebih dari 2.600 tahun, kekaisaran Jepang berada dalam kendali satu garis keturunan keluarga yang sama, yaitu Dinasti Yamato. Ini dinasti turun-temurun tertua di dunia. Ada bukti garis keturunannya tidak putus sejak sekitar 660 Sebelum Masehi (SM) dan bukti fisik pemerintahannya ada sejak 300 Masehi.
Menurut sejarah, kaisar juga pemegang kewenangan tertinggi agama Shinto. Kaisar dan keluarganya dipandang sebagai keturunan Dewi Matahari Amaterasu. Karena itu, kaisar juga menangani urusan ritual keagamaan Shinto. Kaisar dipandang sebagai perwujudan dewa, tetapi tidak disembah seperti dewa.

Kaisar Jepang Naruhito menyampaikan rencana kunjungan ke Indonesia, termasuk harapan-harapan dari kunjungannya itu, dalam konferensi pers di Istana Kekaisaran di Tokyo, Jepang, Kamis (15/6/2023).
Majalah National Geographic, 30 April 2019, menyebutkan, monarki Jepang dimulai dengan Kaisar Jimmu yang konon memulai kerajaannya pada 660 SM. Keturunan Jimmu ini yang kemudian berkuasa selama berabad- abad. Sebagian orang berpendapat, Jimmu ini tokoh mitos saja karena bukti keberadaannya kurang kuat.
Ketika kelompok elite samurai tumbuh di Jepang pada abad ke-10 M, pengaruh monarkinya berkurang antara lain karena ketidakmampuan kaisar memerintah rakyat dari Kyoto. Keshogunan, sistem pemerintahan militer turun- temurun Jepang, kemudian memerintah atas nama kekaisaran hingga abad ke-19.
Baca juga: Ahli Waris Takhta Kekaisaran Jepang Mendobrak Tradisi
Selama Restorasi Meiji pada 1868, hal itu berubah. Kaisar Meiji memindahkan monarki ke Tokyo, dan keshogunan berakhir. Kaisar Meiji memerintah di bawah negara yang lebih tersentralisasi. Peran kaisar Jepang menjadi lebih kuat dengan kekuasaan kekaisaran langsung, bukan hanya peran simbolis.
Pasca-Perang Dunia II
Setelah Perang Dunia II, Amerika Serikat memaksa Kaisar Hirohito, yang atas nama Jepang berperang melawan Sekutu, melepaskan hubungan apapun dengan ketuhanan. Kekuasaan Hirohito juga dilucuti. Ia membantu melegitimasi konstitusi baru Jepang pada 1947.
Konstitusi itu menghapus aristokrasi Jepang dan mengabadikan kaisar sebagai sosok simbolis. Meski simbolis dan kebanyakan menjalani tugas seremonial, kaisar tetap diperhitungkan dalam penunjukan perdana menteri dan hakim agung di Mahkamah Agung, pertemuan Diet (parlemen nasional), dan memberlakukan undang-undang. Kaisar juga bertemu dengan bangsawan dan kepala negara yang berkunjung, menerima duta besar dan utusan asing, serta bertemu dengan semua dubes Jepang sebelum mereka bertugas ke luar negeri.
Bukan itu saja. Kaisar juga menghadiri pemberian hadiah, penanaman pohon, memimpin banyak kegiatan, termasuk pertemuan dengan anggota masyarakat, pertemuan upacara minum teh, acara makan seremonial, dan pembacaan puisi. Perjalanan kekaisaran juga secara tradisional termasuk kunjungan ke tugu peringatan perang untuk mendoakan para korban.

Kaisar Jepang Naruhito (kiri) dan Permaisuri Masako (kedua dari kiri) bersama dengan para anggota keluarga Kekaisaran Jepang menghadiri pesta kebun musim semi di Kebun Kekaisaran Istana Akasaka, Tokyo, Jepang, 11 Mei 2023.
Belum lagi kunjungan rutin ke industri, perusahaan, bepergian ke luar negeri, dan bertemu dengan rakyat, terutama ke daerah yang sedang dilanda bencana. Jumlah total fungsi kaisar bisa bertambah terus menjadi lebih dari 100 fungsi setiap tahun. Membaca daftar tugasnya saja sudah melelahkan.
Baca juga : Kaisar Naruhito dan Permaisuri Masako Memulai Lawatan di Indonesia
Putra Mahkota Fumihito, yang lebih dikenal sebagai Pangeran Akishino atau adik Naruhito, pernah mengeluhkan, keluarga kerajaan hanya bisa melakukan tugas dengan sangat terbatas. Ini karena jumlah anggota keluarga kerajaan berkurang banyak.
Tugas resmi kekaisaran meningkat di masa pemerintahan Akihito. Ia aktif berinteraksi dengan rakyat hingga menjadi populer.
“Pengurangan tugas kekaisaran tidak bisa dihindari dan perlu dibicarakan publik luas. Kami bisa terlibat dalam banyak kegiatan jika anggota keluarga lebih banyak,” kata Akishino, yang akan duduk di Takhta Krisan setelah Naruhito.
Tugas resmi kekaisaran meningkat di masa pemerintahan Akihito. Ia aktif berinteraksi dengan rakyat hingga menjadi populer. Padahal, “SDM kekaisaran” minim dan sudah kewalahan. Ini karena penerus Naruhito hanya menyisakan dua laki-laki yang lebih muda dalam antrian takhta, yakni Akishino dan putranya, Hisahito. Setelah itu ada Pangeran Hitachi—paman Naruhito—yang berusia 83 tahun.

Dalam foto yang dirilis Badan Rumah Tangga Kekaisaran Jepang ini, Kaisar Emeritus Akihito Jepang dan Permaisuri Emerita Michiko berjalan di taman kediaman properti kekaisaran Akasaka di Tokyo pada 4 Oktober 2022.
Tidak ada anak laki-laki yang lahir di keluarga kerajaan sejak tahun 1965. Setelah delapan tahun menikah, Naruhito dan Permaisuri Masako melahirkan anak perempuan, Putri Aiko. Aiko, dan dua putri Akishino, yakni Putri Mako dan Kako, tidak bisa mewarisi takhta hanya karena perempuan.
Di bawah Undang-Undang Rumah Kekaisaran, Aiko, Mako, dan Kako juga kehilangan status kerajaan ketika menikah dengan orang biasa. Itu artinya, semakin berkurang lagi anggota keluarga kerajaan yang bisa menangani tugas kerajaan. “Sebenarnya tugas kerajaan bisa dibagi sama setara tanpa memandang jenis kelamin,” kata Akishino.
Sebelumnya, ide Jepang memiliki kaisar perempuan lagi sempat ramai diperbincangkan. Apalagi, pada periode pramodern, Jepang pernah memiliki delapan kaisar perempuan. Kaisar perempuan yang terakhir, Gosakuramachi, bertakhta sekitar 250 tahun silam. Praktik itu berakhir dengan berlakunya UU Rumah Kekaisaran pada tahun 1889 yang menetapkan suksesi hanya untuk laki-laki.
Jepang termasuk di antara segelintir monarki modern yang membatasi suksesi untuk laki-laki. Sama seperti di Arab Saudi, Oman, dan Maroko. Kantor berita Kyodo pada 2021 pernah menggelar jajak pendapat dan mayoritas responden mendukung perempuan mewarisi Takhta Krisan. Minimnya ahli waris laki-laki menghidupkan kembali pembahasan ini.
Baca juga: Pilihan Hidup Putri Mako dan Masa Depan Kekaisaran Jepang
Kelompok konservatif menentang ide itu. Sementara ada sekelompok politisi yang menyarankan pemberlakuan UU khusus yang memungkinkan laki-laki dari cabang keluarga kerajaan yang dihapuskan dalam reformasi pasca-perang untuk “bergabung lagi” demi menambah calon-calon penerus kekaisaran.
Tetapi, diskusi soal ini langsung mandeg begitu Hisahito lahir pada 2006. Kini, Hisahito yang sudah menginjak remaja usia 16 tahun akan menjadi penentu kelangsungan keluarga kekaisaran.

Dalam foto yang disediakan Badan Rumah Tangga Kekaisaran Jepang ini, Pangeran Akishino (kiri tengah), Putri Kiko (kanan tengah), Putri Kako (paling kiri), dan Pangeran Hisahito, berpose saat sesi foto Tahun Baru di kediaman kekaisaran Akasaka di Tokyo, Sabtu , 24 Desember 2022.
Guru Besar Ilmu Politik di Universitas Keio, Hidehiko Kasahara, mengingatkan pentingnya sejak dini mempersiapkan Hisahito untuk mewarisi takhta masa depan. Tidak seperti kakeknya, Hisahito tidak memiliki mentor khusus untuk membantunya mempersiapkan diri menjadi kaisar di masa depan.
Dulu Akihito dibimbing Shinzo Koizumi, mantan presiden Universitas Keio, dan kemudian menjadi panutan bagi Naruhito. “Penting untuk memiliki seseorang yang bisa bersama-sama menentukan apa yang dilakukan kaisar abad ke-21,” kata Naotaka Kimizuka, pakar monarki Eropa di Universitas Kanto Gakuin, Yokohama, Jepang.
Tidak seperti anggota keluarga Kerajaan Inggris yang hidupnya tak lepas dari sorotan media, gosip riuh, dan spekulasi tiada henti, kehidupan pribadi anggota keluarga kekaisaran Jepang jarang dibahas atau diekspos. Apalagi kehidupan pribadi Hisahito.