Timor Berduka Lagi, Satu Tewas, Tiga Kritis digigit Anjing Rabies
Vaksin antirabies (VAR) dan serum antirabies (SAR) dalam jumlah besar untuk mengatasi kenaikan kasus gigitan hewan rabies ditunggu di Nusa Tenggara Timur.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
SOE, KOMPAS — Daratan Pulau Timor barat berduka lagi menyusul satu warga meninggal dan tiga kritis setelah digigit anjing rabies. Korban kritis kini dirawat di Rumah Sakit Umum DaerahTimor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Juru Bicara Satuan Tugas Pencegahan dan Penanggulangan Rabies di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) Adi Tallo di Soe, Sabtu (28/10/2023), mengatakan, pasien meninggal dunia atas nama Benyamin Atty (58). Warga Desa Oinlasi, Kecamatan Amanatun Selatan, TTS. Ia adalah petani yang memiliki istri dan empat anak.
”Benyamin digigit anjing di Desa Oinlasi. Saat itu korban hendak pergi ke Gedung Gereja untuk beribadat. Dalam perjalanan tiba-tiba muncul seekor anjing, langsung menggigit bagian betis korban,” kata Adi. Hasil laboratorium mendapati korban positif terjangkit rabies.
Setelah digigit anjing itu pada Mei 2023 lalu, korban tidak kembali ke rumah atau langsung menuju puskesmas terdekat untuk mendapat suntikan vaksin antirabies (VAR) atau serum antirabies (SAR). Korban memilih mencuci luka bekas gigitan anjing itu di sungai, tanpa sabun, setelah kembali dari gereja. Hari Minggu, juga hari libur bagi petugas kesehatan di puskesmas. Puskesmas tidak dibuka.
Setelah mendengar informasi itu, petugas kesehatan dari puskesmas setempat datang ke kediaman korban. Hendak memberikan suntikan VAR kepada korban. Namun, pasien tidak ada di tempat, dengan alasan pergi bekerja di kebun. Petugas kesehatan menitipkan pesan kepada istri dan anak korban agar segera ke puskesmas bilapulang dari kebun.
Namun, setelah diberi tahu oleh istri dan anaknya, Benyamin Atty tidak mau pergi. Ia beralasan takut disuntik. Korban pergi ke ladang lagi seperti biasa. Menyiapkan lahan untuk musim hujan 2023/2024.
”Setelah hampir empat bulan digigit, Kamis, 26 Oktober 2023, pasien hendak mandi, tetapi sampai di kamar mandi pasien takut air, rasa pusing, dan napas sesak.Akhirnya pasien tidak mandi. Langsung dibawa istri dan anaknya ke puskesmas dengan keluhan demam, pusing, dan sesak napas. Tetapi, tidak menceritakan kalau ia takut air. Korban langsung pulang ke rumah. Ia rawat jalan saja,” kata Adi.
Pada Jumat (27/10/2023), korban Benyamin Atty merasa sesak napas. Namun, korban menolak dibawa ke puskesmas. Hari itu, pada pukul 14.20 WITA, korban bersedia diantar ke Puskesmas Oinlasi. Saat itu, gejala sakit pasien semakin jelas, yakni demam, sulit buang air, dan takut akan air.
Korban menjalani rawat inap di puskesmas itu dan dipasang infus. Karena kondisi korban semakin buruk, akhirnya dokter di puskesmas merujuk ke RSUD Soe. Sabtu (28/10/2023) pukul 17.15 WITA, korban dilaporkan meninggal dunia.
Mengenai kondisi anjing yang menggigit korban sampai hari ini tidak diketahui. Semua masyarakat tidak mengakui sebagai anjing milik mereka. Kemungkinan anjing itu sudah mati di hutan setelah terpapar rabies. ”Ada kebiasaan di masyarakat, jika anjing itu sudah dinyatakan positif rabies atau sudah menggigit orang, mereka tidak mengakui sebagai miliknya,”kata Adi.
Ia mengatakan, setelah ada imbauan dari Satgas Pencegahan dan Penanggulangan Rabies, masyarakat agar segera melapor apabila telah digigit anjing, kemarin ada tiga orang lagi melapor. Tiga orang ini juga sedang sakit dengan gejala yang hampir mirip penderita gigitan anjing rabies.
”Kami sedang cek informasi. Tiga orang ini masing-masing usia berapa, digigit kapan, di mana, dari desa apa, dan setelah digigit anjing ke mana. Mulai merasa sakit kapan,”katanya.
Sampai hari ini, anjing milik warga di setiap kampung dan desa di TTS masih dibiarkan berkeliaran. Pemilik anjing sempat mengikat anjing satu hingga dua pekan saat awal ditemukan kasus rabies, pertengahan Mei 2023. Namun, setelah itu dilepas lagi, berkeliaran di tengah masyarakat.
Sekretaris Umum Komite Pencegahan dan Penanggulangan Rabies Flores-Lembata dr Asep Purnama mengatakan, kunci mengatasi rabies di Flores-Lembata dan Timor hanya ada dua. Pengadaan VAR dan SAR sesuai dengan kebutuhan di lapangan oleh pemda dan pemerintah pusat. Khusus di TTS perlu didukung kabupaten-kabupaten terdekat, seperti Malaka, Belu, Timor Tengah Utara, dan Kabupaten Kupang.
Hal kedua ialah kedisiplinan dari pemilik anjing, kucing, dan kera agar selalu kooperatif dan mau bekerja sama dengan petugas dari dinas peternakan dan dinas kesehatan. Jika ada petugas yang datang memberikan VAR pada setiap hewan penular rabies, itu harus didukung. Pemilik hewan jangan menolak dengan berbagai alasan, seperti hewan (anjing) itu bakal mandul, lupa, sibuk kerja, dan seterusnya.