Bersiaga Menghadapi Masa Pancaroba di Malang Raya
Setelah dilanda cuaca panas, wilayah Malang Raya mulai hujan. Kewaspadaan kesehatan dan bencana perlu ditingkatkan.
Alam (34) berhenti di sebuah warung di Kota Malang, Jawa Timur, Rabu (25/10/2023) malam. Sambil duduk di di dekat pintu agar tetap merasakan semilir angin, dia lalu memesan minuman dingin.
”Hawa di Malang, kok, bisa sepanas ini, ya. Panasnya membuat seperti dehidrasi dan kulit seperti bersisik. Di kepala pun terasa pusing,” kata warga yang tinggal di wilayah Dirgantara, Kota Malang, tersebut.
Selama beberapa waktu terakhir, cuaca panas memang melanda banyak wilayah di Indonesia, tak terkecuali kawasan Malang Raya yang mencakup Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu. Suhu di wilayah tersebut bahkan sempat mencapai 35 derajat celsius.
Akibat cuaca panas itu, Alam kerap tergiur meminum air es untuk mengusir gerah. Namun, akibatnya dia sering mengalami gangguan tenggorokan. Untuk menjaga kesehatan, dia pun rutin mengonsumsi vitamin.
”Dengan cuaca panas seperti ini katanya memang tidak boleh minum es. Tapi, saya tergoda karena sudah tidak kuat dengan hawa panas yang setiap hari terjadi,” tuturnya.
Iik (43), warga Kelurahan Balearjosari, Kota Malang, juga mengeluhkan kondisi cuaca beberapa waktu terakhir. ”Panasnya luar biasa. Pakai helm pun tidak pengaruh, tetap terasa pusing dan perih di kulit wajah karena saking panasnya,” katanya.
Iik menuturkan, dirinya tinggal di kawasan pintu masuk Kota Malang yang selama ini menjadi salah satu pusat kemacetan. Oleh karena itu, dia mesti menempuh perjalanan yang menguras energi jika ingin ke pusat Kota Malang.
”Sudah cari jalan alternatif lain, tetap saja macet. Semua sepertinya sudah tahu jalur-jalur alternatif itu. Ditambah lagi sekarang hawa sangat panas. Perjalanan 8 kilometer saja seperti pergi ke luar kota. Sangat melelahkan,” katanya.
Baca juga: Musim Panas 2023 Menjadi yang Terpanas dalam Sejarah
Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit, dan Penanganan Bencana Dinas Kesehatan Kota Batu Susana Indahwati menyebut, cuaca panas berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan pada tubuh.
”Penyakit-penyakit akan datang, tergantung pada kondisi fisik seseorang yang tak mampu beradaptasi dengan kondisi cuaca panas ini. Sebab itu, seseorang harus waspada dan selalu memperhatikan kondisi fisiknya,” kata perempuan yang akrab dipanggil Susan itu.
Dehidrasi
Menurut Susan, ada beberapa penyakit yang bisa ditimbulkan oleh cuaca panas, misalnya heatstroke atau hipertermia, yaitu kondisi di mana suhu tubuh meningkat secara signifikan dan tidak dapat diatur oleh mekanisme tubuh. Heatstroke dapat menyebabkan kebingungan, kejang, dan bahkan kematian jika tidak segera ditangani.
Penyakit lainnya adalah heat exhaustion atau kelelahan akibat panas. Penyakit akibat paparan cuaca panas itu dapat menyebabkan gejala seperti pusing, mual, muntah, kelelahan berlebihan, dan kulit kering.
Baca juga: Suhu Udara Bisa Berdampak pada Gangguan Mental
”Cuaca panas dapat menyebabkan kehilangan cairan tubuh yang lebih cepat melalui keringat. Jika terus terjadi dan tidak teratasi, bisa dehidrasi. Dehidrasi dapat menyebabkan pusing, lemah, kejang, dan masalah kesehatan lainnya,” kata Susan.
Penyakit lain akibat cuaca panas adalah heat cramps atau kram akibat panas, yakni kondisi di mana otot-otot tubuh mengalami kram atau kontraksi yang kuat akibat dehidrasi dan kehilangan garam tubuh.
Ada juga prickly heat atau ruam panas, yakni gangguan kulit akibat penyumbatan kelenjar keringat yang dapat menyebabkan ruam dan gatal pada kulit, masalah pernapasan, penyakit kardiovaskular, penyakit kulit, gagal ginjal, dan gagal hati.
”Segera istirahat di tempat yang sejuk jika mengalami kejang otot yang menyakitkan, terutama di kaki, lengan, atau perut. Lalu, minum larutan rehidrasi oral yang mengandung elektrolit. Minta bantuan tim medis jika diperlukan, terutama ketika mengalami heat cramps lebih dari 1 jam,” ungkap Susan.
Baca juga: Mengembalikan Malang Kota Taman
Untuk menghindari berbagai persoalan kesehatan itu, Susan menyarankan masyarakat melakukan aktivitas di tempat yang terlindung dari paparan cahaya matahari langsung. Pengurangan aktivitas fisik berat juga bisa dilakukan.
Masyarakat juga diminta menjaga kondisi tubuh dengan mengonsumsi makanan bergizi dan jika dibutuhkan menambah asupan vitamin.
Sisca Fajriani, dosen Klimatologi Universitas Brawijaya, Malang, mengatakan, cuaca panas berdampak pada kebutuhan air yang tinggi untuk tanaman. Jika tak diberi air yang cukup, tanaman bisa layu.
”Frekuensi penyiraman harus diperhatikan. Kalau biasanya disiram sehari sekali, mungkin sekarang bisa sehari dua kali. Sama seperti manusia, kalau manusia keringatan bisa dehidrasi,” ujarnya.
Cuaca panas dapat menyebabkan kehilangan cairan tubuh yang lebih cepat melalui keringat. Jika terus terjadi dan tidak teratasi, bisa dehidrasi.
Namun, Sisca menyebut, cuaca panas juga bisa memicu beberapa jenis tanaman menjadi lebih cepat dipanen dengan syarat kebutuhan air tetap dicukupi.
”Pada suhu tinggi, panas yang diperoleh tanaman sangat tercukupi sehingga metabolisme tubuhnya jadi lebih cepat. Akibatnya, beberapa tanaman, seperti jenis sayuran, bisa cepet panen,” katanya.
Pancaroba
Setelah beberapa waktu dilanda cuaca panas, wilayah Malang Raya mulai diguyur hujan dengan durasi singkat dan intensitas ringan hingga lebat pada dua hari terakhir. Meski bisa mengusir cuaca panas, kedatangan hujan juga mesti diwaspadai karena hujan ekstrem berpotensi menimbulkan bencana.
Berdasarkan siaran pers Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Sidoarjo, sejumlah wilayah Jatim berpotensi mengalami cuaca ekstrem pada 25-31 Oktober 2023. Cuaca ekstrem itu disebut terjadi pada masa pancaroba atau peralihan dari musim kemarau menuju hujan.
Beberapa wilayah itu, antara lain, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Malang, Kota Malang, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Blitar, dan Kota Blitar.
Baca juga: Suhu Panas Diprediksi Terus Berlanjut hingga November 2023
Menurut keterangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sejumlah wilayah itu harus mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi, seperti hujan lebat, angin kencang, angin puting beliung, dan hujan es.
Data BMKG juga menyebut, wilayah Jatim secara umum sebenarnya masih mengalami kemarau. Namun, sebagian wilayah sudah mulai mengalami masa pancaroba menuju musim hujan. Hal ini karena ada sebagian wilayah yang bakal memasuki musim hujan pada pertengahan November 2023.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang Prayitno meminta masyarakat untuk mewaspadai perubahan cuaca yang terjadi beberapa hari terakhir.
”Masyarakat diminta untuk tetap waspada karena setelah panas berkepanjangan lalu hujan, dan biasanya rawan timbul bencana baik banjir, longsor, maupun puting beliung,” katanya.
Prayitno menambahkan, upaya meningkatkan kewaspadaan itu telah dilakukan melalui program kelurahan tangguh bencana. Oleh karena itu, aparat di setiap kelurahan beserta pihak terkait harus bisa memetakan potensi bencana yang rawan terjadi pada masa pancaroba ini.
”Sebagai kelurahan tangguh bencana, harus bisa memetakan potensi rawan bencana pada masa pancaroba. Data akan kami kumpulkan dan dibuatkan rencana operasi kewaspadaan bencana. Semoga hal ini bisa meminimalisasi dampak bencana yang mungkin timbul,” ujarnya.