Awal November, Pembagian Wolbachia Pencegah Kasus DBD di Kota Kupang
Kasus demam berdarah di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, segera ditangani dengan sistem pembagian bibit nyamuk ”Aedes aegypti” yang mengandung bakter wolbachia, sebagai pembunuh nyamuk lokal.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Pembagian bibit nyamuk Aedes aegypti mengandung bakteri wolbachia dilakukan awal November 2023, pekan depan. Tujuh kelurahan di Kota Kupang akan mendapatkan bibit nyamuk tersebut sebagai proyek percontohan.
Bibit nyamuk Aedes aegypti dengan wolbachia dibagikan kepada masyarakat untuk dibudidayakan.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Kupang dr B Tiur di Kupang, Kamis (26/10/2023), mengatakan, nyamuk Aedes aegypti dengan wolbachia kala sudah dewasa bisa melumpuhkan virus dengue pada nyamuk Aedes aegypti lokal saat terjadi perkawinan.
Nyamuk yang mengandung bakteri wolbachia ini tidak membahayakan kesehatan manusia. Apabila tubuh manusia tersengat nyamuk tersebut, hanya terasa gatal di permukaan kulit yang digigit. Telur nyamuk wolbachia, yang telah dibagikan itu, secara alamiah bisa menggantikan populasi nyamuk Aedes aegypti lokal yang ada di Kota Kupang.
Koordinator lapangan pembagian bibit nyamuk dengan wolbachia, Jane Pandie, mengatakan, apabila terjadi perkawinan, secara otomatis nyamuk Aedes aegypti hasil budidaya itu akan mengantarkan bakteri wolbachia untuk menggantikan virus dengue yang ada di dalam tubuh nyamuk lain. Virus dengue tetap ada di dalam nyamuk itu, tetapi tidak bisa berkembang dan membahayakan kesehatan manusia.
Pembagian bibit nyamuk Aedes aegypti mengandung wolbachia tahap pertama ini hanya di Kota Kupang. Ini sebagai pilot project untuk NTT. Pembagian bibit nyamuk ini juga dilakukan di sejumlah kota di Indonesia. Biasanya DBD hidup dan berkembang di daerah perkotaan, bukan di desa-desa. Di desa-desa, jenis nyamuk berbeda-beda, dan juga menghasilkan penyakit yang berbeda pula.
Setiap warga akan dibagikan ember yang di dalamnya ada 200-250 telur nyamuk wolbachia. Jarak atau radius setiap ember 75 meter atau sesuai jarak rumah warga. Kehadiran nyamuk Aede aegypti dengan bakteri wolbachia ini kelak diharapkan bisa menekan angka penderita DBD di Kota Kupang.
Kasus DBD di Kota Kupang tahun 2022/2023 mengalami penurunan, yakni 187 kasus saja dibandingkan dengan musim hujan 2021/2022 sebanyak 455 kasus. Terbanyak di Kecamatan Oebobo, Kota Kupang. Kasus ini muncul sejak awal musim hujan sampai musim hujan berakhir atau sekitar 3-4 bulan.
Menurut Kepala Bidang P2M Kota Kupang dr B Tiur, pembagian bibit telur nyamuk Ades aegypti dilakukan awal November 2023 di Kota Kupang saat awal musim hujan. Pembagian berlangsung di tujuh kelurahan di Kecamatan Oebobo, yakni Liliba, Oebobo, Oetete, Oebufu, Tuak Daun Merah, Kayu Putih, dan Kelurahan Fatululi. Total penduduk di tujuh kelurahan itu 127.433 jiwa.
Kasus DBD dalam tiga tahun terakhir di tujuh kelurahan itu mencapai 100 orang, termasuk tertinggi di Kota Kupang. Jika sistem pencegahan wolbachia berhasil akan dilanjutkan ke kelurahan lain pada masa yang akan datang. Mungkin juga untuk NTT secara keseluruhan, terutama daerah-daerah dengan kasus BDB tertinggi, seperti Sikka.
Teknik wolbachia berbeda dengan sistem pembasmian dan pengendalian nyamuk pada umumnya, yang selama ini dilakukan. Sistem wolbachia melepas nyamuk ke alam untuk mencegah virus dengue yang sudah ada di dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti lokal.
Dengan teknologi ini, virus dengue yang ada di dalam tubuh nyamuk semakin tertekan dan tidak bisa berkembang biak. Meskipun banyak nyamuk yang berkeliaran dan menggigit warga setempat, mereka tidak akan terinfeksi DBD.
”Wolbachia sebagai salah satu cara mengurangi angka kasus DBD selain mengubur dan menutup tempat air yang menjadi sarang kembang biak nyamuk. Selain itu, menabur abate pada tempat-tempat penampungan,” kata B Tiur.
Alfons Duran (43), warga Kelurahan Liliba, Kota Kupang, mengatakan, pembagian bibit nyamuk Aedes aegypti itu harus dilakukan secara merata, dan adil. Kebiasaan selama ini bantuan-bantuan seperti itu menumpuk di gudang sampai rusak atau mencapai masa kedaluwarsa. Petugas kesehatan beralasan tidak ada anggaran bagi petugas untuk turun ke lapangan, melakukan pembagian.
Pembagian itu jangan dilakukan diskriminatif. Jika satu rumah tidak kebagian, juga berdampak ke rumah sekitar yang sudah mendapatkan bantuan itu. Bantuan untuk membunuh virus dengue demi kebaikan bersama.