Penembak Warga Bangkal di Seruyan Masih Berkeliaran
Penembak warga Desa Bangkal, Kabupaten Seruyan, di Kalimantan Tengah belum juga ditangkap. Warga dan masyarakat Kalteng mendesak polisi segera mengungkap kasus tersebut seterang-terangnya.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Penembak Gijik (35), warga Desa Bangkal, Kecamatan Seruyan Raya, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, hingga kini masih berkeliaran. Penyelidikan yang sudah berjalan dua minggu lebih belum menghasilkan banyak informasi, bahkan hasil otopsi juga belum dibuka aparat kepolisian.
Gijik (35) ditembak saat sedang unjuk rasa di salah satu perusahaan perkebunan sawit di desanya. Ia tewas di lokasi kejadian sebelum sempat dirawat di rumah sakit terdekat.
Selain Gijik, Taufik Nurahman juga ditembak di bagian tubuhnya hingga peluru masih bersarang di dekat pinggangnya. Taufik atau yang akrab disapa Upik sempat dirawat di rumah sakit (Kompas, Rabu 11 Oktober 2023).
Pada Senin (23/10/2023) sore, puluhan mahasiswa Palangkaraya kembali mendatangi Kantor Kepolisian Daerah Kalimantan Tengah di Kota Palangkaraya, Kalteng, untuk meminta pertanggungjawaban aparat kepolisian dalam kejadian di Desa Bangkal. Mereka meminta polisi untuk segera mengungkap pelaku penembak warga yang sedang memperjuangkan haknya.
Perwakilan Solidaritas untuk Bangkal, Janang P Firman, mengungkapkan, polisi belum punya komitmen yang jelas dalam mengusut kasus penembakan Gijik dan kekerasan terhadap warga.
”Apalagi sampai saat ini pelaku juga belum ditangkap,” katanya.
Menurut Janang, polisi tidak fokus dalam mengusut kasus penembakan Gijik dan justru memanggil beberapa warga Desa Bangkal yang mengikuti aksi dengan tuduhan yang tidak relevan dengan kasus yang lebih berat. Warga dipanggil menjadi saksi dalam kasus penggunaan senjata tajam dalam unjuk rasa.
”Pemanggilan itu dalam kaitannya dengan penggunaan senjata tajam dan perlawanan terhadap petugas, padahal kerusuhan itu terjadi karena dipicu oleh tindakan aparat yang menembaki warga,” kata Janang.
Janang menambahkan, pihaknya melakukan investigasi di lokasi dan menentukan jika warga merupakan korban dari kekerasan aparat yang berjaga di kawasan perusahaan perkebunan sawit.
”Karena menurut hasil investigasi kami, jelas-jelas warga adalah korban dari mekanisme penanganan massa yang patut diduga tidak sesuai prosedur oleh pihak kepolisian,” katanya.
Maselin (45), perempuan adat di Komunitas Adat Bangkal yang ikut aksi saat penembakan, menjelaskan, masyarakat datang menduduki lahan yang mereka nilai dikuasai perusahaan lantaran berada di luar izin.
Sabar ya, tim belum ada kabar dari mabes (Polri), mudah-mudahan segera.
Tanah yang mereka duduki saat unjuk rasa itu, menurut masyarakat, merupakan tanah leluhur mereka jauh sebelum perusahaan datang sekitar 17 tahun lalu. Mereka menduduki tanah itu agar perusahaan mau datang dan memberikan lahan itu.
”Saat sedang antar makanan, kami disuruh pulang oleh polisi, gak lama kami ditembaki gas air mata, lalu ada suara banyak sekali tembakan, kami kabur. Lari,” kata Maselin.
Hingga kini, pelaku penembakan masih belum diketahui. Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Kalteng Komisaris Besar Erlan Munaji mengungkapkan, terkait hasil otopsi akan diberikan oleh pihak Biddokkes Polda Kalteng, masih perlu waktu untuk mengungkap hasil itu. Terkait dengan penembak warga, Erlan pun masih menunggu tim dari Polri yang ikut menangani kasus tersebut.
”Sabar ya, tim belum ada kabar dari mabes (Polri), mudah-mudahan segera,” kata Erlan singkat.
Sebelumnya, Erlan menegaskan kehadiran polisi dari Polda Kalteng di lokasi merupakan permintaan bantuan dari Polres Seruyan karena aksi yang dilakukan warga Desa Bangkal selama lebih kurang 23 hari.
Ia juga menampik pernyataan sebelumnya yang mengatakan bahwa polisi hadir di lokasi atas permintaan perusahaan perkebunan sawit yang berkonflik.
Sebelumnya, aparat Polda Kalteng bersama tim dari Polri datang ke lokasi penembakan dan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Namun, hingga saat ini belum ada perkembangan baru dari penyelidikan yang dilakukan aparat kepolisian.
Di tengah penyelidikan itu, Kapolda Kalteng justru berganti. Inspektur Jenderal (Irjen) Nanang Avianto diganti oleh Irjen Djoko Purwanto. Serah terima jabatan dilakukan di Jakarta.