Kualitas Udara Sumbar di Level Tidak Sehat, Warga Diminta Pakai Masker
Warga diimbau menggunakan masker dan mengurangi aktivitas di luar rumah akibat menurunnya kualitas udara di Sumatera Barat yang mencapai level tidak sehat dalam beberapa hari terakhir.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Kualitas udara di Sumatera Barat mencapai level tidak sehat dalam beberapa hari terakhir diduga akibat kebakaran hutan dan lahan di provinsi lain. Warga diminta menggunakan masker dan mengurangi aktivitas di luar rumah.
Data Stasiun Pemantau Atmosfer Global atau GAW Bukit Kototabang BMKG di Kabupaten Agam, Kamis (19/10/2023), menyebutkan, kualitas udara pada Rabu (18/10/2023) berada di level tidak sehat.
GAW Bukit Kototabang mencatat, konsentrasi partikel debu halus berukuran kurang dari 2,5 mikron atau PM 2,5 mencapai 114 mikrogram per meter kubik (µg/m3) pada Rabu pukul 12.00. Kondisi PM 2,5 pada level tidak sehat bertahan hingga Kamis ini.
”Kemarin dan hari ini kondisi udara yang terpantau di GAW Bukit Kototabang berada pada level tidak sehat, terutama untuk parameter PM 2,5,” kata Sugeng Nugroho, Kepala GAW Koto Tabang, ketika dihubungi dari Padang, Kamis.
Sugeng menjelaskan, nilai PM 2,5 sebesar 114 µg/m3 merupakan yang tertinggi selama karhutla tahun ini. Adapun untuk Kamis ini, nilai PM 2,5 masih berada pade level tidak sehat (66-150 µg/m3), yaitu 104 µg/m3 pukul 01.00 dan 71 µg/m3 pukul 10.00.
Menurut Sugeng, peningkatan PM 2,5 turut diikuti peningkatan parameter lainnya, yaitu PM 10 dan CO. Pada Rabu kemarin, nilai PM 10 sebesar 128 µg/m3 (sedang = 51-150 µg/m3) pukul 12.00 dan CO sebesar 801 ppb pukul 10.00.
Untuk wilayah lain di Sumbar, kata Sugeng, GAW Bukit Kototabang tidak punya alat monitoring. Namun, dari pemodelan kemarin, pihaknya memprediksi kondisinya rata-rata berada pada kondisi level tidah sehat.
Sugeng melanjutkan, untuk tiga hari ke depan (20-22 Oktober), kualitas udara di Sumbar diprakirakan berada pada level baik, kecuali di sebagian wilayah Kabupaten Pesisir Selatan. Kualitas udara di Kecamatan Lunang berada pada level tidak sehat. Kualitas udara di Kabupaten Dharmasraya juga pada level tidak sehat pada 22 Oktober.
Penyebab
Sugeng menjelaskan, memburuknya kualitas udara di Sumbar diduga disebabkan oleh kebakaran hutan dan lahan di provinsi lain pada bagian tenggara atau selatan Sumbar. Cemaran udara tertiup oleh angin timuran yang berembus dari arah timur, tenggara, dan selatan.
Berdasarkan peta Sipongi KLHK 19 Oktober, kata Sugeng, terdapat banyak titik panas dengan tingkat kepercayaan tinggi di Sumatera Selatan, Jambi, dan Lampung, serta segelintir di pesisir selatan.
”Sumbernya masih dari daerah titik-titik karhutla yang ada di Sumsel, Jambi, dan Bengkulu. Paling banyak di Sumsel. Untuk titik karhutla di pesisir selatan, dampaknya tidak begitu meluas ke seluruh Sumbar,” ujar Sugeng.
Anak SD, SMP, dan SMA kalau (pelajaran) olahraga, diimbau tidak di luar ruangan dulu sembari memantau kondisi beberapa hari ke depan.
Dengan kualitas udara yang memburuk, Sugeng pun mengimbau warga untuk mengikuti edaran gubernur dan bupati/wali kota di Sumbar. Warga diimbau menggunakan masker ketika beraktivitas di luar rumah.
”Kalangan rentan diharapkan membatasi aktivitas di luar rumah. Anak SD, SMP, dan SMA kalau (pelajaran) olahraga, diimbau tidak di luar ruangan dulu sembari memantau kondisi beberapa hari ke depan,” kata Sugeng.
Adapun data Stasiun AQMS di wilayah Padang Pasir, Kota Padang, mencatat, nilai PM 2,5 pada Kamis pukul 06.00 mencapai 104 µg/m3 atau tidak sehat. Kondisinya membaik menjadi 96 µg/m3 atau sedang pada pukul 12.00. Rabu pukul 11.00, nilai PM 2,5 mencapai 105 µg/m3.
Atas kondisi tersebut, Wali Kota Padang Hendri Septa mengimbau warga mengenakan masker. ”Karena semakin tebalnya kabut asap, warga diimbau untuk wajib mengenakan masker. Gunakan minimal masker bedah atau sebaiknya masker N95/KN95 atau KF94 untuk mengantisipasi terjadinya ISPA,” kata Hendri, Rabu.
Kondisi langit di Padang beberapa hari terakhir memang semakin diselimuti kabut asap. Jarak pandang semakin pendek. Areal perbukitan dan bangunan tinggi lainnya yang terlihat berkabut di siang hari.
Hendri juga mengimbau kelompok rentan, seperti bayi, anak-anak, dan warga lansia, menghindari aktivitas di luar rumah. Selain itu, warga diimbau pula mengonsumsi buah-buahan dan sayur, serta minum air putih yang cukup. ”Warga diingatkan untuk tidak membakar sampah,” ujarnya.