Jika melihat tren nilai ISPU untuk parameter PM10 dan PM2,5, memang terlihat sedikit peningkatan tren nilai ISPU sejak 1 Agustus 2023 dibandingkan 31 Agustus 2023. Ada sedikit penurunan kualitas udara.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Dinas Lingkungan Hidup atau DLH Padang menyatakan kualitas udara di Kota Padang, Sumatera Barat, mengalami penurunan dalam beberapa hari terakhir. Warga pun diminta menggunakan masker dan menghindari aktivitas yang dapat mencemari udara. Adapun prakiraan Pemantau Atmosfer Global atau GAW Bukit Kototabang menyebutkan konsentrasi PM2,5 di sebagian besar wilayah Sumbar berada di level sedang.
Data Stasiun AQMS di wilayah Padang Pasir, Kota Padang, Minggu (3/9/2023) pukul 16.00, menyebutkan, indeks standar pencemar udara (ISPU) di ibu kota Sumbar ini berada di kategori sedang. Konsentrasi partikel debu halus berukuran kurang dari 2,5 mikron atau PM2,5 mencapai 61 mikrogram per meter kubik (µg/m3).
”Jika melihat tren nilai ISPU untuk parameter PM10 dan PM2,5, memang terlihat sedikit peningkatan tren nilai ISPU sejak 1 Agustus 2023 dibandingkan tanggal 31 Agustus 2023. Hal ini berarti ada sedikit penurunan kualitas udara di Kota Padang, khususnya terkait parameter partikulat atau debu,” kata Kepala DLH Padang Mairizon, Minggu.
Menurut Mairizon, partikel debu tersebut dapat bersumber dari kebakaran hutan dan lahan yang berasal dari kota tetangga. Kegiatan membakar sampah di rumah atau jerami di lahan pertanian dan kendaraan di jalan raya juga menjadi pemicu.
”Untuk mengatasi dampak mulai terjadinya penurunan kualitas udara, sebaiknya masyarakat memakai masker,” ujar Mairizon. Ia juga mengimbau warga untuk menanam dan memelihara pohon yang dapat mereduksi polusi udara.
Selain itu, DLH Padang juga turut mengimbau warga untuk selalu memelihara kendaraan bermotor, antara lain melakukan tune up rutin dan uji emisi kendaraan. ”Serta tidak membakar sampah rumah tangga di halaman rumah karena asap dan baunya mencemari udara dan mengganggu lingkungan sekitar,” ujarnya.
Jarak pandang menurun
Sejak beberapa hari terakhir, intensitas hujan di Padang relatif rendah. Udara di kota ini juga panas terik. NASA mencatat, terdapat 141 titik api di Provinsi Sumbar sepanjang Juli-Agustus 2023. Jarak pandang juga berkurang dibanding biasanya, terlihat dari areal perbukitan yang terlihat berkabut di siang hari.
Secara terpisah, Kepala Stasiun GAW Bukit Kototabang BMKG Sugeng Nugroho mengatakan, ia tidak bisa mengomentari data yang dirilis DLH Padang. Walakin, dari pengukuran di GAW Bukit Kototabang, Kabupaten Agam, memang terjadi peningkatan konsentrasi PM2,5.
”Konsentrasi PM2,5 paling tinggi pukul 10.00, sekitar 33 µg/m. Memang masih kategori sedang. Namun, hari ini adalah yang paling tinggi,” kata Sugeng, ketika dihubungi dari Padang, Minggu sore.
Sugeng melanjutkan, GAW Bukit Kototabang memprakirakan, konsentrasi aerosol PM2,5 hampir di sebagian besar wilayah Sumbar mengalami konsentrasi sedang. ”Terutama di wilayah Dharmasraya (berbatasan dengan Jambi dan Riau), levelnya sedang mendekati tinggi,” ujarnya.
Menurut Sugeng, pihaknya memprakirakan konsentrasi aerosol PM2,5 di Sumbar memang mengalami peningkatan dari pekan lalu. Namun, peningkatannya tidak seburuk yang terjadi di Jakarta.
”Peningkatannya tidak stabil. Misal, hari ini naik, lalu turun—mungkin karena faktor dinamika atmosfernya bagus, lalu naik lagi. Jadi, tidak stabil. Tetapi, rata-rata berada pada konsentrasi sedang,” katanya.
Kemungkinan besar, asap ini tidak hanya bersumber dari wilayah Sumbar, tetapi bisa jadi memang bersumber dari wilayah di luar Sumbar. (Sugeng Nugroho)
Sugeng menjelaskan, kondisi tersebut dipengaruhi kondisi kering di Sumbar yang dalam beberapa hari terakhir tidak turun hujan. Selain itu, juga dipengaruhi wilayah di sekitar Sumbar, seperti Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, yang memang mengalami kekeringan lebih dibandingkan Sumbar.
”Jadi, kemungkinan besar, asap ini tidak hanya bersumber dari wilayah Sumbar, tetapi bisa jadi memang bersumber dari wilayah di luar Sumbar. Tetapi, ini trennya memang hampir dalam dua pekan ini berada dalam konsentrasi antara level baik dan sedang. Yang level baik hanya sebagian, lebih banyak level sedang,” ujar Sugeng.