Tangkap Peluang Logistik, Dua BUMN Kerja Sama Buka Depo Peti Kemas di Bitung
Peluang bisnis yang muncul dari rencana ”direct call” kapal kargo antara Sulut dan Shanghai segera disambut perusahaan pelat merah.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
MANADO, KOMPAS – Peluang bisnis yang muncul dari rencana pembukaan rute pelayaran langsung atau direct call kapal kargo antara Sulawesi Utara dan Shanghai, China, segera disambut oleh perusahaan pelat merah. Salah satu anak perusahaan PT Pelayaran Nasional Indonesia menyewa lahan PT Industri Kapal Indonesia di Bitung untuk penumpukan peti kemas.
Kerja sama antarbadan usaha milik negara (BUMN) yang dilakukan PT PBM Sarana Bandar Nasional (SBN), anak perusahaan PT Pelni, dengan PT IKI tersebut berupa penyewaan lahan sekitar 0,45 hektar di daerah Aertembaga, Bitung. Selama lima tahun ke depan, lahan itu akan menjadi depo untuk menumpuk peti kemas yang akan diangkut kapal-kapal PT Pelni.
Melalui siaran pers, Minggu (15/10/2023), Direktur Utama PT Pelni Logistics Edward Tobing mengatakan, pengadaan depo tersebut didedikasikan untuk muatan tol laut. Bitung, salah satu kota pelabuhan utama di Sulawesi, kini menjadi simpul bagi rute tol laut ke Kepulauan Sangihe, Talaud, serta Siau Tagulandang Biaro.
”Kami juga akan mengajak mitra-mitra kami, seperti yang bergerak di pengiriman reefer container (peti kemas berpendingin). Memungkinkan sekali bagi (perusahaan) kontainer swasta yang butuh lahan depo untuk kerja sama dengan kami,” ujar Edward.
Lahan 0,45 hektar itu hanya sekitar seperempat dari keseluruhan lahan yang dimiliki PT IKI, yaitu sekitar 2,8 hektar. Edward berencana melibatkan pula anak perusahaan PT Pelni lainnya yang bergerak di bidang logistik, seperti PT Sarana Bandar Logistik.
Menurut Edward, pihaknya akan melihat kemungkinan-kemungkinan untuk menangkap peluang agar efek berganda dari penyewaan lahan itu jauh lebih besar lagi.
Sementara itu, Direktur Utama PT IKI Diana Rosa berharap kerja sama sewa lahan itu akan makin berkembang dalam hitungan dua-tiga bulan. Sebab, muatan tol laut yang melewati Pelabuhan Bitung melampaui 1.000 peti kemas ukuran 20 kaki dalam setahun. Adapun Pelabuhan Bitung kini berkapasitas 750.000 peti kemas per tahun.
”Kami coba dulu di sebidang lahan untuk sinergi dengan BUMN. Ini kita juga manfaatkan sesuai arahan Pak Erick Thohir. Direksi BUMN harus bisa memaksimalkan lahan-lahan yang dimiliki. Ini jadi berkah buat PT IKI, lahannya tidak tidur,” tutur Diana.
Sementara itu, Direktur Operasi PT Pelni Logistics Captain Murdiyoto menyebutkan, depo sangat dibutuhkan untuk mengoptimalkan kegiatan kapal penumpang dan bongkar muat peti kemas. Ia pun yakin akan lebih banyak mitra yang bekerja sama dengan PT PBM SBN nantinya.
Pihaknya juga akan menggandeng mitra untuk kegiatan ekspor ikan ke China. Murdiyoto mengatakan, ada mitranya yang memiliki spesialisasi ekspor ikan dan bisa bergabung dengan PT Pelni untuk mengirimnya dengan memanfaatkan lahan itu.
Di Sulut memang posisinya sangat menguntungkan.
Hal ini sejalan dengan rencana Pemprov Sulut untuk membuka rute ekspor langsung (direct call) ke Shanghai yang diumumkan pekan lalu dalam rapat koordinasi dengan SITC, perusahaan pelayaran asal China. Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Sulut Daniel Mewengkang mengatakan, SITC akan memberikan jasa ekspedisi untuk mengirim hasil pertambangan dari Sulawesi Tengah, utamanya nikel, ke China.
Selama ini, pengiriman barang diniliai tidak efisien karena harus melalui Jakarta terlebih dahulu. Untuk itu, SITC juga bermaksud membuka kantor di Sulut. ”Di Sulut memang posisinya (sebagai gerbang ke kawasan Pasifik) sangat menguntungkan,” ujarnya.
Dengan potensi direct call yang diprediksi akan mulai beroperasi pada Oktober nanti, Daniel yakin akan terbuka kesempatan-kesempatan ekspor-impor lainnya, seperti ke Jepang. ”Yang pasti, saat ini, dari Bitung langsung ke Shanghai,” lanjutnya.
Sejak 2017, ekspor langsung dari Bitung telah diinisiasi setelah kota tersebut ditetapkan sebagai pelabuhan simpul internasional yang berfungsi sebagai gerbang ekspor dari kawasan timur Indonesia. Rute ke Davao, Filipina, telah diresmikan, tetapi tak berlanjut setelah sekali pelayaran. Hingga kini, pengejawantahan pelabuhan simpul internasional di Bitung masih terus diupayakan.