Konflik Seruyan, Mahasiswa Desak Ungkap Penembak Warga Bangkal
Efek kerusuhan di Seruyan, mahasiswa terpanggil untuk turun aksi menuntut kejelasan aparat keamanan. Mereka juga mendesak pihak yang bertanggung jawab untuk memenuhi tuntutan masyarakat.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
KUALA PEMBUANG, KOMPAS — Peristiwa tewasnya anggota komunitas adat Bangkal di Kabupaten Seruyan memicu aksi solidaritas dan unjuk rasa di beberapa wilayah di Kalimantan Tengah. Pengunjuk rasa mendesak aparat dan pemerintah mengungkap penembak korban Bangkal.
Sebelumnya, satu warga Desa Bangkal tewas ditembak saat beraksi menuntut kebun plasma sebuah perusahaan perkebunan sawit di Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah. Dua warga lainnya terkena tembakan, satu orang masih dirawat, satu lagi luka ringan. Ketiganya merupakan anggota komunitas adat Bangkal.
Korban tewas bernama Gijik (35). Korban luka berat yang masih dirawat bernama Taufik Nur Rahman (21). Satu lagi korban dirawat di rumahnya, yaitu Ambaryanto (54).
Gijik dimakamkan pada Selasa (10/10/2023). Suasana malam di Desa Bangkal begitu sunyi. Rumah duka terlihat sepi, hanya ada beberapa orang keluar masuk rumah.
Pada Rabu (11/10/2023) pagi di Desa Bangkal, masyarakat tidak banyak beraktivitas di luar rumah. Aparat masih berjaga-jaga di beberapa lokasi, seperti di pabrik milik perusahaan perkebunan sawit di Bangkal dan di pintu masuk perusahaan.
Sebelumnya, pada Selasa siang, unjuk rasa digelar ratusan mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Mereka beraksi di depan Kantor Polda Kalteng. Mereka menyampaikan beberapa tuntutan dan beberapa kali meneriakkan desakan agar Kepala Polri mencopot jabatan Kepala Polda Kalteng dan Kepala Polres Seruyan atas peristiwa penembakan tersebut.
Kami berharap siapa pun pelakunya bisa diungkap dengan proses yang terbuka untuk publik.
Ketua Umum HMI Cabang Palangkaraya M Rizky Oktaviandi mengungkapkan, pihaknya mendesak aparat menghentikan tindakan represif terhadap warga Bangkal. Ia juga meminta aparat untuk mengusut tuntas kasus penembakan tersebut dengan mengungkap pelaku penembakan yang ia duga kuat merupakan oknum kepolisian.
”Kami mengutuk tindakan represif kepolisian yang menyebabkan korban jiwa di Desa Bangkal, Kabupaten Seruyan, Kalteng. Kami minta Kapolri untuk mencopot jabatan Kapolda Kalteng dan Kapolres Seruyan untuk memberikan sinyal bahwa pelanggaran hukum oleh aparat tidak bisa ditoleransi,” ujarnya.
Sikap serupa juga diserukan Ketua Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Palangkaraya Santo Dionisius, Rahel Dewi Sartika. Rahel menilai peristiwa yang merenggut nyawa anggota komunitas adat Bangkal merupakan tanggung jawab aparat keamanan, pemerintah, dan perusahaan perkebunan sawit.
”Kami berharap siapa pun pelakunya bisa diungkap dengan proses yang terbuka untuk publik. Pelaku harus bertanggung jawab penuh atas peristiwa tersebut,” kata Rahel.
Rahel menambahkan, pemerintah harus bisa memediasi masyarakat dan perusahaan agar tuntutan masyarakat dipenuhi. Menurut dia, selama tuntutan masyarakat tidak dipenuhi, kerusuhan akan terus terjadi dan masyarakat menjadi korban.
Sebelumnya, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Kalteng Komisaris Besar Erlan Munaji menjelaskan, aparat Polda Kalteng masih berjaga-jaga di wilayah Bangkal. Walakin, ia mengklaim situasi masih aman.
Untuk kasus penembakan, kata Erlan, pihaknya akan menjelaskan soal autopsi yang dilakukan melalui Biddokkes Polda Kalteng. Proses dan hasilnya akan dibuka ke publik.
”Apa pun hasilnya kami akan lakukan investigasi dan penyelidikan. Kalau memang peluru tajam kami akan selidiki peluru dari mana,” ungkap Erlan.