Inflasi Balikpapan, Dipicu Harga Beras dan Antisipasi Aktivitas Terkait IKN
Inflasi di Kota Balikpapan salah satunya dipicu naiknya harga beras. Selain itu, penyesuaian harga BBM diiringi naiknya aktivitas kedinasan dan pariwisata di IKN memberi tekanan inflasi yang butuh diantisipasi.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Fenomena El Nino kian terasa di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, yang berdampak terhadap inflasi. Hal itu disebabkan kenaikan harga beras akibat menurunnya produksi di daerah penghasil.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), pada bulan September 2023 Kota Balikpapan mengalami inflasi sebesar 0,02 persen secara bulanan, lebih tinggi dibandingkan Agustus 2023 yang mengalami deflasi sebesar -0,16 persen secara bulanan.
Selain itu, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Balikpapan tercatat 2,96 persen secara tahunan. Angka itu lebih tinggi dibandingkan inflasi IHK nasional yang berada di angka 2,28 persen secara tahunan.
BPS mencatat, salah satu komoditas penyumbang inflasi pada September 2023 di Balikpapan adalah beras. Itu disebabkan produksi di daerah pemasok beras menurun akibat fenomena El Nino. Selain produksi beras dari daerah Kaltim yang menurun, produksi beras juga menurun di Sulawesi yang menjadi pemasok lebih dari 50 persen kebutuhan beras Kaltim.
Tingginya harga beras itu juga diikuti kenaikan harga gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG) di tingkat petani. Di Kota Balikpapan, saat ini harga beras medium terus merangkak naik di sejumlah pasar.
”Harga beras medium bulan lalu Rp 12.500 per kilogram. Sekarang sudah Rp 13.500 per kilogram,” ujar Fatmawati (50), salah satu pedagang di Pasar Rapak, yang dihubungi pada Senin (9/10/2023).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan R Bambang Setyo Pambudi mengatakan, pihaknya bersama pemerintah daerah sudah tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Balikpapan. Untuk menekan inflasi akibat harga pangan, terutama beras, tim tersebut sudah melakukan bazar murah dan bantuan pangan.
Tim juga bekerja sama dengan Bulog untuk pelaksanaan bantuan pangan nasional periode September-November 2023.
Ia mengatakan, sejumlah langkah juga sudah dilakukan TPID Balikpapan untuk memastikan kelancaran distribusi pangan. Dengan demikian, diharapkan tidak terjadi kenaikan derastis akibat sulitnya penyaluran pangan ke Kota Balikpapan. Mereka berupaya agar inflasi tetap terkendali, yakni menjaga tingkat inflasi pada rentang target inflasi nasional 2-4 persen.
”Tim juga bekerja sama dengan Bulog untuk pelaksanaan bantuan pangan nasional periode September-November 2023,” kata dia.
Saat berkunjung ke Balikpapan beberapa waktu lalu, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan, pemerintah telah mengimpor 2 juta ton beras untuk mengantisipasi penurunan produksi beras akibat El Nino di dalam negeri. Beras tersebut berasal dari Thailand dan Vietnam.
Ia mengatakan, hingga September 2023, sekitar 1,6 juta ton beras sudah didistribusikan ke Perum Bulog di sejumlah daerah. Kantor Bulog di daerah akan mendistribusikannya kepada mitra untuk beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dan menyalurkan langsung kepada warga untuk program bantuan pangan.
Beras SPHP dijual ke mitra Bulog dengan harga yang lebih rendah dari harga pasaran. Untuk harga jualnya, para mitra itu mengacu pada harga eceran tertinggi atau HET yang sudah ditentukan pemerintah, yakni Rp 11.500 per kilogram untuk beras medium.
Harga tersebut di bawah harga beras medium di pasaran Balikpapan yang berada di kisaran Rp 13.500 per kilogram. Adanya beras SPHP diharapkan bisa menekan peningkatan harga beras di pasaran.
TPID Kota Balikpapan saat ini mengantisipasi beberapa hal yang diperkirakan masih akan memberikan tekanan inflasi. Pertama, fenomena El Nino diperkirakan belum berakhir dalam beberapa waktu ke depan yang akan menyebabkan kegagalan panen sejumlah komoditas pangan.
Kedua, adanya penyesuaian harga bahan bakar minyak yang sudah berlangsung sejak September 2023. Bambang mengatakan, TPID Balikpapan juga memperkirakan adanya peningkatan aktivitas kedinasan dan pariwisata seiring dengan perkembangan proyek Ibu Kota Nusantara (IKN).
Sebab, Kota Balikpapan merupakan pintu masuk untuk ke IKN. Sejumlah pertemuan mengenai IKN juga kerap dilakukan di Balikpapan. Bahkan, beberapa pengunjung dari luar daerah juga menginap di Kota Balikpapan sebelum ke IKN.
”Itu juga akan membuat tingginya permintaan untuk berbagai komoditas pangan dan jasa di Kota Balikpapan di tengah dua Program Srategis Nasional, yaitu RDMP (revitalisasi kilang minyak) Pertamina Balikpapan dan Pembangunan IKN,” kata Bambang.