Dua Penerbangan ke Palangkaraya Dialihkan akibat Kabut Asap
Aktivitas di Bandara Tjilik Riwut terganggu. Penumpang dari Jakarta menuju Palangkaraya sempat mendarat di Makassar.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Dua penerbangan ke Bandara Tjilik Riwut, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, dialihkan lantaran jarak pandang yang terus menurun pada Selasa (3/10/2023) sore. Hal itu dipicu kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan.
Executive General Manager Bandara Tjilik Riwut Ardha Wulinagara di Palangkaraya, Rabu (4/10/2023), menjelaskan, dua penerbangan terpaksa dialihkan. Alasannya, jarak pandang di landasan pacu hanya 700-800 meter. Idealnya, jarak pandang untuk mendarat di atas 1.000 meter.
Penerbangan pertama yang dialihkan adalah Batik Air dari Jakarta tujuan Palangkaraya. Pesawat dijadwalkan mendarat di Palangkaraya pukul 16.45, tetapi dialihkan ke Bandara Sultan Hasanuddin di Makassar, Sulawesi Selatan.
Penerbangan kedua adalah Lion Air dari Jakarta tujuan Palangkaraya. Pesawat seharusnya mendarat pukul 17.15, tetapi dialihkan ke Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.
Meski dialihkan, lanjut Ardha, kedua pesawat tetap kembali ke Palangkaraya setelah jarak pandang di landasan pacu di atas 1.000 meter. Sekitar pukul 22.00, pesawat diterbangkan kembali ke Palangkaraya.
”Jadi, hanya peralihan pendaratan sementara sampai jarak pandang membaik,” katanya.
Akibat peralihan pendaratan, pihaknya membuka pelayanan bandara sampai pukul 23.00. Sebelumnya, Bandara Tjilik Riwut tutup pukul 21.00.
”Selama kabut asap, aktivitas di bandara memang terganggu, tetapi sebelumnya hanya keterlambatan jam terbang saja, tidak sampai pengalihan pendaratan,” ungkap Ardha.
Pada Rabu pagi, tiga penerbangan keluar dari Palangkaraya justru berjalan aman karena jarak pandang di atas 1.000 meter. Penerbangan tersebut berangkat pukul 06.00-07.00. Namun, pada pukul 07.30, jarak pandang turun kembali menjadi 500 meter.
”Memang berubah-ubah tergantung banyak faktor, bisa arah angin dan banyak hal lainnya. Semoga penerbangan nanti jarak pandang kembali aman,” kata Ardha.
Tak hanya aktivitas di bandara, kabut asap juga mengganggu hampir seluruh aktivitas Kota Palangkaraya dan beberapa wilayah lain di Kalteng. Hal itu terjadi seiring meningkatnya titik api dan kejadian kebakaran.
Data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kalteng menyebutkan, 18.058,22 hektar lahan sudah terbakar. Total ada 34.320 titik api dan 3.164 kejadian kebakaran.
Kepala Bidang Kedaruratan BPBPK Kalteng Alpius Patanan mengatakan belum menetapkan status tanggap darurat. Namun, opsi itu sedang dikoordinasikan dengan pimpinan teratas.
Alasannya, sudah tiga wilayah di Kalteng yang meningkatkan status dari siaga darurat ke tanggap darurat. Daerah itu adalah Kotawaringin Timur, Barito Selatan, dan Kota Palangkaraya.
Udara Palangkaraya
Sementara itu, kualitas udara di Kota Palangkaraya belum membaik. Pada Rabu pagi, kualitas udaranya masuk kategori sangat tidak sehat. Hal itu dilihat dari Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang menunjukkan angka 274 untuk PM 2.5 (partikel udara dengan besar 2,5 mikrometer). Partikel ini berbahaya jika terhirup.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kalteng Joni Harta mengatakan, kualitas udara di beberapa daerah masuk kategori berbahaya. Hal itu adalah dampak kebakaran lahan yang kian meluas.
”Ini perbuatan sengaja dan tidak sengaja dilakukan oknum tidak bertanggung jawab, baik warga maupun perusahaan. Perusahaannya masih kami telusuri,” kata Joni.