Awal November Diprediksi Turun Hujan, Kalsel Masih Waspada Karhutla
Kewaspadaan terhadap kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Selatan masih tinggi hingga akhir Oktober karena musim hujan baru terjadi pada awal November 2023.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·4 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Wilayah Kalimantan Selatan baru memasuki musim hujan pada awal November. Secara umum, awal musim hujan tahun ini mundur satu hingga dua dasarian dari musim hujan normal periode 1991-2020. Kewaspadaan terhadap kebakaran hutan dan lahan masih tinggi hingga akhir Oktober 2023.
Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Kalimantan Selatan Goeroeh Tjiptanto menyampaikan, indeks El Nino Southern Oscillation (ENSO) pada September 2023 menunjukkan kondisi El Nino moderat. El Nino diprediksi terus bertahan pada level moderat hingga Desember 2023 atau bahkan hingga Januari-Februari 2024.
ENSO merupakan fenomena global dari sistem interaksi lautan atmosfer yang ditandai dengan adanya anomali suhu permukaan laut di wilayah Pasifik Tengah Ekuator. Jika anomali suhu permukaan laut di daerah tersebut bernilai positif atau lebih panas dari rata-rata, maka disebut El Nino. Sebaliknya, jika anomali suhu permukaan laut bernilai negatif, disebut La Nina.
Selanjutnya, indeks Indian Ocean Dipole (IOD) pada September 2023 juga menunjukkan kondisi IOD positif. IOD merupakan fenomena interaksi laut-atmosfer di Samudra Hindia. Kondisi IOD positif diprediksi terus bertahan hingga akhir tahun 2023 dan secara umum berdampak pada berkurangnya curah hujan di Indonesia, terutama di bagian barat.
”Meskipun El Nino kemungkinan masih terjadi hingga awal tahun 2024, tidak berarti kemarau kali ini akan bertahan sampai awal tahun depan. Awal musim hujan 2023/2024 di zona musim Kalsel diprakirakan awal November sampai dengan akhir November 2023,” kata Goeroeh dalam paparan prakiraan musim hujan 2023/2024 Provinsi Kalsel secara daring, Rabu (4/10/2023).
Ia menjelaskan, di Kalsel terdapat 12 zona musim (ZOM). Awal musim hujan ditetapkan berdasarkan jumlah curah hujan dalam satu dasarian (10 hari) sama atau lebih dari 50 milimeter dan diikuti oleh dua dasarian berikutnya.
”Apabila dibandingkan dengan normal awal musim hujan selama 30 tahun (1991-2020), awal musim hujan 2023/2024 di 12 ZOM Kalsel diprakirakan mundur (lebih lama) dari normal,” ujar Goeroeh.
Meskipun El Nino kemungkinan masih terjadi hingga awal tahun 2024, tidak berarti kemarau kali ini akan bertahan sampai awal tahun depan.
Dari 12 zona musim di Kalsel, ada 5 ZOM yang awal musim hujannya mundur satu dasarian. Ini meliputi 46,6 persen dari luas wilayah Kalsel. Kemudian, ada 6 ZOM atau 41,4 persen dari luas wilayah Kalsel yang mundur dua dasarian dan 1 ZOM atau 12 persen wilayah Kalsel yang mundur hingga tiga dasarian.
”Secara umum, puncak musim hujan 2023/2024 di Kalsel diprakirakan pada Januari 2024. Ini juga mundur sekitar satu bulan dari normal puncak musim hujan periode 1991-2020,” katanya.
Menurut Goeroeh, durasi musim hujan 2023/2024 di Kalsel secara umum terjadi selama 22 hingga 24 dasarian, atau rata-rata 23 dasarian (230 hari). Dibandingkan dengan normal durasi musim hujan, durasi ini diprakirakan lebih pendek. Namun, hampir 60 persen dari luas wilayah Kalsel atau 4 ZOM akan mengalami musim hujan lebih panjang satu hingga tiga dasarian.
”Di daerah dengan periode musim hujan yang tiba lebih awal, perlu ada langkah-langkah penyesuaian di sektor pertanian, misalnya melakukan musim tanam lebih awal menyesuaikan dengan informasi rencana tanam, menambah luas tanam, dan manajemen waduk untuk berbagai cadangan air,” katanya.
Pelaksana Tugas Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ardhasena Sopaheluwakan menambahkan, pada periode peralihan atau pancaroba nanti semua harus waspada terhadap munculnya cuaca ekstrem, seperti hujan lebat, angin kencang, puting beliung, bahkan potensi hujan es.
Di samping itu, perlu kewaspadaan tinggi untuk pemerintah daerah dan masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir dan tanah longsor, terutama menjelang musim hujan dan pada puncak musim hujan.
”Informasi prakiraan musim hujan dirilis sedini mungkin pada saat masih musim kemarau, dengan harapan agar informasi ini dapat menjadi acuan bagi para pemangku kepentingan di Kalsel dalam menghadapi kondisi iklim yang berubah-ubah. Informasi ini tentu bisa dimanfaatkan untuk mengambil keputusan dan membuat perencanaan jangka panjang,” katanya.
Belum hujan
Untuk saat ini, menurut Ardhasena, Kalsel masih menghadapi musim kemarau, terutama dengan adanya fenomena El Nino. Kebakaran hutan dan lahan (karhutla), khususnya lahan gambut, serta kabut asap akibat karhutla masih harus diwaspadai. ”Tiga tahun terakhir kita mengalami kemarau basah karena fenomena La Nina sehingga tidak mengalami kondisi seperti sekarang,” ujarnya.
Berdasarkan pengukuran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Rabu (4/10/2023) sore, udara di Kota Banjarmasin masuk kategori sangat tidak sehat atau berwarna merah dengan indeks standar pencemar udara (ISPU) sebesar 219, sedangkan udara di Kota Banjarbaru dalam kategori tidak sehat atau berwarna kuning dengan ISPU sebesar 164.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal Suharyanto dalam rapat koordinasi di Banjarbaru sebelumnya menyebutkan, hanya hujan yang bisa sangat efektif memadamkan kebakaran lahan gambut. Karena itu, teknologi modifikasi cuaca tetap diupayakan agar karhutla tidak meluas seperti kejadian tahun 2019 dan 2015.
”Pada tahun 2023 ini diupayakan semuanya harus terkendali. Tentu saja, opsi-opsi toleransi untuk membuka lahan dengan membakar sudah tidak boleh lagi walaupun itu kearifan lokal. El Nino masih ada lebih kurang satu bulan ke depan. Mudah-mudahan November sudah hujan,” katanya.
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor lewat Keputusan Gubernur Kalsel Nomor 188.44/0395/KUM/2023 juga telah menetapkan status siaga darurat bencana karhutla dan kekeringan di Kalsel, terhitung sejak 22 Mei sampai dengan 15 November 2023. ”Status ini dapat diperpanjang atau diperpendek sesuai kebutuhan penyelenggaraan bencana di lapangan,” katanya.