Fenomena El Nino terus menguat dan diprediksi berlanjut hingga Februari 2024. Di Indonesia, El Nino berdampak pada mundurnya awal musim hujan sehingga kekeringan bisa berlangsung hingga Oktober 2023.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Fenomena El Nino terus menguat dan diprediksi berlanjut hingga Februari 2024. Di Indonesia, El Nino berdampak pada mundurnya awal musim hujan sehingga kekeringan bisa berlangsung hingga Oktober 2023.
”Fenomena El Nino hampir selalu berakhir pada tahun berikutnya pada Februari-Maret,” kata Pelaksana Tugas Deputi Bidang Klimatologi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ardhasena Sopaheluawakan, di Jakarta, Selasa (22/8/2023).
Sebelumnya, laporan mingguan terbaru dari Badan Atmosfer dan Kelautan Nasional AS (NOAA) menyebutkan, kemungkinan lebih dari 95 persen kejadian El Nino akan berlangsung hingga Februari 2024 disertai dengan dampak iklim yang luas. ”Dampak El Nino di berbagai belahan dunia berbeda-beda, mengikuti musimnya masing-masing," kata Ardhasena.
Pada bulan November, meskipun El Nino-nya masih proses mencapai intensitas puncak, tapi dampak El Nino mulai luruh karena musim hujan sudah datang.
Pada belahan bumi lain, dampak El Nino masih bisa berlanjut hingga tahun baru 2024. Misalnya kalau di Amerika Selatan, dampak El Nino menyebabkan kondisi basah dan hujan yang banyak, berkebalikan dengan kondisi di Indonesia.
Untuk Indonesia, dampak El Nino terutama dirasakan pada musim kemarau Juni hingga September menjadi lebih kering atau curah hujan di bawah normal. "Dampak El Nino di Indonesia juga berakibat mundurnya awal musim hujan, sehingga dampak kekeringan keseluruhan di Indonesia bisa sampai Oktober 2023," kata dia.
Ardhasena menambahkan, puncak kekeringan di Indonesia diprediksi terjadi di bulan Agustus hingga September. "Bulan November 2023, diprediksi Indonesia secara gradual memasuki musim hujan, sehingga dampak kekeringan akibat kemarau dan El Nino berkurang secara perlahan," kata dia.
Monitoring BMKG mencatat, sebagian wilayah Indonesia saat ini telah mengalami hari tanpa hujan berturut-turut dengan kategori ekstrem. Di antaranya, Stasiun Kemanggih di Sumba Timur dan Busalangga di Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur sudah tidak hujan selama 115 hari. Sedangkan di Stasiun Maukaro, Ende juga di NTT selama 114 hari. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, sebagian stasiun juga telah mencatat hari tanpa hujan selama lebih dari 30 hari atau kategori sangat panjang.
Indeks El Nino
Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG Supari mengatakan, pada dasarian II Agustus 2023, indeks El Nino sebesar 1,423. "Jika dirunut ke belakang, indeks El Nino berada pada angka di atas 1,0 (level moderat) sudah bertahan selama tiga dasarian. Ini mengindikasikan bahwa saat ini El Nino sudah konsisten pada level moderat," kata dia.
Sementara itu, data mingguan NOAA menyebutkan, anomali suhu permukaan laut di wilayah Nino 4 sebesar 0,9 derajat celcius, Nino 3,4 sebesar 1,2 derajat celcius, Nino 3 sebesar 1,8 derajat celcius, dan Nino 1+2 mencapai 3,3 derajat celcius.
Sebelumnya, El Nino secara resmi dinyatakan mulai berlangsung sejak awal Juni 2023. Fenomena El Nino adalah peristiwa peningkatan suhu lautan di Pasifik tengah dan timur, yang menyebabkan kenaikan suhu udara di seluruh dunia.
Supari menambahkan, semua lembaga meteorologi dunia telah memprediksi El Nino dapat berlangsung hingga awal tahun depan. ”Namun perlu dipahami bahwa dampak El Nino terhadap pengurangan curah hujan di Indonesia hanya dirasakan, terutama pada periode musim kemarau (Juni-Oktober). Pada November, meskipun El Nino-nya masih proses mencapai intensitas puncak, dampak El Nino mulai luruh karena musim hujan sudah datang,” katanya.
Supari menambahkan, intensitas hujan pada November 2023 kemungkinan lebih kecil dari rata-rata karena masih terdampak El Nino. Namun, karena bersamaan awal musim hujan, maka pengurangannya menjadi tidak signifikan. ”Periode Desember, Januari, Februari kajian menunjukkan memang tidak tampak lagi dampak El Nino di Indonesia," kata dia.