Api melalap 20 hektar lahan di kawasan timur laut Gunung Lawu, yakni perbatasan Ngawi dan Magetan, Jawa Timur.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO, SIWI YUNITA CAHYANINGRUM
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Kawasan hutan di Gunung Lawu perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur terbakar sejak Jumat (29/9/2023) malam. Api melalap sekitar 20 hektar lahan di kawasan timur laut Lawu, yakni perbatasan kabupaten Ngawi dan Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
Api diketahui muncul dari kawasan Resor Pemangku Hutan Manyul, Bagian Kesatuan Pengelola Hutan Lawu Utara, dan KPH Lawu. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulanan Bencana Jawa Timur Satrio Nurseno, Sabtu (30/9/2023), mengatakan, pihaknya telah menerjunkan tim pemadam.
Selain itu, 70 orang turut bergabung dengan sejumlah anggota TNI dan Polri, sukarelawan, dan tim dari Perhutani untuk memadamkam api. Tim dari dinas kesehatan dan dinas sosial juga didatangkan untuk membantu kelancaran proses pemadaman api.
Sejak pagi tadi tim mencoba memperkuat penjagaan di perbatasan dan hutan produksi dengan melebarkan ilaran atau sekat bakar. Ilaran adalah penyekatan atau pembersihan kawasan hutan secara melingkar. Ilaran ini berfungsi agar api tak merambat ke wilayan lain lebih luas. Dapur umum juga dibuka untuk memasok logistik bagi tim pemadam.
Petak-petak yg dilaporkan sudah terbakar di kawasan Lawu yakni petak 33, 38, 39, 40, dan 43. Total area yang terbakar hingga saat ini sudah mencapai 100 hektar. ”Kondisi api sampai dengan saat ini masih cukup besar dan bergerak ke atas kearah barat, mengarah ke puncak,” katanya.
Kebakaran di Lawu juga terjadi pada akhir Agustus lalu. Kebakaran terjadi di wilayah Gondosuli, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Karanganyar Juli PH mengatakan, kebakaran di kawasan Gunung Lawu pada hari ini tak berdampak banyak sebab sejauh ini, area yang terbakar baru berada di wilayah Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Wilayah Karanganyar hingga sore ini masih aman dan terkendali meski jaraknya berbatasan langsung dengan Ngawi.
”Sementara ini tidak ada dampak akibat kebakaran itu. Petugas kami di lapangan masih terus bersiaga memantau perkembangan kondisi,” kata Juli saat dihubungi, Sabtu (30/9/2023) siang.
Juli menyampaikan, sejumlah sukarelawan disiagakan untuk melakukan pemantauan tersebut. Menurut rencana, pemantauan akan dilangsungkan hingga malam hari nanti. Apabila nantinya api semakin mendekat, sukarelawan akan naik ke lereng dari pos lima jalur pendakian Candi Cetho untuk membuat penyekatan agar api tidak merembet lebih luas.
Petugas kami di lapangan masih terus bersiaga memantau perkembangan kondisi.
Kepala Stasiun Klimatologi Malang, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Anung Suprayitno mengatakan, El Nino membuat dampak kemarau kian parah. Kemarau yang diperkirakan berakhir pada November kemungkinan akan berlanjut hingga ke bulan berikutnya.
”Kalau nanti ada hujan di bulan November, tidak serta-merta akan pulih dari kekeringan karena biasanya butuh waktu hingga berbulan-bulan untuk membasahi dan mengisi lagi air tanah,” katanya.
Ia meminta agar semua pihak juga berhati-hati karena dalam kondisi kemarau yang sangat kering seperti ini, lahan akan sangat mudah terbakar.