Menikmati Pesona Alam ”Segara Gunung” Banyuwangi
Kabupaten Banyuwangi di Jawa Timur menawarkan beragam pesona wisata yang menarik untuk dinikmati meskipun dalam waktu yang tidak lama. Letak Banyuwangi juga berdekatan dengan destinasi lain, termasuk Pulau Bali.
Berada di seberang Pulau Bali, Kabupaten Banyuwangi di Jawa Timur, menyimpan pesona wisata yang tak kalah menarik. Daya tarik wisata kabupaten berjulukan ”Bumi Blambangan” itu tergolong lengkap sehingga menggoda minat untuk dikunjungi, meski dalam waktu yang tak lama.
Di sela-sela kegiatan pelatihan intensif (bootcamp) dan sosialisasi Anugerah Jurnalistik Pertamina 2023 wilayah Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat serta Nusa Tenggara Timur, 14 dan 15 September 2023, peserta diajak mengunjungi obyek Taman Wisata Alam Kawah Ijen di Banyuwangi. Pantai Bangsring di Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi, menjadi tujuan pertama, Kamis (14/9/2023).
Setibanya di area pesisir Pantai Bangsring, peserta mengikuti kegiatan pemasangan bibit terumbu karang yang akan ditempatkan di laut. Sebanyak 135 bibit terumbu karang jenis Acropora disiapkan Kelompok Nelayan Ikan Hias Samudera Bakti Desa Bangsring untuk ditransplantasi dan selanjutnya ditumbuhkan di laut Pantai Bangsring. Terumbu karang jenis Acropora dapat tumbuh di kedalaman kira-kira 3 meter.
Anggota Kelompok Nelayan Ikan Hias Samudera Bakti dibantu pemandu wisata Bangsring Underwater dan sekelompok mahasiswa Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana, Bali, membantu memasang bibit terumbu karang ke media transplantasi. Bibit diikatkan pada rak berbentuk persegi empat. Selanjutnya, peserta kegiatan Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus itu juga diajak ikut menanam rak berisikan bibit terumbu karang itu di laut.
”Luas taman terumbu karang di Pantai Bangsring sudah mencapai 15 hektar,” kata Lilik, alias Mastaliyanto (45), yang memandu para peserta kegiatan transplantasi terumbu karang di Pantai Bangsring, Banyuwangi. Lilik juga pengurus di kelompok nelayan dan mengampu seksi konservasi.
Baca juga: Kawasan Konservasi di Banyuwangi Dikembangkan Jadi Tujuan Wisata
Luas area taman terumbu karang di Pantai Bangsring itu sudah jauh bertambah. Awalnya, ketika para nelayan di Pantai Bangsring memulai penanaman bibit terumbu karang di laut itu mulai 2012, luas terumbu karang di pantai setempat sekitar 100 meter persegi. Semangat para nelayan di Pantai Bangsring itu juga termotivasi dengan dukungan dari pihak luar, di antaranya, dari program tanggung jawab sosial (corporate social responsibility/CSR) Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus.
Lilik mengungkapkan, Pertamina Patra Niaga dengan program tanggung jawab sosialnya ikut mendukung program konservasi terumbu karang di Pantai Bangsring. Program itu juga membantu memberdayakan masyarakat setempat. Selain menjangkau konservasi terumbu karang, CSR dari Pertamina juga mendukung program kebersihan kawasan pantai melalui pengelolaan sampah yang juga melibatkan kaum perempuan Desa Bangsring.
”Kami sangat bersyukur dengan turut campurnya Pertamina kami merasa adanya kemajuan,” kata Lilik.
Komitmen
Kerja keras dari nelayan setempat sejak 2014, yang didukung partisipasi para pemangku pihak berkepentingan, membuahkan hasil dengan meluasnya area taman terumbu karang di perairan. Kawasan Pantai Bangsring juga terjaga dengan baik.
Padahal, bukan perkara mudah menumbuhkan dan menjaga terumbu karang. Pertumbuhan terumbu karang membutuhkan waktu yang panjang. Lilik menyebut, bibit terumbu karang hanya bertumbuh satu sentimeter dalam satu tahun pertama.
Dosen sekaligus Kepala Laboratorium Ilmu Kelautan di Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana, Bali, Widiastuti Karim, mengungkapkan, terumbu karang sangat bermanfaat dan berguna bagi kehidupan perairan dan juga kehidupan manusia. Secara ekologi, ekosistem terumbu karang memberikan perlindungan fisik terhadap garis pantai, bahkan dapat membentuk daratan, sehingga mengurangi erosi di pantai.
Ekosistem terumbu karang juga bermanfaat secara sosial dan budaya karena menyediakan tempat rekreasi, menjadi sumber inspirasi seni, dan mendukung nilai budaya, agama, dan spiritual masyarakat di pesisir. (Widiastuti Karim)
Pendapat Widiastuti itu sejalan dengan pandangan Fredrik Moberg dan Carl Folke terkait terumbu karang, yang dimuat sebagai artikel ilmiah di Ecological Economics Volume 29, Mei 1999. Fredrik dan Carl menyebutkan ekosistem terumbu karang melindungi keberadaan garis pantai dari erosi, yang disebabkan arus maupun gelombang dan juga badai. Lestarinya terumbu karang juga akan mempertahankan habitat dan biodiversitas lamun dan mangrove.
Baca juga: Melestarikan Kearifan Leluhur di Desa Penglipuran, Bali
Lebih lanjut Widiastuti menambahkan, ekosistem terumbu karang juga menjadi sumber bahan makanan dari laut, menjadi penyedia bahan baku berbagai bahan obat-obatan, dan penyedia tempat bagi ikan dan karang hias. Dengan demikian, terumbu karang juga bermanfaat secara ekonomi bagi masyarakat lewat pemberdayaan dan pengelolaan berkelanjutan.
”Ekosistem terumbu karang juga bermanfaat secara sosial dan budaya karena menyediakan tempat rekreasi, menjadi sumber inspirasi seni, dan mendukung nilai budaya, agama, dan spiritual masyarakat di pesisir,” kata Widiastuti.
Samsul Arifin (48), alias Ipin, pemandu snorkeling dari Bangsring Underwater, yang turut mendampingi kegiatan transplantasi terumbu karang, merasakan manfaat itu. ”Ikan semakin banyak sehingga nelayan tidak perlu jauh-jauh untuk mencari ikan. Terumbu karang, kan, tempat berbiaknya ikan. Selain itu, pantai juga menjadi menarik dikunjungi wisatawan,” kata Ipin lebih lanjut.
Kegiatan di Pantai Bangsring melibatkan sivitas akademika. Salah satunya Gabriella Lukertina (20), mahasiswi Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana, Bali, yang tengah mengikuti program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di Banyuwangi. Mengikuti kegiatan transplantasi terumbu karang bersama rombongan jurnalis dan Pertamina itu, memberikan kesempatan bagi Gabriella untuk mengaplikasikan ilmu sekaligus menambah pengetahuannya melalui praktik di lapangan.
”Selain itu, mengikuti program magang ini juga menjadi persiapan kami sebelum nantinya lulus dari kampus,” ujar Gaby, sapaan akrab Gabriella.
Wisata alam
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi Muhammad Yanuarto Bramuda mengatakan, pemerintah daerah tengah menggarap potensi alam Banyuwangi untuk menarik kunjungan wisata, baik pelancong dari dalam negeri maupun dari mancanegara. Bramuda mengungkapkan, potensi alam Banyuwangi itu dipadukan dengan kebudayaan daerah, serta penyelenggaraan beragam acara yang menjadi atraksi wisata di Banyuwangi.
”Tren kunjungan wisata ke Banyuwangi sedang naik setelah berakhirnya pandemi Covid-19,” kata Bramuda, Rabu (20/9/2023).
Bertumbuhnya kunjungan wisata ke Banyuwangi juga diakui Ketua Himpunan Pramuwisata Khusus Ijen (HPKWI) Selamet Wira Hadi (45). Setelah pandemi Covid-19 berakhir, wisatawan yang mendatangi TWA Kawah Ijen semakin banyak.
”Kalau hari biasa bisa 300 orang dalam sehari. Kalau weekend, bisa sampai 2.000 orang,” ujar Selamet yang ikut memandu rombongan peserta sosialisasi AJP 2023 mengunjungi Taman Wisata Alam Kawah Ijen dari Banyuwangi, Jumat (15/9/2023).
Baca juga: Wisata Ijen Jangan Jalan Sendiri
Panorama kawah Ijen di dataran tinggi tentunya kontras dengan pemandangan di Pantai Bangsring. Selama di Pantai Bangsring, peserta dimanjakan dengan pesona pantai yang terjaga bersih dan berbagai jenis ikan di perairan. Sementara untuk menikmati pesona kawah Ijen, membutuhkan upaya lebih.
Peserta mesti berjalan di malam hari untuk mendaki dataran menuju ke ketinggian 2.386 meter di atas permukaan laut (mdpl). Butuh perjuangan ekstra, terlebih karena minimnya kesempatan beristirahat setelah mengikuti acara sosialisasi AJP 2023 hingga Kamis malam.
Perjalanan dari area parkir sampai ke puncak kawah Ijen ditempuh lebih dari 3 jam karena lebih sering beristirahat. Akibatnya, momen menikmati pemandangan menjelang Matahari terbit dari kawah Ijen pun terlewatkan.
Sementara itu, di puncak Ijen sudah ramai wisatawan dari dalam negeri maupun wisatawan asing. Para pelancong tersebut umumnya mengajak pemandu dari HPKWI. Kesempatan mengabadikan panorama kawah Ijen tidak disia-siakan sambil menghimpun tenaga untuk menempuh perjalanan turun.
Meski tidak dapat menyaksikan fenomena api biru (blue fire) Ijen yang terkenal, maupun panorama puncak Ijen saat disapa cahaya pagi, keindahan kawah Ijen dan panorama sekitarnya di pagi hari itu sudah memenuhi ekspektasi peserta sebagai pelancong domestik dari Bali. Kawah Ijen menawarkan sensasi unik, terutama bagi peserta yang terhitung pemula dalam kegiatan hiking.
Sungguh menjadi paket keindahan yang lengkap yang ditawarkan Banyuwangi, dari pantai hingga ke pegunungan, atau segara gunung di Bumi Blambangan.