Festival Generasi Happy, dari Literasi Digital hingga Ajakan Jaga Lingkungan
Generasi Z sering dianggap sebagai kelompok serba instan dan kurang peduli. Namun, di Festival Generasi Happy, mereka tunjukkan bahwa Gen Z adalah generasi gemar belajar dan penjaga lingkungan.
Oleh
VINA OKTAVIA
·4 menit baca
Lapangan Saburai di Bandar Lampung mendadak ramai dipadati anak-anak muda, Sabtu (24/9/2023). Banyak yang datang sejak siang meski acara puncak Festival Generasi Happy baru digelar malam harinya.
Salah satunya, Ezat Tarekh (21), mahasiswa Institut Teknologi Sumatera yang berasal dari Palembang. Sumatera Selatan. Ia memilih menghabiskan akhir pekannya untuk datang ke Festival Happy ketimbang pulang ke kampung halaman.
”Daripada gabut (tidak melakukan apa pun) di luar, mending belajar tentang literasi digital di festival ini,” kata Ezat di sela-sela mengikuti bincang-bincang bertajuk ”Wujudkan Passion Menjadi Content Creator Kekinian”. Acara itu menghadirkan Theodora Stefani selaku Creator Program Manager Noice.
Selama 1 jam 15 menit, ada lebih dari 100 anak muda Lampung mengikuti bincang-bincang itu. Para peserta mendapat pengetahuan tentang strategi menjadi kreator konten yang baik.
Stefani menuturkan, peluang anak-anak muda menjadi seorang podscaster masih amat terbuka. Untuk memulainya, seorang kreator konten perlu menentukan topik yang akan dibahas. Topik yang dipilih tentunya yang disukai dan berkaitan dengan para pendengar. Berbagai topik yang banyak pendengarnya, antara lain komedi, horor, hingga keluh-kesah seputar kehidupan Gen Z.
Menurut Stefani, saat ini banyak kreator konten yang mengangkat isu lokalitas. Banyak anak muda yang membuat konten dengan bercerita menggunakan bahasa daerah. Cerita yang disampaikan juga biasanya menyangkut hal-hal yang populer di daerah tertentu. Konten jenis ini ternyata banyak peminatnya.
”Peluang untuk kreator konten lokal masih sangat besar. Kalau mau memulai, jangan berpikir terlalu besar, tetapi bisa dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana,” katanya.
Hal penting lain yang diperlukan adalah konsistensi. Ia menyebut, sejumlah kreator konten yang berhasil tidak pernah menyerah membuat konten hingga ratusan atau ribuan kali. Mereka terus membuat konten hingga akhirnya mendapat banyak pendengar.
Festival Generasi Happy adalah program yang digelar Indosat Ooredoo Hutchison melalui brand Tri. Acara ini bertujuan mengajak Generasi Z agar dapat menggali potensi di dunia digital dan memanfaatkannya secara lebih kreatif dan positif.
Bandar Lampung menjadi kota terakhir dalam perjalanan program Generasi Happy tahun ini. Sebelumnya, acara tersebut telah digelar di Kota Pontianak, Surabaya, Semarang, dan Tangerang.
Mengambil peran
Program Generasi Happy di Lampung membawa isu penting terkait dampak perubahan iklim dan kondisi bumi yang semakin rapuh. Karena itulah, Gen Z diajak ikut mengambil peran sebagai penjaga bumi. Gen Z yang akrab dengan gadget juga dapat memanfaatkan teknologi digital untuk mengajak orang lain melakukan hal serupa.
Isu ini dibahas dalam talkshow inspiratif yang dikemas dalam program Mata Najwa on stage dengan tema ”Menjadi Penjaga Bumi” bersama jurnalis senior Najwa Shihab. Musisi, aktris, dan pengusaha dari kalangan anak muda dihadirkan sebagai bintang tamu.
CEO serta Co-Founder ”Rekosistem”, Ernest Layman, menuturkan, pola pikir masyarakat perlu diubah dari yang biasa memproduksi sampah menjadi menguranginya. Hal ini penting karena penumpukan sampah telah menjadi persoalan yang ada di semua daerah.
Hal itulah yang mendorongnya mendirikan Rekosistem, sebuah startup teknologi pengelolaan sampah pada tahun 2021. Perusahaan rintisan ini digagas untuk mengatasi persoalan pengelolaan sampah di Indonesia.
Menurut Ernest, anak-anak muda bisa berkontribusi menjaga bumi dengan melakukan hal sederhana, yakni memilah dan mendaur ulang sampah dari rumah. Ini bisa membantu mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA.
Sementara itu Chelsea Islan, aktris yang juga pegiat lingkungan mengaku membiasakan diri membawa tempat minum dan makan untuk mengurangi penggunaan sampah plastik. Ia juga aktif mengikuti kegiatan bersih-bersih pantai di Indonesia.
Adapun Robi Navicula, musisi asal Bali, memilih cara menjaga lingkungan dengan menciptakan berbagai lagu tentang alam. Menurut dia, Gen Z sebagai generasi penerus bangsa mempunyai peran besar untuk ikut menjaga bumi dengan krativitasnya masing-masing.
Galuh Neftita, selaku SVP Head of Brand & Marketing Communications Tri, menuturkan, pihaknya berkomitmen memberdayakan generasi muda, khususnya Gen Z, agar memanfaatkan teknologi secara positif dan kreatif. Anak-anak muda ini bisa berkarya di dunia digital dan menyuarakan isu-isu penting, salah satunya tentang lingkungan.
”Pada kesempatan ini, kami mengajak generasi muda sebagai penerus bangsa untuk turut serta secara kolektif membantu menjaga alam demi keberlangsungan bumi,” kata Galuh.
Sementara District Operation Head Sumatera Tri, Yesias Petrus Boeboe, menuturkan, pihaknya terus membangun infrastruktur telekomunikasi untuk mendukung transformasi digital di Indonesia. Di Kota Bandar Lampung saja, Tri mempunyai 371 base transceiver station (BTS) yang telah menjangkau 100 persen wilayah.
SDi Lampung, layanan provider 3, telah menjangkau 97 persen wilayah. Pihaknya menargetkan bisa menjangkau 3 persen area blank spot di pelosok Lampung pada tahun 2024. Wilayah yang belum terjangkau, antara lain, adalah pulau-pulau kecil di Kabupaten Pesisir Barat.
Yesias menambahkan, pihaknya akan terus mengadakan kegiatan edukasi dan literasi digital untuk masyarakat. Apalagi, antusias Gen Z untuk belajar sangat besar. Dari perhitungan, Festival Happy di Lampung dihadiri oleh 10.283 orang dan melampaui perkiraan.
Lewat berbagai kegiatan inovatif ini, penyelenggara berharap bisa mengahadirkan pengalaman berkesan pada anak-anak muda. Gen Z diharapkan bisa memanfaatkan teknologi digital untuk berdaya dan berkontribusi bagi kemajuan Indonesia.