UNESCO Tetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta Jadi Warisan Budaya Dunia
Sumbu Filosofi Yogyakarta ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. Penetapan itu diharapkan memperkuat pelestarian warisan budaya dan cagar budaya di Yogyakarta.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·3 menit baca
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Abdi Dalem berjalan kaki membawa uba rampe atau kelengkapan gunungan dari Keraton Yogyakarta menuju kompleks Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta, Sabtu (8/10/2022). Keraton Yogyakarta merupakan salah satu tempat yang berada di kawasan Sumbu Filosofi Yogyakarta.
YOGYAKARTA, KOMPAS — Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO menetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan budaya dunia. Penetapan itu diharapkan bisa mendorong berbagai pihak memperkuat pelestarian warisan budaya dan cagar budaya di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penetapan itu dilakukan dalam Sidang ke-45 Komite Warisan Dunia atau World Heritage Committe (WHC) di Riyadh, Arab Saudi, Senin (18/9/2023). Sumbu Filosofi Yogyakarta diterima penuh tanpa sanggahan menjadi warisan budaya dunia. Di dalam daftar warisan dunia UNESCO, Sumbu Filosofi Yogyakarta tercatat dengan nama The Cosmological Axis of Yogyakarta and its Historic Landmarks.
Delegasi Indonesia dalam sidang itu dipimpin Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Arab Saudi Abdul Aziz Ahmad. Sejumlah pejabat dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) turut hadir, misalnya Wakil Gubernur DIY Paku Alam X, Sekretaris Daerah DIY Beny Suharsono, Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi, serta Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu DIY Agus Priono.
Sumbu Filosofi Yogyakarta merupakan konsep tata ruang yang dibuat oleh raja pertama Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I, pada abad ke-18. Konsep tata ruangnya berdasarkan konsepsi Jawa. Berbentuk struktur jalan lurus yang membentang antara Panggung Krapyak di sebelah selatan, Keraton Yogyakarta di tengah, dan Tugu Yogyakarta di sebelah utara.
Pekerja menggarap pemugaran bangunan cagar budaya Panggung Krapyak di Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (24/9/2020).
Sumbu Filosofi Yogyakarta beserta beberapa kawasan di sekitarnya merupakan perwujudan falsafah Jawa tentang keberadaan manusia. Keberadaan itu meliputi daur hidup manusia (sangkan paraning dumadi), kehidupan harmonis antarmanusia serta antara manusia dan alam (hamemayu hayuning bawana), hubungan manusia dengan Sang Pencipta serta pemimpin dengan rakyatnya (manunggaling kawula gusti), serta dunia mikrokosmik dan makrokosmik.
Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X menyatakan, penetapan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan budaya dunia merupakan hasil kerja sama berbagai pihak. Sultan menyebut, Sumbu Filosofi Yogyakarta adalah warisan budaya yang penuh dengan filosofi tinggi sehingga harus dilestarikan.
”Kami menyampaikan terima kasih kepada UNESCO dan seluruh lapisan masyarakat yang telah mendukung upaya pelestarian Sumbu Filosofi sebagai warisan dunia yang memiliki nilai-nilai universal yang luhur bagi peradaban manusia di masa kini dan mendatang,” kata Sultan HB X dalam pernyataan tertulis, Senin malam.
Sultan berharap penetapan tersebut bisa menjadi momentum bagi berbagai pihak untuk mempelajari nilai-nilai universal yang terkandung dalam Sumbu Filosofi Yogyakarta. Nilai-nilai luhur itu juga diharapkan dapat menjadi inspirasi dan referensi untuk mendorong terwujudnya dunia yang lebih baik.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Peserta Jogja World Heritage Walk mengenakan kacamata berteknologi Virtual Reality untuk melihat suasana pada masa lampau di sekitar Perempatan Tugu, Yogyakarta, Senin (5/9/2022).
Wakil Gubernur DIY Paku Alam X mengatakan, penetapan itu merupakan bentuk penghargaan yang luar biasa terhadap nilai-nilai budaya adiluhung Yogyakarta. ”Sumbu Filosofi Yogyakarta kini tidak hanya menjadi milik Yogyakarta atau Indonesia, tetapi juga menjadi milik dunia,” tuturnya.
Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi mengatakan, tujuan utama penetapan itu bukan sekadar untuk mendapatkan status warisan dunia dari UNESCO. Dia menyebut, penetapan itu diharapkan bisa mendorong pelestarian warisan budaya dan cagar budaya di Yogyakarta.
”Perjuangan mempertahankan status jauh lebih berat karena Sumbu Filosofi tidak hanya menjadi milik DIY dan Indonesia, tetapi juga milik dunia. Dengan demikian, komitmen bersama untuk menjaga sesuai standar internasional menjadi sangat penting untuk dipahami,” papar Dian.
Sumbu Filosofi Yogyakarta adalah warisan budaya yang penuh dengan filosofi tinggi sehingga harus dilestarikan.