Museum Virtual Ahmad Tohari diluncurkan di Purwokerto. Museum ini diharapkan jadi sarana mengenalkan karya-karya Tohari lewat cara kekinian.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·2 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Museum Virtual Ahmad Tohari diluncurkan di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (15/9/2023). Museum ini menjadi bagian dari pendokumentasian karya sastrawan Banyumas, Ahmad Tohari, secara digital.
Museum virtual dapat diakses di laman https://museumahmadtohari.id/. Di laman itu dihadirkan beragam karya Ahmad Tohari. Selain esai, ada pidato kebudayaan juga novel.
Di beranda, pengunjung bisa melihat museum berbentuk rumah joglo dengan banyak karakter kartun kekinian. Semua menggambarkan kehidupan masyarakat desa, seperti tokoh-tokoh dalam tulisan Tohari. Ada penari, petani, penderes kelapa, dan pemain kendang.
”Dari museum virtual ini, saya harap anak muda terinspirasi membuat karya yang menjunjung tinggi literasi Indonesia,” kata Ahmad Tohari di Purwokerto, Jumat.
Tohari bahagia dengan peluncuran museum ini. Namun, dia masih ingin ada lebih banyak seniman dan sastrawan Banyumas yang melakukan hal serupa.
”Saya berharap tidak berhenti sampai di sini. Di Banyumas banyak seniman dan karyanya yang juga perlu direkam,” katanya.
Produser Museum Virtual Ahmad Tohari, Abdul Aziz Rasjid, mengatakan, museum virtual merupakan proyek pendokumentasian karya dan pengetahuan maestro melalui Program Indonesiana. Program ini digagas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
”Tujuan besarnya mendokumentasikan dan mengkreasikan kembali karya maestro. Di sini yang terpilih adalah Pak Ahmad Tohari sebagai salah satu tokoh sastra Indonesia,” kata Aziz.
Menurut Aziz, museum virtual ini menjadi cara menghidupkan kembali hayat atau kehidupan Ahmad Tohari menjadi bentuk foto, audiovisual, dan tiga dimensi. Museum, kata Aziz, bakal menjadi pintu pertama atau penghubung kepada akademisi, peneliti, pembaca sastra, mahasiswa, supaya lebih mudah mengakses kehidupan dan proses kreatif Ahmad Tohari.
”Semua karya lengkap. Mulai dari novel, cerpen, esai-esai, terjemahan Al Quran, pidato kebudayan, hingga Ancas, majalah berbahasa Banyumasan,” kata Aziz.
Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Banyumas Setia Rahendra mengapresiasi kehadiran museum ini. Lewat museum virtual, setiap orang bisa mudah mengakses karya Ahmad Tohari.