Harga Beras Meroket, Jateng Siapkan Strategi Khusus
Pemerintah Jateng menyalurkan bantuan beras dan mendorong pemerintah kabupaten/kota memanfaatkan cadangan beras pemerintah untuk menekan harga beras di pasaran. Harga beras di Jateng masih stabil tinggi.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI
Suasana kios beras di Pasar Johar, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (1/9/2023). Pedagang menyebut, harga beras sudah naik empat kali dalam sebulan. Kenaikan harga dipicu oleh terbatasnya pasokan dari petani akibat kekeringan yang melanda sejumlah daerah di Jateng.
SEMARANG, KOMPAS — Harga beras di sejumlah wilayah di Jawa Tengah terbilang tinggi dan masih terus naik. Untuk menekannya, pemerintah daerah menyalurkan bantuan pangan dan mendorong pemanfaatan cadangan beras.
Hingga Senin (11/9/2023) harga beras di Jateng, baik medium maupun premium terbilang tinggi. Di sejumlah daerah, harganya bahkan terus menanjak.
Berdasarkan data Sistem Informasi Harga dan Produksi Jateng, harga beras medium tertinggi ada di Kota Tegal, Rp 14.000 per kilogram. Harga itu jauh di atas harga eceran tertinggi (HET) Rp 10.900 per kg.
Harga beras premium juga terus meroket. Harga tertinggi tercatat di Kota Tegal, Demak, dan Wonogiri.
Di tiga daerah itu, harga beras premium mencapai Rp 15.000 per kg. Padahal, HET beras premium hanya Rp 12.900 per kg.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Jateng Dyah Lukisari mengatakan, terus naiknya harga beras merupakan akumulasi dari berbagai kondisi, salah satunya kekeringan. Kekeringan membuat produksi padi menurun.
”Data neraca pangan, September ini sebenarnya sudah mulai defisit. Namun, (kondisi) ini sudah diperkuat dengan cadangan pangan Bulog. Mulai hari ini, sudah mulai diluncurkan bantuan pangan,” kata Dyah seusai mengikuti rapat koordinasi Tim Pengendali Inflasi Daerah di Kantor Gubernur Jateng, Senin.
KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI
Samini (55), mengemas beras di kiosnya di Pasar Johar, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (1/9/2023).
Dyah juga mendorong pemerintah kabupaten dan kota memanfaatkan cadangan beras pemerintah (CBP) di Bulog. Setiap kabupaten dan kota mendapatkan alokasi 100 ton beras untuk mengatasi bencana, termasuk kekeringan. Daerah berstatus Siaga sudah boleh mengambil CBP.
Namun, sejauh ini, hanya Boyolali yang mengambil jatah CBP. Hingga Senin, jumlahnya 28 ton.
”Status Boyolali sudah Awas, bukan lagi Siaga. Kalau berdasarkan rilis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, mayoritas daerah di Jateng sudah siaga kekeringan sejak dasarian kedua Agustus, artinya daerah sudah bisa mengambil beras ke Bulog,” imbuh Dyah.
Ke depan, Dyah bakal mendorong pemerintah kabupaten dan kota mengambil CBP. Dengan cara itu, kenaikan harga beras di pasaran diharapkan Dyah bisa kendalikan.
Pemimpin Wilayah Perum Bulog Jateng Akhmad Kholisun mengatakan, masih berupaya membantu menekan harga beras. Hal itu dilakukan dengan menyalurkan bantuan pangan.
Dalam program bantuan pangan, akan ada sekitar 3,5 juta keluarga yang menerima manfaat. Dari jumlah itu, Bulog Kanwil Jateng menyalurkan bantuan kepada sekitar 2,3 juta keluarga. Sisanya disuplai dari Bulog Kanwil Daerah Istimewa Yogyakarta.
KRISTI DWI UTAMI
Petugas sedang memeriksa tumpukan karung beras di Gudang Bulog Munjung Agung, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal, Jateng, Selasa (7/4/2020). Hingga saat ini, Bulog Subdivisi Regional Pekalongan memiliki cadangan beras sebanyak 30.000 ton.
Bantuan pangan yang disalurkan, terdiri dari beras, daging ayam, telur. Beras disuplai Bulog. Sementara itu, ayam dan telur disuplai ID Food. Setiap bulan, setiap keluarga penerima bantuan akan mendapatkan 10 kg beras.
”Hari ini, bantuan pangan disalurkan di Demak, Rembang, Sukoharjo, Klaten, Kota Tegal, dan Batang. Yang lain mulai disalurkan besok. Ini penyalurannya setiap bulan sekali selama tiga bulan ke depan,” kata Kholisun, Senin.
Selain itu, Bulog juga turut membantu menstabilkan harga beras melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Menurut Kholisun, program itu telah dilakukan Bulog sejak awal 2023.
Hingga Senin, Bulog Kanwil Jateng menyalurkan SPHP sebanyak 62.600 ton. Program itu bakal terus dilakukan hingga akhir tahun.
”Dengan program-program tersebut, kami berharap permintaan beras berkurang dan pelan-pelan harganya menurun. Kalau harga turun, inflasi juga ikut menurun,” tutur Kholisun.
Satgas pangan
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Warga dengan latar belakang tumpukan beras yang akan dibagikan gratis di Kampung Tambakrejo, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (15/5/2023). Kegiatan tersebut merupakan bagian dari bantuan Pemerintah Kota Semarang untuk memberikan layanan kesehatan gratis dan pasar pangan murah bagi warga miskin.
Penjabat Gubernur Jateng Nana Sudjana mengatakan, akan memeriksa kenaikan harga ini. Pengecekan bakal dilakukan satuan tugas pangan yang terdiri dari Pemprov Jateng, polisi, dan kejaksaan.
”Satgas Pangan itu akan mengecek bagaimana stabilisasi harga pangan. (Pengecekan) Ini akan kami tingkatkan agar para distributor atau pedagang tidak seenaknya menaikkan harga di luar aturan yang ada,” ucapnya.
Nana juga menyebut, stok beras di Jateng relatif aman. Berdasarkan data Bulog Kanwil Jateng, ada sekitar 224.000 ton beras di wilayahnya. Stok itu disebut cukup memenuhi kebutuhan penyaluran Bulog hingga enam bulan ke depan, termasuk untuk penyaluran bantuan pangan, pelaksanaan SPHP, cadangan bencana alam, dan stok akhir tahun.