Universitas Airlangga Kukuhkan Empat Guru Besar Kedokteran Gigi
Universitas Airlangga terus menambah Guru Besar untuk meningkatkan reputasi dan kontribusi kampus di Surabaya, Jawa Timur, itu dalam pengembangan iptek bagi kehidupan masyarakat.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
Suasana menjelang Pengukuhan Guru Besar Fakultas Kedokteran Tinggi Universitas Airlangga di Kampus C, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (5/9/2023).
SURABAYA, KOMPAS – Universitas Airlangga, Surabaya, mengukuhkan empat Guru Besar baru dari Fakultas Kedokteran Gigi di Kampus C, Selasa (5/9/2023). Pengukuhan itu diyakini meningkatkan reputasi dan kontribusi kampus dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi atau iptek.
Keempat Guru Besar yang dikukuhkan itu ialah Eha Renwi Astuti dalam bidang kecerdasan artifisial radiologi, Udijanto Tedjosasongko dalam bidang kariologi, Ira Arundina dalam farmakologi alami, dan Hendrik Setia Budi dalam bidang farmakologi dan toksikologi.
”Tugas Guru Besar itu membuka rahasia atas kebermanfaatan seluruh alam dan jagat raya,” kata Rektor Unair Mohammad Nasih dalam pidato pengukuhan. Penyingkapan rahasia oleh Guru Besar tak boleh berhenti pada tahap purwarupa, tetapi sampai pada produk yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup masyarakat. Selain itu, Guru Besar harus mampu memecahkan beragam masalah sampai tuntas dan menyentuh akar persoalan.
Dalam pidato pengukuhan yang juga disiarkan melalui akun Youtube kampus, Prof Renwi mengatakan, pengembangan AI juga menyentuh ranah kedokteran gigi antara lain pemrosesan dan analisis data dan informasi secara cepat dan akurat. Ini dapat membantu dokter gigi meningkatkan diagnosis, perawatan, manajemen data, dan efisiensi.
AI tidak akan menggantikan karena sejauh ini belum bisa melahirkan informasi atau pengetahuan yang belum dipelajari manusia. (Renwi)
Renwi melanjutkan, AI bermanfaat untuk mendeteksi kelainan radiografi yang sulit dicapai secara kasat mata. AI juga membantu otomatisasi tugas-tugas berulang, terutama analisis data radiografi. Antara lain, identifikasi gigi-geligi untuk menentukan usia, jenis kelamin, morfologi tengkorak, dan identifikasi personal.
”AI tidak akan menggantikan karena sejauh ini belum bisa melahirkan informasi atau pengetahuan yang belum dipelajari manusia,” ujarnya.
Kelainan radiografi
Menurut Renwi, bersama tim sedang mengembangkan sistem AI dalam radiodiagnosis untuk mendeteksi kelainan radiografi panoramik. Misalnya, karies gigi, gigi impaksi, lesi periapikal, dan kerusakan tulang alveolar. Pengembangan secara sistematis agar dapat diimplementasikan untuk kemajuan ilmu kedokteran gigi.
Dalam pidatonya, Prof Udjianto mengatakan, peran penting kesehatan rongga mulut terhadap kualitas hidup anak-anak. Pemeliharaan rongga mulut perlu ditempuh dalam program 1.000 hari pertama kehidupan.
”Penting karena kurang gizi pada periode ini tidak dapat diperbaiki pada masa depan sehingga anak berpotensi tidak cerdas, stunting, dan sering sakit,” ujarnya.
Udjianto melanjutkan, anak-anak rentan terkena karies gigi di mana prevalensi pada anak usia dini mencapai 93 persen atau amat tinggi.
Penyakit ini karena ketidakseimbangan keempat faktor yang seharusnya terintegrasi dalam rongga mulut, yakni host, substrat, mikroorganisme, dan waktu. Mikroorganisme yang berperan penting mencegah karies gigi, yaitu mikrobiom.
”Mikrobiom ini bersifat natural, memiliki simbiosis yang kuat, dan memberikan manfaat yang penting bagi rongga mulut. Jika mikrobiom terganggu, akan menyebabkan disbiosis atau gangguan rongga mulut,” kata Udjianto yang spesialis gigi anak itu.
Prof Ira dalam pridato pengukuhan mengungkapkan liquid smoke (asap cair) sekam padi dan penggunaan sebagai obat. Cairan ini bahan pengawet alami dalam makanan dan hasil dari pembakaran yang biasanya kayu yang mengandung selulosa, hemiselulosa, dan lignin.
Menurut Ira, penggunaan asap cair berkeunggulan karena memberikan aroma khas untuk meningkatkan cita rasa. Aroma itu dihasilkan dari kandungan phenol dan karbonil yang juga kaya manfaat, antara lain, antibakteri, antiinflamasi, dan antioksidan. ”Komponen membantu menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur penyebab kerusakan makanan,” katanya.
Ira melanjutkan, dari penelitiannya, asap cair dari sekam padi dapat membantu memperbaiki status diabetes dan menghambat proses inflamasi dalam tubuh yang memperparah komplikasi diabetes. Penambahan asap cair itu dapat menghambat kerusakan sel beta pankreas yang merupakan sel utama penghasil insulin. Produksi insulin dapat terjaga sehingga kadar gula dalam darah terkontrol. Keradangan dalam tubuh karena tumor nekrosis dapat diturunkan.