Sikat Gigi Sehabis Makan dan Sebelum Tidur Bukan Sekadar Jargon
Menyikat gigi yang benar dilakukan sebanyak dua kali sehari saat setelah sarapan dan sebelum tidur. Namun, hanya 2,8 persen penduduk Indonesia yang melakukannya.
Imbauan untuk menyikat gigi dua kali sehari, sesudah makan pagi dan sebelum tidur, bukan jargon belaka. Menyikat gigi setelah sarapan dan sebelum tidur memiliki manfaat yang amat besar untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut.
Sebagian besar masyarakat mungkin sudah akrab dengan imbauan itu, tetapi hanya sedikit yang menerapkannya dalam kebiasaan sehari-hari. Itu setidaknya terlihat dari data Riset Kesehatan Dasar pada 2018.
Dari data tersebut menunjukkan, 94,7 persen penduduk di Indonesia sudah memiliki perilaku menyikat gigi setiap hari. Namun, penduduk yang menyikat gigi di waktu yang tepat, yakni dua kali sehari sehabis sarapan dan sebelum tidur, hanya 2,8 persen.
Ketua Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Usman Sumantri menyampaikan, waktu yang tepat untuk menyikat gigi sangat berpengaruh pada upaya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Imbauan untuk menyikat gigi sehabis sarapan dan sebelum tidur juga bukan tanpa alasan.
Baca juga: Hanya 2,8 Persen Penduduk Indonesia Menyikat Gigi dengan Benar
Tujuan utama dari menyikat gigi yakni membersihkan mulut dari sisa makanan. Tujuan tersebut tidak akan tercapai jika menyikat gigi saat mandi pagi sebelum sarapan, bukan setelah sarapan.
”Makanan yang menempel di gigi itu akan menjadi asam setelah delapan jam. Jika dibiarkan dapat merusak email gigi. Email gigi ini merupakan lapisan terluar yang melindungi gigi,” kata Usman dalam acara peresmian Bulan Kesehatan Gigi Nasional 2022 di Jakarta, Senin (12/9/2022). Dalam rangkaian acara tersebut dilakukan pula pemecahan rekor MURI menyikat gigi serentak baik secara luring dan daring yang melibatkan lebih dari 700.000 orang.
Usman mengatakan, disarankan pula sebaiknya tidak langsung menyikat gigi setelah makan. Setidaknya tunggu sekitar 30 menit seusai makan baru menyikat gigi. Ini diperlukan agar kadar pH dalam mulut yang sebelumnya turun ketika makan bisa kembali normal.
Waktu yang tepat untuk menyikat gigi sangat berpengaruh pada upaya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Imbauan untuk menyikat gigi sehabis sarapan dan sebelum tidur juga bukan tanpa alasan.
Selain waktu, hal lain yang juga jarang diperhatikan oleh masyarakat yaitu lama menyikat gigi. Untuk memastikan gigi bisa bersih disarankan untuk menyikat gigi selama dua menit. Perlu dipastikan juga gerakan yang dilakukan benar.
Seringkali ditemukan orang menggerakkan sikat secara horizontal depan ke belakang. Padahal, menyikat gigi yang benar perlu dilakukan dengan sejumlah gerakan. Pertama, posisikan sikat gigi pada sudut 45 derajat dari gusi. Kemudian, mulai sikat gigi dengan gerakan melingkar dari atas ke bawah setidaknya selama 20 detik untuk setiap bagian.
Gerakan ini bisa dimulai dari gigi depan ataupun gigi geraham. Dengan gerakan memutar, bulu sikat akan lebih efektif membantu mengeluarkan plak yang menempel di sela-sela gusi. Sementara pada bagian permukaan gigi yang digunakan untuk mengunyah bisa lakukan gerakan maju mundur ke depan dan ke belakang. Pastikan semua sisi gigi tersikat, termasuk pada bagian belakang gigi.
”Bagian belakang dari gigi depan adalah bagian gigi yang sering lupa untuk disikat. Jadi, harus pastikan semua bagian gigi disikat agar sisa makanan yang menempel bisa hilang,” ucap Usman.
Pemilihan sikat gigi
Tidak hanya cara menyikat gigi yang benar, masyarakat juga perlu memperhatikan hal lain yang dapat mendukung kesehatan gigi dan mulut. Pemilihan sikat gigi yang benar juga menentukan kebersihan gigi. Untuk usia dewasa sebaiknya menggunakan sikat gigi dengan bulu bertekstur sedang, sementara untuk anak bisa menggunakan bulu sikat bertekstur halus.
Baca juga: Jangan Lupakan Kesehatan Gigi dan Mulut Selama Pandemi Covid-19
Cara menggenggam sikat gigi pun disarankan menggunakan jari. Apabila menyikat gigi dengan cara menggenggam dengan tangan itu cenderung akan menekan sikat terlalu kuat. Padahal, jika terlalu kuat dalam menyikat gigi, lapisan email pada gigi bisa rusak.
Ganti sikat gigi setelah tiga bulan pemakaian. Bulu sikat gigi biasanya akan rusak jika terlalu lama digunakan. Sikat gigi pun sifatnya pribadi sehingga satu sikat gigi digunakan oleh satu orang saja. Pilih juga pasta gigi berflorida.
Usman menyampaikan, pemeriksaan ke dokter gigi juga perlu dilakukan secara rutin setidaknya enam bulan sekali. Kerusakan gigi yang ditemukan sejak dini dapat mencegah kondisi yang lebih buruk.
Kesadaran untuk berkunjung ke dokter gigi masih menjadi tantangan yang dihadapi di Indonesia. Bahkan, pada masyarakat yang mengalami sakit gigi, sebanyak 60 persen tetap tidak datang ke dokter gigi.
Dokter gigi
Selain karena kesadaran yang minim, menurut Usman, kurangnya jumlah dokter gigi di Indonesia juga menjadi salah satu penyebab rendahnya pemeriksaan gigi di masyarakat. Saat ini, jumlah dokter gigi yang ada di Indonesia sekitar 34.000 dokter. Jumlah itu masih sangat kurang untuk mencakup 270 juta penduduk di Indonesia.
Persoalan lain yakni ketersediaan dokter yang tidak merata. Data Kementerian Kesehatan pada 2018 secara nasional mencatat, hanya 42,46 persen puskesmas dari total 9.825 puskesmas yang memiliki dokter gigi cukup. Namun, 13,18 persen puskesmas memiliki jumlah dokter gigi melebihi standar dan 44,36 persen puskesmas kekurangan dokter gigi.
Adapun provinsi dengan persentase tertinggi puskesmas yang cukup dan berlebih jumlah dokter gigi yaitu DKI Jakarta, DI Yogyakarta, dan Kepulauan Bangka Belitung. Sementara persentase tertinggi puskesmas yang kekurangan dokter gigi adalah Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.
Ketua Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (Afdokgi) Rahardyan Parnaadji mengatakan, jumlah lulusan dokter gigi di Indonesia pada 2021 sebanyak 4.217 dokter gigi. Namun, tidak semua lulusan langsung berpraktik sebagai dokter gigi.
Sejumlah upaya pun dilakukan untuk mengatasi persoalan kurangnya sumber daya dokter gigi di Indonesia. Setidaknya ada dua upaya yang dilakukan, yakni menerapkan program pemagangan (internship) dan afirmasi bagi mahasiswa fakultas dokter gigi.
Baca juga: Membuat Layanan Kesehatan Gigi Mudah Diakses Masyarakat
Pemagangan akan berlaku selama enam bulan dengan tiga bulan praktik di rumah sakit dan tiga bulan praktik di puskesmas. Dokter gigi yang melakukan pemagangan akan dikirim ke berbagai wilayah di Indonesia.
Sementara untuk program afirmasi dilakukan melalui pemberian beasiswa dari pemerintah daerah untuk putra-putri daerah yang akan menjadi dokter gigi. Setelah masa studi berakhir, putra-putri daerah yang mendapatkan beasiswa tersebut diminta untuk membuka praktik dokter gigi di daerah asalnya. ”Program ini akan berjalan mulai Desember 2022,” kata Rahardyan.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pun mendorong agar semakin banyak dokter gigi yang mau melayani masyarakat di kabupaten/kota di daerah. Kondisi saat ini, sumber daya dokter gigi masih terkonsentrasi di kabupaten/kota besar. Selain itu, tidak sedikit dokter gigi yang enggan untuk melayani masyarakat di puskesmas.
”Saya harap PDGI bisa bantu dorong sebarkan dokter gigi ke puskesmas di seluruh kecamatan yang ada. Saya akan bantu melalui mekanisme insentif, penggajian, dan penyebaran alat-alatnya agar semakin banyak masyarakat yang bisa mendapatkan layanan dari dokter gigi,” ujar Budi.