Riset terbaru menunjukkan, bakteri yang diketahui menyebabkan infeksi mulut juga dapat menjadi faktor penyumbang pada pasien yang mengembangkan abses otak yang berpotensi mengancam jiwa.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Riset terbaru menunjukkan, bakteri yang diketahui menyebabkan infeksi mulut juga dapat menjadi faktor penyumbang pada pasien yang mengembangkan abses otak yang berpotensi mengancam jiwa. Peneliti memberi pesan tentang pentingnya perawatan gigi dan kebersihan mulut.
Studi yang diterbitkan dalam Journal of Dentistry edisi Januari 2023, tetapi versi daringnya bisa diakses pada Kamis (8/12/2022) ini menyelidiki abses otak dan hubungannya dengan bakteri yang terjadi di rongga mulut. Meskipun jenis abses ini relatif jarang, tetapi dapat menyebabkan kematian dan morbiditas yang signifikan.
Penelitian ini dipimpin oleh para peneliti dari University of Plymouth dan University Hospitals Plymouth NHS Trust. Holly Roy, dosen klinis dalam bedah saraf yang berbasis di Universitas Plymouth menjadi penulis utama studi tersebut.
Beberapa infeksi bakteri yang terkait dengan penyakit sistemik terus ada dan beberapa bahkan meningkat selama dekade terakhir di Stockholm.
Peneliti memeriksa catatan 87 pasien yang dirawat di rumah sakit dengan abses otak. Mereka menggunakan data mikrobiologis yang diperoleh dari pengambilan sampel abses dan kultur perifer. Hal ini memungkinkan mereka untuk menyelidiki keberadaan bakteri mulut pada abses otak pasien di mana penyebab abses telah ditemukan, seperti yang terjadi pada hanya 35 pasien, atau tidak ditemukan.
Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa 52 pasien yang tidak ditemukan penyebabnya memiliki kemungkinan tiga kali lebih besar untuk memiliki bakteri mulut dalam sampel mereka. Pasien-pasien tersebut juga memiliki jumlah bakteri Streptococcus anginosus yang jauh lebih tinggi. Bakteri ini diketahui dapat menyebabkan faringitis, bakteremia, dan infeksi pada organ dalam seperti otak, paru-paru, dan hati. Bakteri ini sering ditemukan pada abses gigi.
Para peneliti menyebutkan dalam papaer ini bahwa rongga mulut dapat dianggap sebagai sumber infeksi dalam kasus abses otak di mana tidak ada penyebab yang jelas telah diidentifikasi.
Holly Roy, dalam keterangan tertulis yang dirilis University of Plymouth mengatakan, "Meskipun banyak penyebab potensial abses otak telah diketahui, asal infeksi seringkali tetap tidak teridentifikasi secara klinis. Namun, masih mengejutkan untuk sering menemukan bakteri yang muncul secara oral pada abses otak yang tidak dapat dijelaskan asalnya."
Dari temuan ini, pesan pentingnya adalah pentingnya memberi perhatian lebih terhadap kemungkinan rongga mulut sebagai sumber bakteri potensial pada pasien abses otak. "Kami juga menyoroti pentingnya meningkatkan perawatan gigi dan kebersihan mulut secara lebih umum," kata Roy,
Studi ini merupakan bagian dari penelitian berkelanjutan yang dilakukan University of Plymouth, khususnya Kelompok Riset Mikrobioma Oral yang dipimpin oleh Raul Bescos dan Zoe Brookes. Rangkaian penelitian dilakukan untuk mengeksplorasi hubungan antara mikrobioma oral dan berbagai kondisi kardiovaskular dan neurologis.
Uji klinis lainnya sedang menyelidiki hubungan antara kesehatan gusi dan penyakit Alzheimer dan mengidentifikasi pasien dengan risiko kardiovaskular tinggi di klinik gigi perawatan primer, karena perubahan keseimbangan bakteri mulut (mikrobioma) selama penyakit gusi dapat menyebabkan tekanan darah tinggi dan stroke.
Studi klinis ini dilakukan di fasilitas gigi perawatan primer yang dijalankan oleh Peninsula Dental Social Enterprise, di mana fokus penelitiannya sangat banyak pada peningkatan hasil klinis bagi pasien.
Bakteri di mulut
Sebelumnya, penelitian oleh tim dari Institut Karolinska di Swedia yang diterbitkan di jurnal Microbiology Spectrum pada November 2022 lalu telah mengidentifikasi bakteri yang paling sering ditemukan pada infeksi mulut yang parah. Studi kolaboratif ini dipimpin oleh Margaret Sällberg Chen dari Departemen Kedokteran Gigi di Institut Karolinska.
Dalam kajian ini, para peneliti di Institut Karolinska menganalisis sampel yang dikumpulkan antara 2010 dan 2020 di Rumah Sakit Universitas Karolinska dari pasien dengan infeksi mulut yang parah dan menghasilkan daftar bakteri yang paling umum.
"Kami melaporkan di sini, untuk pertama kalinya, komposisi mikroba infeksi bakteri dari sampel yang dikumpulkan selama sepuluh tahun di Stockholm County," kata Sällberg Chen. "Hasilnya menunjukkan bahwa beberapa infeksi bakteri yang terkait dengan penyakit sistemik terus ada dan beberapa bahkan meningkat selama dekade terakhir di Stockholm."
Studi menunjukkan bahwa filum bakteri yang paling umum di antara sampel adalah Firmicutes, Bacteroidetes, Proteobacteria,dan Actinobacteria, sedangkan genus yang paling umum adalah Streptococcus spp, Prevotella spp, dan Staphylococcus spp.
“Hasil kami memberikan wawasan baru tentang keragaman dan prevalensi mikroba berbahaya dalam infeksi mulut,” kata Sällberg Chen. “Temuan ini tidak hanya penting untuk kedokteran gigi, tetapi juga membantu kita memahami peran infeksi gigi pada pasien dengan penyakit yang mendasarinya. Jika bakteri tertentu menginfeksi dan menyebabkan kerusakan di mulut, sangat mungkin hal itu berbahaya bagi kesehatan gigi dan jaringan lain di tubuh saat infeksi menyebar."
Kelompok penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa terjadinya bakteri mulut di pankreas mencerminkan tingkat keparahan tumor pankreas. Penelitian dilakukan dengan menggunakan 1.014 sampel dari sebanyak pasien, 469 di antaranya adalah wanita dan 545 pria, dan metode spektrometri massa yang disebut MALDI-TOF yang dengan cepat mengidentifikasi bakteri hidup individu dalam sampel, tetapi jarang digunakan dalam perawatan gigi.