Operasi pasar, penyederhanaan rantai distribusi, dan subsidi transportasi pada bahan pokok dan penting kembali menjadi senjata Surabaya untuk sementara menahan laju inflasi atau kenaikan harga.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
Dengan teliti, Presiden Joko Widodo mendengarkan penjelasan salah satu pedagang di Pasar Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (18/2/2023). Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja di Surabaya dengan mendatangi Pasar Wonokromo untuk mengecek harga dan ketersediaan stok bahan pokok.
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya mengklaim sementara menahan laju inflasi bulanan. Inflasi pada Agustus 2023 sebesar 0,14 persen yang sedikit turun dibandingkan dengan Juli 2023 yang 0,15 persen.
Penurunan itu diyakini terkait operasi pasar, penyederhanaan rantai distribusi, dan subsidi transportasi pada sejumlah komoditas vital terutama beras untuk pengendalian harga. Dengan setidaknya tiga cara tadi, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Surabaya dapat membuat Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Agustus 116,3 yang turun dibandingkan dengan Juli 116,6.
”Laju inflasi bisa ditahan karena kenaikan harga bahan pokok dan penting (bapokting) terkontrol melalui operasi pasar, penyederhanaan rantai distribusi, dan subsidi transportasi,” ujar Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Senin (4/9/2023). Di sisi lain, kenaikan harga bapokting penyumbang inflasi tidak signifikan dibandingkan dengan komoditas lainnya yang sedang turun harga.
Ketika terjadi kenaikan harga dasar dari Bulog, kami menempuh subsidi ongkos angkut ke pasar-pasar untuk mencegah kenaikan harga di tingkat konsumen. (Eri Cahyadi)
Eri melanjutkan, bapokting penyumbang utama inflasi sesuai dengan IHK se-Jatim ialah beras. Namun, di Surabaya, beras masih berada di bawah atau di sekitar harga eceran tertinggi (HET). Sesuai dengan sistem informasi ketersediaan dan perkembangan harga bahan pokok (siskaperbapo), di enam pasar utama, beras medium dijual Rp 11.158 per kilogram (Kg). Ini turun 1,1 persen dari sehari sebelumnya yang Rp 11.283 per kg. Beras premium menjadi Rp 13.283 per kg dari sebelumnya Rp 13.117 per kg atau naik 1,2 persen.
”Ketika terjadi kenaikan harga dasar dari Bulog, kami menempuh subsidi ongkos angkut ke pasar-pasar untuk mencegah kenaikan harga di tingkat konsumen,” kata Eri.
Di pasar-pasar juga telah disediakan layar dengan informasi bergerak tentang harga bapokting. Ini sebagai instrumen pengawasan yang diharapkan membuat pedagang tidak mempermainkan harga.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Surabaya Antiek Sugiharti menambahkan, kerja sama terutama dengan kabupaten produsen bapokting dijaga demi kelancaran pasokan komoditas berikut harganya. Ketika terjadi kenaikan harga komoditas dari daerah produsen bapokting, Surabaya kembali intervensi dengan subsidi ongkos angkut.
”Selain itu, operasi pasar, misalnya beberapa hari lalu kami alokasikan 14 ton beras ke Pasar Genteng Baru, Pucang Anom, Tambahrejo, Soponyono, dan Wonokromo,” ujar Antiek. Operasi pasar dengan penyediaan beras medium dari Bulog diadakan setiap Rabu dan Sabtu.
Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah, dan Perdagangan Surabaya Dewi Soeriyawati mengatakan, tim dari PD Pasar Surya dan dinas akan terus mengawasi harga bapokting dari stan ke stan. Dengan pengawasan dan ketersediaan informasi di layar, pedagang tidak mempermainkan harga.
Pantauan Kompas di pasar, harga telur naik dari Rp 25.000 kini menjadi Rp 28.000 per kg. Harga beras juga terus naik, dan bahkan beberapa merek sulit diperoleh di tingkat pengecer. ”Dalam sepekan ini harga beras sudah empat kali naik, setiap pasokan baru harga berubah sekitar Rp 500-Rp 750 per kg. Alasannya, banyak petani gagal panen karena kemarau terlalu lama,” kata Najib, pedagang bahan pokok di Gunung Anyar.
Laju inflasi bulan ke bulan dari dua purnama terakhir memang turun dan terlihat ada pengendalian. Namun, Surabaya tetap patut mewaspadai laju inflasi tahunan atau year on year. Sampai dengan Juli 2023, menurut catatan Badan Pusat Statistik, inflasi yoy sebesar 4,46 persen dengan IHK 116,6. Di antara 8 daerah IHK di Jatim, inflasi yoy di Surabaya itu terbesar.
Surabaya perlu tetap mencermati potensi inflasi karena 11 kelompok pengeluaran atau seluruhnya terkena kenaikan harga. Yang tertinggi ialah kelompok transportasi sebesar 8,9 persen, sedangkan yang terendah kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,04 persen. Di sisi lain, komoditas penyumbang inflasi di Surabaya ialah bensin, beras, jasa pendidikan, rokok, tarif PDAM, kontrak rumah, daging ayam, dan telur ayam.